NovelToon NovelToon
Dul

Dul

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Cintapertama / Cintamanis / Tamat
Popularitas:11.6M
Nilai: 5
Nama Author: juskelapa

Dul mengerti kalau Bara bukan ayah kandungnya. Pria bijaksana yang dipanggilnya ayah itu, baru muncul di ingatannya saat ia duduk di bangku TK. Namanya Bara. Pria yang memperistri ibunya yang janda dan memberikan kehidupan nyaman bagi mereka. Menerima kehadirannya dan menyayanginya bak anak kandung. Ibunya tak perlu memulung sampah lagi sejak itu. Ibunya tak pernah babak belur lagi. Juga terlihat jauh lebih cantik sejak dinikahi ayah sambungnya.

Sejak saat itu, bagi Dul, Bara adalah dunianya, panutannya, dan sosok ayah yang dibanggakannya. Sosok Bara membuat Dul mengendapkan sejenak ingatan buruk yang bahkan tak mau meninggalkan ingatannya. Ingatan soal ayah kandungnya yang merupakan terpidana mati kasus narkoba.

Perjalanan Dul, anaknya Dijah yang meraih cita-cita untuk membanggakan ayah sambungnya.


*****

Novel sebelumnya : PENGAKUAN DIJAH & TINI SUKETI

Cover by @by.fenellayagi

Instagram : juskelapa_
Facebook : Anda Juskelapa
Contact : uwicuwi@gmail.com

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juskelapa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

004. Alasan Membenci

Karena keriangan hatinya, tak sadar Dul menggoyang-goyangkan tangan yang berada dalam genggaman ibunya.

“Seneng?” tanya Dijah.

“Seneng. Banyak temen, Bu Guru-nya baik. Sekolahnya bagus,” jawab Dul.

“Ibu seneng kalau kamu seneng,” sahut Dijah.

Dul masih mendongak untuk melihat wajah ibunya. Namun, langkah kakinya ikut terhenti saat ibunya tiba-tiba berhenti. Mereka baru tiba di tepi jalan raya. Matahari sudah mulai galak di atas kepala mereka. Perjalanan jarak pendek yang tak sampai sepuluh menit. Ibunya memutuskan menumpangi angkot agar mereka tiba lebih cepat di rumah.

Dul melihat ke depan. Mencari penyebab perubahan raut wajah ibunya yang seketika begitu sengit.

“Kaget aku di sini?” Suara Fredy terdengar setengah berteriak. Padahal jarak berdirinya dengan Dijah tak terlampau jauh. Sepertinya ia sudah sejak tadi menunggu kedatangan ibu dan anak itu.

Siapa lagi yang bisa membuat wajah ibunya begitu? Ya, bapaknya. Dul takut sekaligus kesal. Apa ibunya akan kembali dipukul seperti malam itu? Ia merasa tangannya sudah berkeringat dalam genggaman ibunya.

Dul melihat Dijah tak menanggapi perkataan Fredy. Langkah kaki Dul sedikit bergeser ke belakang saat Fredy berjalan mendekati mereka.

“Aku mau ngasi uang untuk anakku. Nih, ambil.” Fredy mengulurkan selembar uang kertas berwarna biru.

“Jangan ambil,” kata Dijah, menoleh Dul sekilas, lalu pandangannya berpindah pada Fredy. “Enggak perlu kasih uang. Ambil aja untukmu,” sambungnya lagi.

Dul merasa jantungnya berdebar semakin cepat. Kepalanya menoleh berkeliling melihat ada siapa saja di sekitar mereka. Ia bersiap akan berteriak-teriak kalau ibunya kembali dipukul.

“Kerjaanmu aja enggak jelas, Jah. Tapi Dul kukasih uang, lagakmu kayak enggak perlu aja.”

Wajah bapaknya memerah. Antara pengaruh siang yang panas dan penyebab lain yang tak dimengerti Dul.

“Enggak apa-apa. Enggak usah kasih Dul apa-apa. Aku masih bisa. Kamu cukup enggak ganggu aku dan anakku, itu udah kelegaan luar biasa untukku.”

Dul menguatkan cengkeraman di tangan ibunya. Menjadi lebih khawatir karena keberanian ibunya menjawab. Ia tak apa-apa kalau harus menerima uang bapaknya. Yang penting mereka bisa pergi dari sana saat itu juga.

“Ambil!” sergah Fredy, dengan teriakan tertahan.

“Kamu mau bikin malu anak yang kamu akui jadi anakmu? Ini hari pertamanya sekolah. Ngasi lima puluh ribu aja berisik. Ayo, Dul. Kita pulang.”

“Jangan pergi!” Fredy menarik tas yang dikenakan Dijah. “Ambil ini! Atau nanti aku tampar kamu di depan orang-orang. Enggak malu?” ancam Fredy.

Tak sadar, Dul menarik ibunya dan wanita itu mundur dua langkah karena usahanya itu.

“Udah keseringan. Aku enggak malu lagi. Kamu? Apa enggak malu ngasi lima puluh ribu? Kalau orang tau kamu ngasi anakmu sebulan sekali lima puluh ribu, bakal diketawain kamu. Simpan aja uangmu itu.”

Fredy melepaskan tas yang dipakai Dijah, dan berganti dengan mencengkeram lengan wanita itu. “Kamu sendiri yang bilang kalau uangku uang haram. Kamu berharap dikasih banyak?” tantang Fredy seraya merapatkan mulutnya. Rahangnya sudah berkedut karena emosi.

