Masa remaja, masa yang penuh akan rasa penasaran, rasa ingin mencoba dan juga rasa yang sulit dimengerti bernama Cinta.
Ini adalah kisah Cinta enam orang remaja SMA, dengan segala problematika mereka yang beragam rasanya.
Pahit, asam dan manis seperti rasa Jeruk, Blueberry dan juga Cherry.
Yuk ikuti keseruan cerita mereka di sini. 🐢
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Writle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
A New Friends
...🫐🍒🫐🍒...
Masa orientasi siswa telah berakhir, Ara berhasil melalui hari kedua, ketiga dan seterusnya dengan normal, tanpa mendapat hukuman.
Maka sekarang ini adalah hari pertama ia resmi masuk sekolah, walau ia masih belum tahu ia ditempatkan di kelas mana.
Seperti biasa, Ara mematut dirinya di depan kaca, membubuhkan sunscreen di wajahnya, dan lipbalm rasa cherry tanpa warna di bibirnya.
“Ohayou yukikoo.” Pekik sang Ayah saat Ara turun dari kamarnya di lantai 2.
(Ohayou \= Selamat pagi)
“Ohayou otou-sama.” Jawab Ara sambil mencium pipi sang ayah.
Sudah pernah dijelaskan sebelumnya kalau “Shahara Konayuki” adalah nama yang terlalu tidak biasa untuk dimiliki orang Indonesia pada umumnya, benar, karena Ayah Ara adalah orang Jepang akibat Ibunya seorang wibu akut. 🐢Canda wibu.
Ibu Ara sempat mengikuti pertukaran pelajar di Jepang dari sanalah kedua orang tuanya bertemu, ayah Ara adalah anak dari pemilik tempat tinggal Ibu Ara selama di sana.
Sepiring tamagoyaki, onigiri dan omurice sudah tersaji di atas meja, tak lupa segelas susu Cherry kesukaan Ara, membuatnya tak sabar menyantap itu semua, namun Ara harus menunggu sang ibu duduk bersama mereka.
“Ohayou, cherry milk mama.” Kata sang ibu mencium pelan pipinya, lalu duduk bersebelahan dengan sang ayah.
“Ohayou mama.” Balas Ara tersenyum.
“Ittadakimasu.” (Selamat makan)
Setelah mengucapkan hal tersebut dan berdoa dalam hati Ara akhirnya makan bersama kedua orang tuanya.
“Yukikoo, kamu yakin nggak mau ayah antar?”
“Iyaa ayah, lagipula jam kerja Ayah pukul sembilan pagi, harus bulak-balik kalau mengantar Ara dulu.”
“Kamu naik apa ke sekolah?”
“Ada halte bus dekat kompleks ini ma.”
“Kamu nggak mau naik angkutan umum online saja nak?” tanya Hana khawatir.
“Tidak usah ma, lebih mahal.”
Setelah selesai sarapan, Ara mencium pipi Ayahnya dan bersalaman tangan pada ibunya lalu sang ibu bergantian mencium pipinya.
“Hati-hati sayang.”
“Iyaa ma.” Ujar Ara sambil memakai sepatunya.
“Ittekimasu!” (Aku berangkat!)
“Itterasshai.” (Selamat jalan.) Jawab kedua orangtuanya.
... 🫐🍒🫐🍒...
Waktu menunjukkan pukul 06.30, masih ada setengah jam sebelum masuk sekolah, perjalanannya menggunakan bus hanya memerlukan 20 menit saja dan sekarang Ara sedang di halte menunggu bus.
Bus itu tiba, Ara langsung naik ke sana membayar menggunakan kartu khusus busnya, memilih tempat duduk di belakang dekat jendela, namun belum ada berapa detik bus itu melaju tiba-tiba supir mengerem mendadak, membuat Ara terantuk kursi di depannya, beruntung kursi tersebut empuk.
Lalu terlihat seorang gadis dengan seragam sekolah yang sama sepertinya menaiki bus tersebut, gadis itu membungkuk pada setiap penumpang yang dia lewati, meminta maaf karena menghambat perjalanan, sampai dia berhenti di samping bangku Ara.
“Wah, anata (kamu) satu sekolah sama watashi (aku), boleh duduk di sini nggak?” tanya gadis itu heboh
“Iyaa silahkan.” Jawab Ara sambil melepas earpodsnya
Penampilan gadis itu agak nyentrik, rambutnya berwarna kebiruan, diikat two buns dengan poni depan, Ia memakai jaket berwarna senada dengan rambutnya, tak lupa headphone warna biru yang mengalung di lehernya.
