Farid tidak menyangka jika ia akan bertemu dengan jodohnya yang tidak pernah ia sangka. 32 tahun membujang bukan tanpa alasan. Ia pernah sangat mencintai seseorang namun ia ia dikhianati hingga dirinya terluka dan sulit untuk percaya lagi kepada seorang perempuan. Namun pada suatu saat ada seseorang yang dapat mengetuk hatinya. Siapakah dia? Tentu saja dia yang akan menjadi jodohnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah paham
"Pak, hallo.... permisi saya mau lewat. " Ujar Siena.
"Tunggu!"
Siena menghentikan langkahnya.
"Ada apa? Jangan bilang bapak mau minta pertanggungjawaban ya. Karena seharusnya bapak yang meminta maaf kepada saya."
"Gadis bar-bar." Batin Farid.
"Siena... " Panggil salah seorang karyawan.
"Kak Niki."
"Kamu kenapa?"
"Huh... ini ada insiden kecil."
Farid pun membalikkan badan.
"Eh Pak Farid. Selamat sore Pak."
"Hem sore."
Siena mengerutkan keningnya. Niki menyenggol tangan Siena. Niki adalah ketua housekeeping di hotel tersebut.
" Kamu yang menerimanya? " Tanya Farid.
"Eh i-iya Pak. Apa dia melakukan kesalahan?"
"Duh gawat, apa aku sudah ceroboh." Batin Siena.
"Tidak, saya yang salah. Silahkan lanjutkan pekerjaan kalian."
Farid pun meninggalkan mereka dan masuk ke dalam ruangannya.
Setelah kepergian Farid Siena pun menanyakan kepada Niki siapapun Farid sebenarnya. Setelah tahu siapa Farid, Siena hanya bisa menyesalkan ucapannya.
"Duh, kayaknya tadi aku terlalu berani kak. Habis tadi bapaknya fokus ke handphone. Gimana ini?"
"Pak Farid itu orangnya dingin, Siena. beliau tudak banyak bicara. Untung saja beliau tidak mempermasalahkan kamu. Lain kali, lebih berhati-hatilah."
"I-iya Kak."
Namun di dalam hati Siena masih menyimpan kekhawatiran takut ia ditandai oleh bosnya itu.
Siena baru bekerja di hotel tersebut satu minggu yang kali. Ia memang belum banyak mengenal orang di hotel tersebut. Apa lagi keoada Farid yang hanya satu minggu sekali datangnya. Siena masih berusia 18 tahun dan baru lulus SMA. Paras cantik dengan kulit yang putih bersih serta tubuh yang rampung dan mungil, membuatnya terlihat menarik meski tingginya hanya 155 cm. Pantas saja Farid mengatakannya mungil, karena tinggi Farid 180 cm.
Farid melanjutkan kembali pekerjaannya. Begitu pun dengan Siena.
Jam 9 malam, sudah waktunya Siena pulang. Ia mengendarai sepeda motor matik miliknya dengan kecepatan sedang menuju tempat kost-nya.
Farid tidak sengaja melihat Siena dari kejauhan saat ia pun akan keluar dari tempat parkir mobil. Farid hanya bisa menggelengkan kepala saat melihat Siena sudah melepas jilbabnya di parkiran.
"Setidaknya dia sudah mematuhi aturan saat bekerja." Batin Farid.
Farid pun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Entah kenapa di dalam pikirannya masih teringat dengan gadis yang bernama Siena.
Sampai di rumah, seperti biasa Ummi Nisa menunggunya di ruang tamu.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
"Belum tidur, mi? "
"Tentu saja ummimu menunggu kamu pulang, rid." Sahut sang Abi.
Farid hanya bisa menganggukkan kepala. Abinya yang saat ini masih membaca sebuah kutab ikut menemani umminya menunggunya pulang. Ummi Nisa dan Abi Fatan selalu khawatir kepada anak-anaknya. Meski Farid sudah dikatakan sangat dewasa, namun mereka tidak tenang jika anak-anaknya belum pulang di atas jam 9 malam. Kecuali memang ada acara. Apa lagi saat ini anak yang tinggal di rumah itu hanya Farid dan Faiza. Anak-anak Ummi dan Abi yang lain sudah tinggal di rumahnya sendiri masing-masing. Farid pun sebenarnya sudah memiliki rumah sendiri, hanya saja ia belum punya ibu rumah tangga untuk tinggal bersamanya.
Farid mencium punggung tangan kedua orang tuanya.
"Sudah makan, rid? " Tanya Ummi.
"Em, sudah makan steak tadi mi."
"Owalah, cuma steak, tanpa nasi?"
"Iya, mi."
"Ayo makan dulu. Masih ada makanannya. Tidak baik tidur dalam keadaan lapar."