“Bu …,” panggil Dul. Rasanya ia ingin mengambil uang dari tangan bapaknya dan mengajak ibunya cepat-cepat pergi dari tempat itu. Ia takut sekali ibunya kembali dipukul sampai mengeluarkan darah.

“Enggak apa-apa. Maaf, ya, Dul.” Dijah kembali mengerling Dul, lalu menghempaskan tangan Fredy yang menyentuh lengannya. “Karena itu uang haram … tapi kamu cuma tau ngasi lima puluh ribu. Kalau uang halal, kamu bisa ngasi berapa? Jangan ikuti kami.” Dijah menyeret Dul untuk menyusuri tepi jalan. Menjauhi Fredy yang berteriak memakinya.

“Dasar loonte! Belagu! Sok enggak butuh. Padahal sampai sekarang enggak laku mau kawin lagi. Cari siapa yang mau dengan janda miskin kayak kamu!”

Seruan bapaknya di belakang mereka, membuat Dul kembali menoleh. Teriakan itu mulai menarik perhatian. Bahkan seorang wanita yang baru keluar menuju jalan raya dan membonceng seorang anak yang berseragam sama sepertinya ikut melambatkan motor untuk mencuri dengar.

“Jangan dilihat lagi,” pinta Dijah pada Dul. “Nanti dia semakin mempermalukan kita,” sambungnya lagi.

“Uangnya ambil aja, Bu. Biar Bapak enggak marah,” ucap Dul takut-takut.

“Dul, denger Ibu.” Dijah bicara tanpa menghentikan langkahnya. Suara teriakan Fredy di belakang semakin lama semakin dekat. Pria itu ternyata belum menyerah. "Kamu enggak boleh terima apa pun dari bapakmu. Meski itu bapakmu. Dia enggak pernah menafkahi kamu dengan benar sejak lahir. Dan uangnya—uangnya enggak jelas. Ibu enggak rela kalau demi lima puluh ribu kamu makan uang yang enggak jelas. Ibu masih sanggup buat biayain kamu.”

“Hei, Dijah! Kalian lihat perempuan yang jalan di depan itu? Itu mantan istriku yang sok enggak mau anaknya dibelanjain. Padahal dia juga melacur. Dia itu pelacur. Tapi dia bilang uangku uang haram!”

Fredy mulai menggila dan Dijah menoleh ke belakang untuk melihat pria itu.

“Ayo, Dul, kita naik angkot!” seru Dijah, menaikan tangan pada angkot yang melintas dan mengangkat tubuh Dul untuk naik.

Dul merasa kesadarannya masih berserakan. Belum utuh dan belum sadar sepenuhnya. Beberapa detik yang begitu cepat, ia sudah duduk di bagian belakang angkot dan memandang ke luar dinding kaca. Bapaknya terlihat berteriak-teriak dan mengacungkan tangan pada mereka.

Kapan ia bisa hidup normal seperti anak-anak lain, tanya Dul dalam hati.

To Be Continued

1
Esther Lestari
Dayat sama Mima itu.....wah bakalan heboh kalau keluarga mereka tahu
🅔🅕🄵💜Bening🍆
baca ulang novel ini entah ke brp... novel pk dean winarsih.. novel Bara dijah... tini suketi bisa mengulang puluhan kali.. tp utk ngulang baca dul ini bener2 berat.... apa lg di bab dul yg awal2 ini.. bener2 nangis sepanjang baca ceritanya....😭😭 melownya dul nyampe bener di aku... perasaan tak berarti dlm keluarga sendiri... perasaan tersisihkan...berbeda n terasa asing dlm keluarga sendiri itu sakit...
Jeong Nari
wajib di bacaa karya-karya dari author juskelapa, semua cerita menarik, bagus,nggak bosenin, dan paling penting selalu ingin balik buat baca karya-karya itu meski udah di baca berulang kali,terimakasih Author sudah menciptakan karya yg sangat bagus❤
Esther Lestari
baca ulang....masih saja mewek😭
Gipari Alwahyudi
/Facepalm/
Arieee
asli ngakak🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Arieee
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣ngakak so hard
Arieee
your eyes dan ndasmu🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Cen Mei Ling
idola saya banget kk @jus kelapa 🥰🥰 Mungkin banyak yg bisa mengarang, tapi jadi penulis dan penutur bahasa yang bisa mengharu birukan benak pembaca itu sungguhhhh SESUATU 👍🥰 Dengan bahasa yang mengalir lancar, diselipkan celetukan kocak yang bikin ngakak, itu ciri khas kk yg ga bisa ditiru orang lain. Semangat terusssss kakakkkk ❤️❤️ Doa kami besertamu, cepat sehat dan terus berkarya 🙏🙏 luv u
🇮🇩 F A i 🇵🇸
Entah lamaran atau apa...
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Ku menangis.... 😭😭😭 Pdhal udah entah ke sekian kalinya baca. Tapi sllu aja mewek... 😭😭😭
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Kalo AQ dikrmi pesan begitu lgsg jwb "Alhamdulillah lepas beban terberatku." Hbs itu lgsg Blokir. 🤣🤣🤣
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Gak brenti ngekek otomatis. Si Robin bnr2 bisa menghidupkan suasana seAmvuradul apapun. 🤣🤣🤣
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Duuuuuuuh... Udah berulang kali baca tetep aja mewek... 😭😭😭
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Membaca ulang kisah DUL dr awal dengan teliti...
Bee_
🤣🤣🤣🤣
Bee_
harus babu banget ya ni🤣
Bee_
hayoloh🤣
Bee_
bin batalin niat kau🤣
Bee_
aakhh Dul ku sekarang sudah besar😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!