Carmila harus menghadapi kenyataan pahit: suaminya membawa selingkuhan ke rumah, yang tak lain adalah sahabatnya sendiri. Pengkhianatan dari dua orang terdekatnya ini menghancurkan hati Carmila yang selama ini telah berjuang menjadi istri dan nyonya istana yang sempurna.
Dalam keterpurukannya, Carmila bertemu dengan Pangeran Kedua Kekaisaran, dan tanpa ragu mengajukan sebuah hubungan kontrak dengannya.
Apakah Pangeran Kedua itu akan menerima tawarannya, atau menolak secara dingin? Keputusannya akan menentukan arah permainan balas dendam Carmila, sekaligus membuka pintu pada skandal dan intrik yang tak terduga.
Revisi berjalan yaa!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon flowy_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebenaran yang sesungguhnya
Hakim mengangguk pelan sebelum berbicara.
“Baik… argumen sejauh ini sudah saya dengar. Sekarang kita panggil saksi.”
“Baik, Yang Mulia.” Isolde tersenyum dan memberi isyarat ke arah pintu ruang sidang. “Dengan ini, kami mengajukan saksi yang dapat membuktikan seluruh pernyataan tersebut.”
Beberapa penjaga di depan mulai membuka pintu perlahan, dan cahaya matahari yang bersinar dari luar mulai masuk menerangi ruangan.
"Dia adalah Arthur Kael, putra dari Robert Kael, pengurus vila milik kekaisaran."
Carmila tersenyum tipis.
Nama yang baru saja disebut itu sebenarnya tidak pernah ada di dunia ini.
'Valerian… selesai sudah nasibmu.'
“Kenapa saksinya tidak muncul?”
Bisik-bisik langsung memenuhi ruang sidang. Para pengunjung saling menatap, bahkan Valerian pun terpaku pada pintu yang terbuka lebar.
Namun di balik pintu itu… tidak ada siapa pun.
Hanya cahaya matahari yang jatuh tanpa arti ke lantai marmer.
“Tidak ada saksi yang masuk,” salah satu penjaga akhirnya melapor pelan.
Isolde tampak tertegun sesaat, lalu memandang balik hakim sebelum akhirnya menoleh pada Valerian, seolah meminta penjelasan.
“Kenapa tidak ada?”
Valerian duduk di sana dengan ekspresi terkejut. Kemudian, ia menyadari bahwa pandangan hakim dan Isolde tertuju padanya, dan ia pun berkata:
“Tidak mungkin. Dia pasti akan datang,” ucapnya terbata. “Bahkan kami masih berkomunikasi kemarin.”
Di sudut ruangan, Carmila menahan senyum tipis melihat kekacauan itu.
Orang yang di jadikan saksi tidak lain hanyalah aktor bayaran yang sudah di pilih Carmila sejak awal.
Bahkan bukti akses ke vila kekaisaran itu sudah ia palsukan sebelumnya setelah berkoordinasi dengan Alistair.
'Kau sudah benar-benar terjebak olehku, Valerian Hamilton.'
“Apakah ini lelucon? Kau pikir bisa mempermainkan persidangan?” suara hakim menggema keras, penuh ketidakpuasan.
Merasakan tekanan itu, Valerian menjawab dengan panik, seolah mencoba membela diri, “Bukan begitu, Yang Mulia. Dia benar-benar bilang akan datang. Kami tidak tahu apa yang terjadi—”
"Seharusnya Anda memberitahu kami sebelumnya jika saksi tidak bisa hadir. Dokumen akses vila yang tadi kami terima sebagai bukti juga akan kami tolak."
“Yang Mulia, tunggu, bukan begitu—”
“Saksi harus tiba sebelum persidangan ditutup. Kalau tidak, saya tidak akan mempertimbangkannya.” Hakim melambaikan tangan, menyuruh Isolde mundur. Nada suaranya jelas menunjukkan bahwa beliau sudah mulai kehilangan kesabaran.
Tidak punya pilihan, Isolde kembali duduk di samping Valerian, dan wajahnya menegang.
Bagaimanapun, kelalaian menghadirkan saksi adalah kesalahan mereka sendiri. Dan memaksa lebih jauh hanya akan membuat hakim semakin tidak menyukai pihak Valerian.
‘Hancur sudah,’ pikir Isolde. ‘Kita benar-benar hancur.’
Karena ia sudah bisa membayangkan bagaimana jalannya persidangan ini setelah insiden tersebut.
“Baik, sekarang kita dengarkan pembelaan dari pihak tergugat.”
“Siap, Yang Mulia.” Liam berdiri sambil menyeringai tipis.
“Yang Mulia, pihak penggugat telah menyampaikan klaim yang sepenuhnya tidak benar.”
......................
"Kami akan berbicara mengenai pertemuan pertama yang diklaim oleh pihak penggugat." Liam yang sudah berdiri, memulai perkataannya seolah sudah menunggu kesempatan ini.
“Cerita yang disampaikan penggugat tentang pertemuan antara Duchess Carmila dan Yang Mulia Pangeran Kedua tidak sesuai dengan fakta.”
Hakim mengangguk pelan. "Saya kebetulan pernah membaca artikel surat kabar yang berkaitan dengan pertemuan pertama. Maksud Anda, cerita sapu tangan itu tidak benar?" tanya hakim.
“Benar, Yang Mulia. Kisah sapu tangan itu bukan pertemuan pertama mereka. Cerita itu dibuat hanya untuk menutupi kejadian yang sebenarnya.”
Bisik-bisik langsung memenuhi ruang sidang. Jadi, cerita sapu tangan itu bukanlah pertemuan pertama yang nyata. Lalu, apa sebenarnya pertemuan pertama mereka? Orang-orang di ruang sidang menjadi bingung dan penuh tanya.
