Jati memutuskan berhenti bekerja sebagai Mafia misterius bernama Blood Moon. Organisasi bayangan dan terkenal kejahatannya dalam hal hal kekayaan di kota A.
Namun Jati justru dikejar dan dianggap pengkhianat Blood Moon. Meski Jati hanya menginginkan hidup lebih tenang tanpa bekerja dengan kelompok itu lagi justru menjadikannya sebagai buronan Blood Moon didunia bawah tanah.
Sekarang Jati menjalani hidup seperti orang normal seperti pada umumnya agar tidak berada dibayang bayang kelompok tempatnya mengabdi dulu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Apin Zen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berdiskusi
Terlihat banyak sekali orang kantor yang berdiskusi di Villa samping taman halaman Mansion. Mereka adalah pegawai maupun orang orang dari Klirat Moon-- mereka membicarakan hal serius.
Seperti David yang saat ini duduk dikursi kayunya sesekali mengisap rokoknya, Tarno yang memimpin para preman yang ditugaskan mengawasi pergerakan orang dunia bawah tanah.
Jati yang juga ikut... dia duduk santai sesekali mengecek berkas yang dia bawa.
"Bagaimana ini tuan David? Beberapa dari 9 keluarga Flower telah bergerak mengincar kita?"
Salah satu pegawai kantor bertanya dengan ketakutan, mengingat 9 keluarga Flower terkenal akan kekuatan mereka.
Tarno menyahut.
"Sepertinya mereka mengincar tuan Jati, bukan tuan David?"
Tarno menduga semua ini karena mereka telah bersekutu dengan mantan Mafia itu.
Merasa namanya disebut-- Jati menoleh kearah pria berperawakan Debkolektor ganas itu.
"Jika begitu maka aku hanya perlu turun tangan mengatasi keluarga keluarga sialan itu?"
David segeta mengangkat satu tangannya keatas.
"Sudah cukup."
Lalu menghembuskan nafas rokoknya, dan kembali berucap.
"Ini sudah keputusanku... apabila mereka membuat masalah dengan kita maka kita tidak bisa tinggal diam."
"9 keluarga Flower harus musnah jika berurusan dengan keluargaku"
Ucapan David mampu membungkam semua orang yang ada duduk melingkar-- seperti rapat meja bundar tapi mejanya tidak ada.
Jati menghela nafasnya lalu membuangnya dengan kasar.
"Bagaimana dengan aku? Apa aku harus ikut turun tangan juga?"
David meletakkan batang rokoknya di asbak kaca, lalu berkata.
"Kau hanya perlu tangani masalah kantor dan masalah putriku-- biarkan aku yang mengurus masalah dunia bawah tanah."
Jati menganggukkan kepalanya.
"Baiklah, aku mempercayaimu... lagipula jika kau sekarat maka bala bantuan akan segera datang."
Setelah berucap seperti itu Jati bangkit dari kursinya.
"Ayo, kita perlu membereskan masalah bisnis kita agar tidak terus terikat dengan Blood Moon."
Jati bersama beberapa pegawai kantor berjalan dan memasuki mobil mereka masing masing.
David hanya berdehem saja melihatnya kembali ke kantor. Lalu David melirik anak buahnya yang bertugas tak jauh dari jalanan kota.
"Apa di jalanan ada tanda tanda yang mencurigakan... termasuk orang dunia bawah yang menyamar?"
Tarno segera menjawab.
"Ampun tuan, saya bersama anak buah saya belum bisa memastikannya karena mereka sangat pandai menyamar."
David mengelus jenggot tipisnya sambil memanggut manggut.
"Kalau begitu tugas kalian hanya perlu menjaga Mansion ini selama aku pergi-- karena ada masalah kecil yang harus kuselesaikan."
Tarno bersama lainnya saling pandang dengan bingung, lalu salah satu mereka bertanya ragu.
"Ampun tuan, anda ingin pergi kemana? Dunia bawah tanah terlalu mengerikan bagi orang awam."
David bangkit dari kursinya lalu mengambil jaket serta topinya, dia berkata.
"Itu benar, tapi ini masalah kecil saja... aku mempercayakan Jati mengurus kantor serta kalian menjaga Mansion ini."
"Whuss!
Setelah berucap seperti itu David bergerak sangat cepat, lalu menghilang saat berlari menuju bayangan pagar Mansion.
Tarno yang melihatnya tuannya seperti itu sudah terbiasa. Tuan David lebih seperti seorang Ninja, dia memiliki pergerakan mematikan serta tebasan Katana miliknya... mampu membelah bangunan secara utuh.
"Tanpa ilmu Kanuragan ataupun kesaktian tuan David mampu bersaing dengan orang orang dunia bawah?"
Setelah melihat betapa mengerikannya tuan pemilik Mansion ini. Tarno dan semua anak buahnya menyebar ke berbagai tempat disekitar hutan dari kejauhan.
Sedangkan Tarno bersama beberapa anak buahnya tampak bermain catur tepat didepan gerbang Mansion bersama satpam yang juga ikut.
Mereka sudah terbiasa dengan pekerjaan itu, jadi tak heran para pelayan berlarian mengantarkan kopi kepada mereka agar bertugas tanpa mengantuk.