“Nama watashi Yuvarani, tapi anata harus manggil watashi Yuri.” Katanya mengulurkan tangan.
“Ara” sahut ara menyambut uluran tangan itu.
“Pendek banget, Ara aja?.” Tanya Yuri kembali
“Sharaha Konayuki.” Jawab Ara akhirnya.
“Whoaa.” Mata Yuri tampak berbinar
“Nama anata keren banget, kayak jejepangan gitu, watashi suka deh.” Kata Yuri lagi dengan antusias
“Oh iya? Terimakasih, ayahku orang Jepang.” Jelas Ara akhirnya
“Ih keren banget, anata harus jadi temen watashi.” Kata Yuri menatap ara dengan puppy eyesnya.
“Hehe, boleh deh.” Kata Ara kemudian
“YEAY!” pekik yuri senang, sambil memeluk Ara
“Sekarang kita tomodachi (teman), watashi mau manggil anata Yuki.”
“Boleh Yuri chan.” Ara menanggapi kemudian.
“Kyaaa, lucu banget Yuki chan.” Jawab Yuri Riang.
Ara merasa teman barunya yang satu ini menarik sekali. Ia bersyukur, karena bisa diterima apa adanya.
Biasanya Ara menghadapi rasisme dari teman-temannya saat ia menjelaskan asal-usul namanya, tak jarang teman-temannya menjahili Ara karena Ara berbeda, tapi Ara dan teman-temannya masih terlalu kecil saat itu, mungkin di sekolah menengah atas keadaannya berbeda, orang-orangnya sudah dewasa.
Ara dan Yuri turun di halte bus yang berseberangan dengan gerbang sekolah mereka.
“Ohayou, pak Yudiiii.” Sapa Yuri sambil menggandeng Ara
“Pagi Non Yuri.” Ucap satpam itu tersenyum seolah mereka sudah akrab.
“Kamu kenal satpamnya?” tanya Ara
“Kenal dong, beliau mantan security di rumah watashi.”
Hening, Ara tidak mau bertanya sebab mengapa security itu berhenti bekerja.
“Daddy sempet bangkrut, jadi beliau harus berhenti kerja deh.”
Namun sepertinya gadis itu memang tipe orang yang senang oversharing, maka ia sudah menjelaskan tanpa Ara pinta.
“Tapi daijoubu (tidak apa-apa), sekarang Daddy udah membangun usaha baru.” Katanya ceria.
“Alhamdulillah, aku ikut seneng dengernya.” Jawab Ara
“Yokatta desu ne.” (Baguslah/syukurlah kan) Tawa Yuri kemudian menarik Ara menuju mading sekolah.
Mereka berdua melihat papan pengumuman pembagian kelas.
“Yuki chan, yuki chan lihat ini.” Kata Yuri menunjuk-nunjuk pengumuman di mading tersebut.
Ara mendekat untuk melihat lebih jelas apa yang dimaksud Yuri, ternyata nama mereka berdua terpampang di sana.
“Yokatta (Hore), kita sekelas.” Teriak Yuri heboh, mengundang tatap aneh dari siswa-siswi lain di sekitar mereka.
Belum sempat melihat nama-nama anak kelasnya yang lain. Ara harus menarik Yuri menjauh dari kerumunan itu.
“Yaudah yuk kita cari kelasnya.” Ajak Ara.
“Ikuzoo (Ayo)!” Sahut Yuri antusias
“Kalian peserta didik baru.” Namun langkah mereka terhenti saat mendapat panggilan itu
“Ohayou Arya Senpai (Kakak senior), Luan senpai.” Sapa Yuri pada orang yang memanggil mereka tadi
“Pagi kak.” Timpal Ara
“Pagi.” Sahut Arya
“Ohayou gozaimasu (Selamat pagi) dedek wibu dan calon sepupu.” Jawab Luan.
Ara bingung dengan sebutan yang Luan berikan padanya, begitupula dengan Yuri.
“Kalian sudah tahu di mana kelas kalian saat masa orientasi kan?” tanya Arya
“Sudah kak.”
“Iyaa senpai.” ( kakak senior)
“Bagus” jawab Arya.
“Ini selembaran profile guru dan jadwal pelajaran kalian.” Kata Luan sambil membagikan selembaran di tangannya.
