Di dunia yang hanya menghargai bakat spiritual dan aliran Qi yang sempurna, ia terlahir sebagai "Tanpa Akar". Sementara teman sebaya disibukkan dengan meditasi dan pil kultivasi, Lian memilih jalan yang menyakitkan: ia mengukir kekuatannya dengan darah, keringat, dan Latihan Tubuh Besi yang brutal, menolak takdir yang telah digariskan langit.
Ketika Desa Lingshan dihancurkan oleh serangan mendadak. Lian secara tidak sengaja menelan sebuah artefak kuno: Giok Tersembunyi.
Giok itu tidak hanya memberinya Qi; ia menipu Surga, memberikan Lian jalur kultivasi yang tersembunyi dan lebih unggul. Kekuatan ini datang dengan harga: ancaman yang ia hadapi di Alam Fana hanyalah bayangan dari musuh-musuh kosmik yang ingin merebut kembali Giok yang merupakan Fragmen Takdir.
Kisah ini adalah tentang seorang pemuda yang dihina, yang menggunakan tekadnya untuk menghadapi musuh dari Alam Abadi, dan membuktikan: Bakat adalah hadiah, tetapi kehendak adalah kekuatan sejati
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengembangan Teknik
Selama seminggu penuh, Lian tidak bergerak dari kedalaman gua yang lembap di Hutan Kuno. Dia duduk bersila di atas batu yang dingin, dadanya masih berdenyut nyeri akibat retakan tulang rusuk yang disebabkan oleh Formasi Logam Tetua Kuan. Pertarungan itu nyaris merenggut nyawanya, dan itu meninggalkan bekas yang dalam pada kesadarannya.
Kemenangan atas Tetua Kuan bukanlah kemenangan kekuatan murni; itu adalah kemenangan keberuntungan dan taktik. Dia menang karena musuhnya memiliki kelemahan yang sangat spesifik—kelemahan terhadap serangan mental—dan Lian kebetulan memiliki teknik untuk mengeksploitasinya.
Lian tahu dia tidak bisa mengandalkan keberuntungan seperti itu lagi.
"Pukulan Giok Stabil-ku gagal," gumam Lian pada dirinya sendiri, suaranya bergema di gua yang sunyi. "Formasi Logam Kuan menyebarkan dampak fisikku. Serangan Pedang Jiwa-ku berhasil, tapi bagaimana jika 'Pembersih' berikutnya memakai Artefak Pelindung Jiwa? Aku akan mati."
Dia benar-benar terpojok. Dia memiliki Inti Giok Ketiadaan Murni, memberinya kekuatan fisik yang luar biasa dan kekebalan pasif terhadap Qi. Dia memiliki Kitab Pemurnian Jiwa Langit, memberinya serangan mental yang mematikan. Tapi kedua senjata itu adalah "kartu truf" tunggal. Jika keduanya gagal, dia tidak punya apa-apa lagi.
"Kau harus bervariasi," bisik Lian, mengulangi pemikiran yang menghantuinya. "Kau harus memiliki lebih banyak teknik."
Dia membagi latihannya menjadi 2 bagian: Eksplorasi Fisik (Giok) dan Eksplorasi Mental (Kitab Jiwa).
Pertama, dia fokus pada Inti Giok Kehendak Mutlaknya. Dia telah menggunakan "Pukulan Giok Stabil", yang merupakan pelepasan kepadatan secara besar-besaran. Itu adalah serangan yang brutal dan tidak efisien, seperti menggunakan palu godam untuk memecahkan telur.
"Kekuatan Giokku bukan hanya kepadatan," renung Lian. "Itu adalah Ketiadaan Murni yang memiliki Sifat Kepadatan. Tapi Giok itu juga Ketiadaan Murni yang memiliki Sifat Hampa."
Dia mengaktifkan Inti Gioknya, bukan untuk memukul, tetapi untuk bergerak.
Dia mencoba menyalurkan Ketiadaan Giok ke kakinya. Dia tidak mencoba berlari. Dia mencoba untuk "Menolak" Aturan bahwa dia harus menyentuh tanah.
Lian mengangkat kakinya satu inci dari lantai gua. Dia fokus. "Langkah Giok Hampa."
Tiba-tiba, dia merasakan sensasi aneh. Tubuhnya melesat maju lima langkah dalam sekejap mata, muncul kembali di sisi lain gua tanpa suara. Itu bukan teleportasi. Selama sepersekian detik itu, tubuhnya tidak berinteraksi dengan ruang di antaranya. Dia telah menciptakan "lompatan" sesaat dalam realitas fisiknya.
Dia mencobanya lagi. Langkah Giok Hampa. Dia muncul di belakang stalagmit. Langkah Giok Hampa. Dia kembali ke posisi semula.
Ini adalah teknik gerakan yang sempurna. Jauh lebih cepat daripada gerakan fisik apapun yang didukung Qi. Ini menghabiskan energi Giok, tetapi jauh lebih sedikit daripada "Pukulan Giok Stabil".
"Ini adalah variasi kecepatan," Lian mencatat dalam benaknya.
Selanjutnya, dia mencoba variasi serangan. "Pukulan Giok Stabil" terlalu lebar. Bagaimana jika dia membutuhkan penetrasi?
