Shapire tanpa sengaja telah menabrak calon istri Axel hingga tiada. Karena kesalahannya Saphire terpaksa menikahi seorang mafia kejam. Pria itu menghukum Saphire dengan pernikahan yang tidak pernah ia bayangkan. Pernikahan yang membuat hari-harinya seperti di neraka.
Akankah Saphire berhasil menaklukkan hati sang Mafia? Atau ia yang akan terjerat oleh cintanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda FK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
"Kau? Ada perlu apa kau ke sini? Apa kau mengikuti kami?" tanya Axel dengan ketus ketika ia melihat siapa yang datang ke kantornya.
Felix tersenyum menyeringai menatap Axel yang menatapnya dengan tatapan tidak suka. "Galak sekali, kau ini mengapa aku tidak dipersilahkan masuk?" kata Felix lalu masuk begitu saja tanpa permisi membuat Axel semakin geram dibuatnya.
"Tidak di rumah, kau datang juga ke sini. Kau ini sekarang beralih profesi menjadi penguntit juragan onta? Mengapa tak kau urus saja unta-untamu itu?" sewot Axel lalu duduk di sofa bersebrangan dengan Felix.
Felix tergelak melihat Axel yang terus berkata sinis kepadanya. Ia sebelumnya berkunjung ke rumah Axel, namun Axel dan Shapire sudah berangkat ke kantor. Berhubung ia memiliki urusan di perusahaan Axel, Felix pun pergi menyusul.
Tak lama kemudian Shapire keluar dari dalam sana setelah membenarkan pakaiannya. Shapire tersenyum ketika melihat Felix berada di ruangan Axel, lagi - lagi ia tersenyum membuat Axel kesal. Senyumannya hanya untuk Axel seorang, tidak yang lain. Shapire duduk di samping Axel, Axel memeluknya posesif membuat Felix sedikit meradang.
"Kau itu sangat lebay, istrimu itu tidak akan kemana-mana Tuan Smith," sindir Felix dengan sorot mata tajam.
"Ya, dia tidak akan kemana-mana, hanya saja banyak onta berkeliaran mengincar istriku dan aku harus waspada Tuan Kanha!" balas Axel dengan sinis.
"Ada apa kemari Felix?" tanya Shapire sengaja mengganti topik pembicaraan mereka yang mulai memanas.
Belum sempat Felix menjawab Axel terlebih dahulu berucap, "Iya, kau tahu kau menggangu kemesraan kami."
Felix merasa cemburu melihat tanda-tanda cinta yang masih terlihat pada leher Shapire. Ternyata benar mereka sedang asyik bermain bersama.
"Kau ini tidak tahu tempat," cibir Felix.
"Makanya menikah, jangan hanya mengganggu rumah tangga orang lain."
Shapire merasa pusing ketika berhadapan dengan dua pria ini. Keduanya selalu bertengkar apabila bertemu, membuat Shapire rasanya ingin pergi apabila mereka sedang bersama.
"Pernikahan?" tanya Felix lalu terkekeh. "Aku bukan tipe pemaksa sepertimu Tuan Smith."
Shapire menghela napas, merasa frustrasi dengan situasi ini. "Felix kumohon, jangan membuat semuanya semakin rumit," kata Shapire, mencoba menenangkan Felix.
Felix memandang Shapire dengan mata yang tajam, masih terlihat cemburu. "Aku tidak peduli, Shapire. Aku tidak ingin melihatmu bersama dengan dia," kata Felix, suaranya penuh dengan emosi.
Axel yang berdiri di sebelah Shapire, tersenyum sinis. "Kau tidak punya hak untuk melarangnya, Felix. Shapire istriku dan aku lebih berhak. Ingat Felix kau bukan siapa-siapa, kau hanya sahabat, jadi jangan banyak mengatur" kata Axel, mempertegas posisinya.
Shapire merasa pusing, tidak tahu bagaimana cara menyelesaikan masalah ini. "Aku rasa aku perlu pergi," kata Shapire, merasa tidak tahan dengan tensi yang tinggi di antara keduanya.
Berbeda dengan Shapire yang merasa pusing dengan kedua pria itu. Ratu saat ini sedang dilema, pagi tadi Boy menyatakan perasaannya. Ungkapan yang bertahun-tahun Ratu nantikan namun tidak untuk sekarang. Seharusnya ia merasa senang mendengarnya, namun mengapa ia biasa saja. Rasa itu sepertinya sudah menghilang karena terlalu lama menunggu.
Ratu sedang berada di kafe dekat rumah sakit, ia memikirkan pengakuan Boy pagi tadi. Ia merasa sedikit bingung, tidak tahu bagaimana cara menanggapi perasaan Boy. Seharusnya ia merasa bahagia dan bersemangat, tapi mengapa ia tidak merasakan apa-apa?