Abi Fatan harus mengalah kepada putra sulungnya saat istrinya harus melayani putranya itu makan.
"Makan ya, ummi mau masuk kamar dulu. "
"Makasih, ummi."
"Iya sama-sama."
Ummi pun mengajak Abi masuk ke kamar. Karena dari tadi suaminya itu sudah sakit pinggang kelamaan duduk.
Farid pun makan sendirian di meja makan.
"Mungkin kalau ada yang menemani akan terasa lain. " Batinnya.
Sepertinya ia sudah merasa jenuh karena sendiri. Apa lagi Romi yang biasanya selalu menemaninya kini sedang bulan madu. Baru satu bulan yang lalu Romi menikah, setelah dia berhasil membuka usahanya sendiri.
Keesokan harinya.
Farid akan kembali pergi ke hotel untuk mengecek persiapan hari jadi hotel. Ia sangat antusias dalam hal ini, karena ia ingin semuanya perfect. Setelah sarapan, Farid pamit kepada kedua orang tuanya.
Farid melakukan mobilnya menuju hotel. Sampai di hotel, Farid lansung menuju aula hotel yang dijadikan sebagai tempat pesta besok malam. Ia sedang menunggu anak buah tante Winda untuk mendekor tempat tersebut. Tante Winda adalah adiknya Abi Fatan yang memiliki usaha di bidang Event Organizer.
Tidak lama kemudian, anak buah tante Winda pun datang. Farid menjelaskan detail untuk peletakan bunga dan vendor yang lain kepada mereka.
"Baik Pak, akan dihias selesai keinginan bapak."
"Terima kasih, silahkan dimulai. Jika ada yang diperlukan bisa hubungi Pak Hadi ini."
"Baik Pak."
Farid pun keluar dari ke suka dan turun menuju lift untuk menuju ruangannya. Saat pintu lift akan tertutup.
"Eh tunggu-tunggu! "
Ada seseorang yang yang memencet tombol lift sehingga pintunya terbuka kembali. Tidak disangka jika orang tersebut adalah Siena. Siena tercengang saat melihat orang yang di dalam lift adalah bosnya. Ia masih ingat kejadian kemarin.
"Pak bos nih ternyata ganteng banget ya. Pasti istrinya cantik." Batinnya.
"Mau naik atau tidak?" Sarkas Farid.
"Eh iya, iya. Naik Pak."
Siena pun buru-buru masuk ke dalam lift. Ia berdiri di pojokan tepatnya di belakang Farid.
Pintu lift kembali tertutup. Saat berada di dalam lift, Siena hanya bisa melirik punggung Farid.
"Tinggi sekali si bos nih." Batinnya.
Dan mereka pun turun ke lantai dua.
Setelah lift terbuka, mereka pun keluar. Mereka pergi je arah yang berlawanan. Namun Farid membalikkan badan.
"Eh kamu! " Panggil Farid.
Siena langsung berbalik badan.
"Sa-saya Pak?"
"Iya kamu."
"Iya Pak, ada apa?"
"Ikut ke ruangan saya."
Deg
"Duh matilah kau Siena! Pasti Pak Farid mau memecat mulai gara-gara kejadian kemarin." Batinnya.
"Ayo cepat, ikut saya!"
"Ba-baik Pak."
Siena pun berjalan menunduk di belakang Farid. Karena kecerobohannya, Lagi-lagi ia tidak sengaja membentur tubuh Farid.
"Astaghfirullah, maaf-maaf, Pak." Ujar Siena sambil menangkup kan kedua tangannya.
Farid hanya bisa menggelengkan kepala tanpa menoleh ke belakang.
Siena hanya bisa merutuki dirinya sendiri.
"Tamat lah riwayatku." Batinnya.
Mereka sudah berada di dalam ruangan Farid. Belum juga Farid membuka suara, namun Siena sudah memulainya.
"Pak saya mohon maaf atas kesalahan saya kemarin dan hari ini ya, Pak. Tolong jangan pecat saya. Saya butuh pekerjaan ini." Siena memohon sambil menangkupkan kedua tangannya.
Ekspresi wajah Siena saat ini nampak sangat lucu bagi Farid. Farid hanya bisa menahan tawa melihatnya.
"Ehem.... jadi kamu mau dipecat?"
"Tidak-tidak, Pak. Tentu saja tidak mau Pak. Saya baru saja memulainya."
"Saya memanggilmu hanya mau minta tolong berikan ini kepada Niki."
Farid memberikan sebuah kunci kepada Siena.
"Oh... iya Pak, hehe.... akan saya sampaikan."
Ternyata ia salah paham.
Siena segera mengambil kunci tersebut. Lalu pamit keluar dari ruangan itu. Sampai di luar ia mengelus dadanya karena merasa lega. Farid hanya bisa menggelengkan kepala.
Bersambung...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
semangaatt teruuss