Dia mengulurkan jari telunjuknya. Dia memfokuskan semua kepadatan Giok yang akan dia gunakan untuk satu pukulan penuh, tetapi kali ini, dia memadatkannya hanya ke ujung jarinya.
Ujung jarinya mulai bersinar redup dengan cahaya hitam pekat, seolah-olah menyerap semua cahaya di gua. Dia merasakan tekanan yang luar biasa di jarinya, seolah-olah dia menahan gunung.
"Jari Giok Penembus."
Dia menyentuh dinding gua yang terbuat dari granit padat. Dia tidak menekan dengan keras. Dia hanya menyentuh.
Zzzt!
Tidak ada suara ledakan. Hanya suara desisan pelan. Jarinya tenggelam ke dalam batu granit sedalam satu lengan penuh, seolah-olah batu itu hanyalah air. Kepadatan absolut di ujung jarinya telah meniadakan struktur atom batu di depannya.
Lian menarik jarinya. Sebuah lubang bundar sempurna tertinggal di dinding.
"Ini adalah variasi penetrasi," gumam Lian, napasnya sedikit terengah. Teknik ini sangat kuat, tetapi sangat melelahkan.
Selama empat hari berikutnya, Lian berlatih tanpa henti: menyempurnakan "Langkah Giok Hampa" untuk menghindari serangan, dan mempraktikkan "Jari Giok Penembus" untuk serangan presisi. Dia kini memiliki tiga teknik fisik: Pukulan (kekuatan area), Jari (penetrasi), dan Langkah (mobilitas).
Setelah fisiknya stabil dan tulang rusuknya mulai pulih berkat regenerasi pasif Gioknya, dia beralih ke senjata keduanya: Kitab Pemurnian Jiwa Langit.
Lian duduk dan membenamkan kesadarannya ke dalam Kitab Kuno yang tersimpan di lautan pikirannya. Saat melawan Tetua Kuan, dia hanya menggunakan teknik paling kasar: "Pedang Jiwa: Menusuk". Itu adalah serangan lurus yang mengandalkan kekuatan Kehendak murni.
Dia membuka halaman-halaman berikutnya dari Kitab itu. Dia menemukan teknik-teknik yang jauh lebih rumit, teknik yang membutuhkan pemahaman tentang Struktur Jiwa musuh.
Dia menemukan teknik kedua: "Jaring Jiwa Pengikat."
Teknik ini tidak dirancang untuk melukai atau membunuh. Itu dirancang untuk menjerat kesadaran musuh. Alih-alih satu tusukan tajam, Lian belajar memecah Pedang Jiwa-nya menjadi ratusan benang mental yang halus. Benang-benang ini akan menyelimuti Jiwa target, tidak menghancurkannya, tetapi memperlambat pikiran mereka.
Jika Lian melawan "Pembersih" lain, dia bisa menggunakan "Jaring Jiwa" terlebih dahulu. Musuh akan merasa seolah-olah mereka berpikir melalui lumpur, gerakan mereka akan tertunda sepersekian detik. Keterlambatan sepersekian detik itu adalah celah yang dibutuhkan Lian untuk mendaratkan "Jari Giok Penembus" fisik.
Dia menemukan teknik ketiga: "Perisai Jiwa Ketiadaan."
Ini adalah teknik bertahan. Lian belajar bagaimana membentuk energi Jiwa-nya menjadi perisai mental yang pasif. Teknik ini terinspirasi oleh cara kerja Giok Ketiadaan Murni-nya. Alih-alih memblokir serangan mental yang masuk, "Perisai Jiwa" akan menyerap, memurnikan, dan melenyapkan energi mental musuh.
"Ini..." Lian tersentak kagum. "Ini adalah pertahanan jika aku bertemu musuh yang memakai Artefak Pelindung Jiwa. Jika mereka memantulkan seranganku, Perisai ini akan melindungiku."
Lian menghabiskan tiga hari terakhir di gua, bermeditasi dan membangun "Perisai Jiwa"-nya. Dia mempraktikkan "Jaring Jiwa" pada tikus-tikus gua, menghentikan gerakan mereka hanya dengan pikirannya, lalu melepaskannya.
Pada hari ketujuh, Lian bangkit.
Dia bukan lagi kultivator dengan dua trik.
Dia telah berevolusi. Dia jauh lebih berbahaya, tetapi juga jauh lebih siap untuk terpojok. Dia kini memiliki jawaban untuk hampir semua skenario pertarungan.
Lian memadamkan sisa-sisa api unggunnya. Dia merasakan Peta Mo Ya di benaknya, menunjukkan lokasi Simpul Formasi Tiga Sungai.
"Sekarang," bisik Lian ke gua yang kosong. "Saatnya berburu."
Dia melangkah keluar dari kegelapan gua ke dalam Hutan Kuno. Selama seminggu, dia telah pulih dan berlatih. Retakan di tulang rusuknya telah sembuh total berkat regenerasi pasif Inti Gioknya. Lebih penting lagi, dia bukan lagi kultivator yang hanya bisa bereaksi dengan dua trik. Dia kini memiliki persenjataan lengkap: tiga teknik fisik berbasis Giok (Pukulan, Jari, Langkah) dan tiga teknik mental berbasis Jiwa (Menusuk, Jaring, Perisai).
Dia bukan lagi buronan yang melarikan diri.