NovelToon NovelToon
Mas Dosen, Ayo Cerai!

Mas Dosen, Ayo Cerai!

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Nikahmuda / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:9.7k
Nilai: 5
Nama Author: za.zhy

Nala Purnama Dirgantara, dipaksa menikah dengan Gaza Alindara, seorang Dosen tampan di kampusnya. Semua Nala lakukan, atas permintaan terakhir mendiang Ayahnya, Prabu Dirgantara.

Demi reputasi keluarga, Nala dan Gaza menjalani pernikahan sandiwara. Diluar, Gaza menjadi suami yang penuh cinta. Namun saat di rumah, ia menjadi sosok asing dan tak tersentuh. Cintanya hanya tertuju pada Anggia Purnama Dirgantara, kakak kandung Nala.

Setahun Nala berjuang dalam rumah tangganya yang terasa kosong, hingga ia memutuskan untuk menyerah, Ia meminta berpisah dari Gaza. Apakah Gaza setuju berpisah dan menikah dengan Anggia atau tetap mempertahankan Nala?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon za.zhy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6. Gia untuk Anggia

Tawa Nala terdengar nyaring saat melihat paha ayam yang dibakar oleh Rey, tak berbentuk dan tak layak dikonsumsi. Tapi pria itu masih membanggakan dirinya bahwa ia ahli dalam hal ini.

“Diam gak?” ancam Rey sembari menunjuk wajah Nala dengan paha ayam yang sedang ia bakar.

“Jelek banget, Rey. Kamu bisa gak sih?” tanya Nala sembari menahan tawanya.

Rey kesal, ia menatap Zanna yang sibuk meniup bara api. “Zanna! Stop! kamu mau panggang daging ayam apa mau bakar rumah? Liat noh apinya membumbung tinggi seperti harapan Nala.”

Nala kembali tertawa mendengar ocehan Rey, terlebih Zanna yang seolah tuli. Gadis itu masih setia meniup bara api.

“Kalau gak ada apinya, asapnya kemana-mana, Rey.” Zanna berusa membela diri.

“Dasar anak gadis gak tau masak. Adanya nanti gosong tapi dalamnya masih mentah.” Rey berusaha mematikan api yang baru saja menyala.

“Iya anak gadis, makanya belajar masak,” ucap Nala ikut mengejek Zanna yang terlihat kesal.

Zanna kesal, ia melempar asal kipas yang ia gunakan untuk mengipas bara api tadi. Ia datang dan membekap mulut Nala dengan tangannya.

“Heh, anak gadis. Diam gak? Kalian berdua ya, aku lagi belajar masak. Bukannya di dukung malah di ejek.” Zanna mendengus kesal.

“Zanna!” Gaza menarik tangan Zanna dari wajah Nala. “Nala kesakitan,” lanjut Gaza sembari membersihkan wajah Nala.

Nala yang tadi asik tertawa seketika diam, suasana seketika berubah hening. Gaza bisa merasakannya, sikap Nala benar-benar mengusiknya, hal itu membuat pembicaraannya dengan Anggia tak lagi menarik. 

Lihat saja sekarang, Nala bisa tertawa lepas saat bersama Rey dan Zanna, tapi saat ada dirinya, istrinya itu diam seribu bahasa.

“Dih sok romantis,” ucap Zanna sembari mengejek Gaza.

Rey tertawa pelan, ia melirik Zanna agar segera bergabung bersamanya dan membiarkan Gaza dan Zanna.

Zanna baru saja mengambil kipas tapi segera di rebut oleh Gaza. “Duduk aja, kalau mau belajar masak, nanti aja. Jangan sekarang, yang ada satu rumah keracunan.” Suara Gaza datar tapi berhasil membangkitkan emosi di hati Zanna.

“Sabar…” bisik Zanna sembari mengusap dadanya.

Zanna memilih bergabung bersama Nala yang tiba-tiba berubah jadi patung. Atraksi bakar-bakar tak lagi menarik ketika Gaza ikut mengambil alih.

Nala menghela nafasnya pelan, ia melirik Zanna dan menyadarkan kepalanya di pundak adik iparnya itu. “Hidup Kakakmu terlalu serius, tapi banyak hal serius dijadikan candaan sama dia. Melelahkan…” 

Zanna hanya tersenyum tipis, dibalik cerianya Nala ada luka yang ia tutupi. Mungkin sekarang sedikit meradang sehingga siapapun yang melihat bisa merasakan perihnya.

Semua hidangan telah tersaji di meja. Ada Ayam bakar, daging panggang, sosis bakar dan lalapan sebagai pelengkapnya. Siapapun yang melihat bisa membedakan tingkat kematangannya dari warnanya dan tau siapa yang membakarnya, pucat sedikit gelap dan ada yang matang dengan sempurna. 

“Makan…” Gaza meletakkan ayam bakar di piring Anggia.

Hal itu membuat semua orang menatapnya dengan tatapan yang berbeda, kecuali Nala dan Ibu mertuanya. Maya tersenyum senang melihat sikap Gaza pada Anggia sedangkan Nala justru sibuk memilih menu apa yang akan dia ambil. 

“Terima kasih, Za.” Anggia segera menunduk, menghindari situasi yang menurutnya mulai terlihat aneh.

Menyadari tindakannya menjadi pusat perhatian. Gaza segera meletakkan irisan daging panggang di piring Nala. Melihat hal itu Nala hanya tersenyum tipis.