“Terimakasih senpai.” Jawab Yuri ceria
“Iyaa semoga hari pertama kalian menyenangkan, betah-betah ya di sini.” Kata Luan menanggapi
“Baik kak, terimakasih.”
Ara dan Yuri pun menuju kelas mereka X MIPA 2 yang berada di lantai 2, setelah memastikan tanda di luar pintu, mereka memasuki kelas itu, kelasnya sudah cukup ramai karena bel masuk tinggal lima menit lagi.
“Ohayou minna (Selamat pagi semuanya).” Sapa Yuri ceria
Dibalas dengan beragam ekspresi, ada yang tersenyum seolah memaklumi, ada yang menatap datar tanpa reaksi, ada yang melambai-lambaikan tangannya membalas dengan aksi, ada juga yang turut mengucapkan selamat pagi.
Yuri menarik Ara ke sebuah bangku kosong yang tersisa.
“Kita duduk di sini ya Yuki chan.” Katanya
“Baiklah.” Jawab Ara
“Yuki chan, watashi mau nyimpen headphone sama jaket watashi ke loker dulu.”
“Mau diantar?”
“Daijoubu (Tidak apa-apa), anata tandai saja kursinya takut diambil orang.” Balas Yuri.
“Baiklah, hati-hati.”
“Ha’i” (Iya/Baik)
Ara melihat sekeliling kelas dengan seksama, orang-orang tampaknya sudah memiliki temannya sendiri.
“Ara.” Namun seseorang dari kursi belakang tiba-tiba memanggil namanya.
Saat Ara menengok ia menemukan wajah yang familiar, “Ari?” tanya Ara memastikan
“Iyaa ini aku, syukurlah kita sekelas, kukira aku bakalan nggak kenal siapa-siapa di sini kecuali Rifqi.”
“Oh iyaa syukurlah, aku juga berpikir begitu.” Balas Ara tersenyum lega, ternyata Ari sekelas dengannya.
Ari adalah ketua kelompoknya saat masa orientasi siswa, Mochammad Fachri adalah nama lengkapnya, dia biasa dipanggil Ari.
Ara juga melihat ke samping Ari, di sana ada teman sebangku Ari tengah menelungkupkan kepalanya di atas meja.
“Oh iya, kenalin juga Ra ini Rifqi, temen rumahku.”
Lelaki yang diperkenalkan itu mengangkat kepalanya, Ara tertegun, begitu pula dengan si lelaki yang baru terbangun.
“Kayu.” Sapanya singkat, dengan ekspresi yang tak bisa diartikan.
“Syamsyi.” Jawab Ara tersenyum canggung.
“Oh kalian sudah saling kenal?” Tanya Ari.
“Hmm” Kata Irsyam, lalu melanjutkan tidurnya.
‘Dasar, memang tidak sopan!’ gerutu Ara dalam hatinya, berbeda dengan reaksi wajahnya yang memerah, melihat ada Irsyam yang ternyata menjadi teman sekelasnya.
“Yukii chan, watashi sudah kembali!”
Ara yang melihat Yuri segera memperkenalkan teman barunya itu pada Ari, “Oh, Ari kenalin Ini Yuri, temen aku.”
Namun Ari dan Yuri tidak saling berjabat tangan, mereka malah saling menatap sengit satu sama lain.
“Lah Elo! Lo kan yang lempar photocard gue waktu mos?!” Tuding Ari penuh amarah.
“Anata yang nabrak watashi sampai earpods watashi hilang satu!” Bentak Yuri tak mau kalah
“Halah, Lo aja yang nggak denger gue udah bilang awas.”
“Anata yang nggak hati-hati.”
Ari melipat tangannya di depan dada. “Minta maaf! Mahal itu photocard rare.” Kata Ari dengan nada menantang.
“Earpods aku juga mahal, ori dari jepang!” Balas Yuri, membuat suasana semakin tegang.
“Halah Wibu!.” Kata Ari lagi
“Hilih Kpopers!.” Jawab Yuri tidak terima
“Bau bawang!”
“Plastik, wlee!.”
Ara cuma bisa nyengir canggung mendengar pedebatan itu, mana ia tahu kalau ternyata kedua orang yang ia kenalkan itu punya masalah pribadi, begitu pula dengan Irsyam yang terbangun dari tidurnya, Irsyam hanya diam saja dengan wajah datarnya.
...☆♡🍊🫐🍒♡☆...