"Apa yang salah dengan aku?" Ratu bertanya pada dirinya sendiri. "Aku sudah menunggu ungkapan perasaan dari Boy selama bertahun-tahun, tapi sekarang aku merasa biasa saja."
Tiba-tiba, Ratu teringat kata-kata ibunya, "Jangan menunggu terlalu lama, karena rasa itu bisa memudar seperti bunga yang layu."
Ratu merasa sedikit sedih, mungkin memang benar bahwa rasa itu sudah memudar karena terlalu lama menunggu. Atau hatinya kini sudah berpaling pada pria dingin dan kaku seperti Martin?
"Boy, aku... aku tidak tahu apa yang harus aku katakan," Ratu berbicara pada dirinya sendiri, mencoba memikirkan kata-kata yang tepat untuk mengatakan pada Boy.
Setelah beberapa saat memikirkan, Ratu memutuskan untuk berbicara dengan Boy dan mencari tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. "Aku harus jujur padanya," Ratu berpikir. "Aku tidak bisa membiarkan dia berharap jika aku tidak merasakan hal yang sama."
Ratu berjalan keluar, tiba-tiba saja seorang pria menariknya ke dalam pelukan pria itu. Ratu sangat terkejut tiba-tiba saja Martin memeluknya seperti ini. Debaran jantungnya berdetak dengan cepat, ketika Martin tiba-tiba menciumnya membuat Ratu merasakan ada banyak kupu-kupu mengelilinginya saat ini.
"Oh Tuhan, mimpi apa aku semalam," ungkap Ratu dalam hati.
Sebelum pergi menuju luar kota, tiba-tiba ada beberapa orang membuntutinya dan Mark. Oleh sebab itu Martin dan Mark berpisah agar tidak meninggalkan jejak. Ia memeluk dan mencium Ratu hanya agar tidak dicurigai oleh orang yang mengikutinya.
Ketika Martin menengok ke belakang dan memastikan bahwa orang yang mengikutinya telah pergi, Ratu baru sadar bahwa tindakan Martin bukanlah karena perasaan cinta, melainkan karena alasan lain.
"Apa yang sedang terjadi?" Ratu kepada Martin, mencoba memahami situasi yang sedang terjadi.
Martin melepaskan pelukannya dan memandang Ratu dengan mata yang serius. "Aku harus pergi sekarang, Ratu. Terima kasih atas bantuanmu."
Ratu masih terkejut, tidak tahu apa yang harus dikatakan atau dilakukan. Ia hanya bisa memandang Martin yang sedang pergi meninggalkan dirinya.
Kembali pada Axel dan Shapire, keadaan masih memanas karena kedua pria itu terus saling menyindir. Axel dan Felix masih terus bertengkar, tidak ada tanda-tanda bahwa mereka akan berhenti. Shapire merasa frustrasi, tidak tahu bagaimana cara menyelesaikan masalah ini.
"Apa yang salah dengan kalian berdua?" Shapire bertanya, merasa kesal dengan situasi yang sedang terjadi. "Tidak bisakah kalian berdua berhenti bertengkar?"
Axel memandang Felix dengan mata yang tajam. "Aku tidak akan berhenti sampai aku yakin bahwa Shapire aman dari pengaruhmu," kata Axel, suaranya penuh dengan kecemburuan.
Felix tersenyum sinis. "Aku tidak akan pergi sampai aku yakin bahwa Shapire tidak terjebak dalam hubungan yang tidak sehat denganmu," kata Felix, membalas sindiran Axel.
Shapire merasa seperti terjepit di antara dua pria yang saling bertengkar ini. Ia tidak tahu bagaimana cara menyelesaikan masalah ini dan membuat mereka berdua berhenti bertengkar.
"Sebaiknya kau pergi sekarang juga Tuan Kanha, keberadaan mu di tolak oleh kami," usir Axel sangat kesal dengan sikap Felix.
Axel melonggarkan dasinya, rasanya ia ingin sekali menghajar pria tidak tahu malu yang terus berusaha mendekati istrinya. Pria ini begitu terang-terangan ingin merebut Shapire darinya dengan bersikap seperti sahabat yang baik.
"Apa kau bersikap seperti ini kepada semua investormu?" tanya Felix membuat Axel tercengang.
"Apa? Investor?"
Juragan unta bener2 dah kalau cari masalah nggak tanggung2.. 🤭
otw baca nih
aku tim mls komen tp like aj gpp kan 🤣🏃♀️➡️🏃♀️➡️
Hati² Martin tindakanmu sangat ceroboh....masa main sosor aja
Aahh ya ampuuunn lagi asyik2nya malah banyak gangguan 🤣 siapa lagi tuh yang datang..
Hayoooo siapa kira² yg datang, ahh bunda sukane ngegantung ae
Kayaknya Axel udh jatuh cinta sama Saphire, tapi tidak menyadari nya