"Mengenai hal ini, Duchess Carmilla Hamilton akan menceritakannya secara langsung." Liam memberi isyarat kepada Carmilla, untuk berdiri dan mulai berbicara.
Carmilla mengembuskan napas, lalu menatap Alistair sejenak.
Sejak tadi pria itu hanya duduk bersandar sambil menyilangkan tangan, ia memperhatikan jalannya sidang tanpa sedikit pun perubahan ekspresi.
Dalam sekejap, percakapan beberapa waktu lalu di istana pangeran kembali terlintas.
‘Kesepakatan yang ku minta sederhana. Kita buka saja pertemuan pertama kita di depan semua orang.’
Sebagai imbalan karena telah membongkar identitas Silas kepada Alistair, Carmilla meminta satu hal.
Permintaan itu tampak sederhana, tetapi tidak ringan.
Ia meminta Alistair mengizinkan pertemuan pertama mereka di publikasikan di depan semua orang.
Dalam gugatan cerai Valerian, waktu pertemuan tersebut harus dibuktikan dengan jelas. Itu berarti kisah yang selama ini disembunyikan tidak bisa lagi ditutup-tutupi. Untuk mengungkapkannya, surat pernyataan yang pernah di tanda tangani Carmilla harus dibatalkan. Dan untuk mencabutnya, persetujuan Alistair adalah syarat yang mutlak.
Alistair bisa saja menolak, karena cerita itu berpotensi merusak citranya.
Namun ia tetap mengizinkannya. Mungkin demi informasi mengenai Silas. Meski begitu, keputusan itu tetap membuat Carmilla berterima kasih dalam hati.
Saat tatapan keduanya bertemu, Alistair menerima senyum tipis darinya—sebuah ungkapan singkat dari rasa terima kasih yang tidak diucapkan.
Kini, seluruh kebenaran harus dibuka.
Awal dari rangkaian peristiwa yang membawa mereka pada hari ini.
“Sekitar satu bulan yang lalu, saat sedang berjalan-jalan di taman, aku melihat Valerian dan Seraphina secara tidak sengaja. Mereka… sedang berciuman.”
“Sekitar satu bulan lalu, saat sedang berjalan-jalan di taman, aku tidak sengaja melihat Duke Hamilton dan Lady Seraphina Claire… berciuman.”
Orang-orang di dalam ruang sidang mulai mendengarkan perkataannya dengan tenang.
......................
Kesaksian Carmilla berlangsung selama beberapa menit. Ia menjelaskan secara rinci tentang kejadian-kejadian yang ia alami selama ini.
Cerita tentang bagaimana ia memergoki perselingkuhan Valerian dan Seraphina, dan bagaimana ia diam-diam mengunjungi bar Le Voile untuk menenangkan hatinya yang sedih.
Ia tidak menceritakan tentang saat ia masuk ke kamar hotel bersama Alistair. Ia merasa bahwa itu adalah hal yang tidak perlu diungkapkan.
"Maka, saya bertemu dan bertukar sapa dengan Yang Mulia Pangeran Kedua, dan kemudian kami mulai menaruh hati satu sama lain."
Ketika ia menyelesaikan seluruh ceritanya yang telah disiapkan dengan tenang, orang-orang mengangguk-angguk.
Hakim, yang mendengarkan pembelaan itu mengangguk, dan melanjutkan ucapannya, "Jadi, Anda berdua bertemu di sebuah bar bernama Le Voile?"
"Ya. Benar."
"Lalu, mengapa hal itu tidak Anda ungkapkan ke media sejak awal?"
Carmilla menarik napas sejenak sebelum menjawab. “Sebagai seorang Duchess sekaligus pihak terkait dengan keluarga kekaisaran, bertemu untuk pertama kali di sebuah bar jelas bukan hal yang layak diumumkan. Kami hanya takut itu akan merusak citra kami berdua.”
Liam yang sejak tadi mendengarkan dengan tenang akhirnya bangkit dari kursinya.
“Yang Mulia, kami ingin mengajukan dua barang bukti: topeng kelinci dan topeng serigala. Ini juga ada kesaksian tertulis dari bartender di Le Voile. Dari situ, kita bisa melihat jelas pergerakan kedua pihak pada malam itu.”
“Di terima sebagai bukti.”
Hakim mengangguk dan mengambil berkas tersebut.
Liam melanjutkan kalimatnya dengan tenang, “Dengan mengungkap bagaimana pertemuan pertama mereka terjadi, kami ingin menegaskan satu hal. Pihak penggugat lah yang selingkuh lebih dulu. Tergugat tetap setia sampai akhir, dan sekarang saya akan membuktikan itu satu per satu.”
Hakim kembali memastikan, “Jadi menurut Anda, pernyataan penggugat tidak benar?”
“Betul,” jawab Liam. “Tuduhan itu jelas bohong. Saya tidak tahu bagaimana mereka memalsukan bukti, tapi cerita soal vila Kekaisaran itu mustahil.”
Tiba-tiba Valerian membentak, dan memukul meja dengan keras. “Tidak!”
Ia berdiri dan menghadap hakim. “Begitu saksi saya datang, semuanya akan jelas, Yang Mulia!”
Lalu ia menuding ke arah pihak Liam.
“Yang Mulia, mereka yang selingkuh duluan! Saya mendengarnya langsung dari saksi!”
Hakim menatap tajam. “Kalau begitu, bawa saksi itu sekarang juga. Dan jaga sikap Anda, Penggugat.”
“Tidak mungkin.” Valerian tiba-tiba membeku. Perlahan, ia menoleh pada Carmila—seolah baru menyadari sesuatu.
d tggu update nya