“Terima kasih, Mas…” Nala menggeser irisan daging itu ke pinggir piringnya bahkan nyaris terjatuh. “Aku lagi pengen ayam bakar.” Suara Nala pelan tapi Gaza bisa melihat kekesalan yang sedang istrinya itu pendam.

Nala segara mengambil ayam bakar gosong milik Zanna dan meletakkannya ke piring. Tak ada yang bersuara semua orang memandang interaksi itu, ada ketegangan di hubungan Gaza dan Nala.

“Nala, itu gosong, Nak.” Iskandar memperingati.

Nala tersenyum lembut. “Ini hasil panggangan Zanna, Pah. Kasihan kalau gak ada yang makan.” 

“Nala…” Zanna menggeleng. “Punya Rey aja deh, dia juga tadi penuh perjuangan kok masaknya. Masih mending yang dipanggang Rey, Na.” 

“Iya, Na. Nih punyaku aja. Aku panggangnya penuh cinta kok.” Rey ingin meletakkan sosi panggang di piring Nala.

“Baiklah, aku makan semua hasil kerja keras kalian berdua.” Nala menerima dengan senang hati.

Gaza beberapa kali menghela nafas, bagaimanapun pria itu berusaha bersikap baik pada Nala. Istrinya itu selalu menolak, seolah lupa bahwa di depan keluarga besar mereka harus bersandiwara.

“Sudah, ayo makan. Ini anginnya kencang banget. Takutnya hujan.” Puspa menengahi.

Semua orang menuruti.

Gaza  melirik Nala, istrinya itu menikmati ayam bakar gosong dengan nikmat. Sesekali kepalanya mengangguk kecil seolah memastikan rasanya tak seburuk penampilannya.

“Anggia, bagaimana pekerjaannya?” tanya Maya lembut.

“Alhamdulillah baik,” jawab Anggia seadanya.

“Sudah punya pacar?” tanya Maya lagi.

Anggia melirik sekilas ke arah Gaza yang seketika menegang, Anggia menggeleng sembari tersenyum lembut. “Belum, Tan. Masih mau fokus kerja dulu.”

“Enak ya, kalau punya menantu dokter.” Maya berucap sembari menghembuskan nafas pelan.

Nala seketika diam, ia menghentikan kunyahan di mulutnya. Ia menelan dengan kasar sisa daging yang tak sepenuhnya selesai ia kunyah.

Menyadari perubahan Nala, Maya seketika tertawa hambar. “Nala… Maksud Ibu, semoga suami Zanna nanti…”

Maya menghentikan ucapannya saat melihat Nala menutup mulutnya. Nala bahkan meletakkan dengan kasar paha ayam yang tadi ia nikmati.

Gaza terkejut dengan sikap Nala. Ia menarik kasar tangan Nala, hingga dia bisa melihat dengan jelas wajah Nala yang memerah seperti menahan sesuatu.

“Jaga sikap kamu!” bisik Gaza, meski suaranya pelan tapi tatapan matanya jelas menahan emosi.

Suasana meja makan yang tadinya hangat seketika dingin, tak ada yang mencegah drama rumah tangga Gaza dan Nala, seolah mereka memang ingin menyaksikannya langsung apa yang sebenarnya terjadi.

“Maaf, Mas… Aku izin ke dalam,” ucap Nala dengan suara tertahan.

Belum sempat Gaza mencegah, Nala sudah berlari masuk tanpa memperdulikan orang-orang disekitarnya. 

“Maafkan sikap istri Gaza, Bu.” Gaza mengucapkannya dengan tulus. Ia melirik ke arah pintu berharap Nala keluar dan meminta maaf.

“Lah, kok ada darah?” tanya Zanna pelan, tangannya mengangkat ayam bakar yang tadi ada di piring Nala.

“Huekkkk…”

Suara muntahan terdengar jelas, semua orang yang tadi diam seketika menoleh ke arah pintu yang tadi di lalui Nala.

“Nala hamil?” tanya Puspa dengan senyum lebar di wajahnya.

Gaza menggeleng, membantah pertanyaan Neneknya.

“Kak Gaza…” Zanna menunjukkan ayam bakar yang ada di tangannya. “Ayamnya masih mentah,” ucap Zanna dengan rasa bersalah.

“Astagfirullah, wajar saja Nala muntah.” Iskandar akhirnya menemukan alasan dari perubahan sikap menantunya tadi.

Gaza yang baru menyadari kesalahannya dengan cepat berlari ke dalam rumah, ia melihat Nala sedang berada di kamar mandi dapur. Tubuh istrinya sudah menunduk di wastafel, memuntahkan semua isi perutnya.

“Nala…” gumam Gaza, ia mengelus pelan pundak Nala. Tangannya dengan telaten menyingkirkan rambut Nala agar tak ikut kotor.

Nala mendorong pelan tubuh Gaza, wajahnya pucat, tubuhnya bergetar pelan, matanya mengeluarkan air.

“Keluar, Mas! disini jorok,” usir Nala, ia kembali muntah dan nyaris jatuh jika saja Gaza terlambat menahan tubuhnya.

Zanna dan Rey ikut menyusul, keduanya berdiri di depan kamar mandi. Rasa bersalah jelas terlihat dari wajah Zanna. 

“Maaf, La. Aku kira kalau ayam gosong itu pasti bakalan matang dalamnya.” Suara Zanna pelan penuh penyesalan.

Nala hanya mengangguk, tak sanggup menjawab. Aroma amis dan bayangan akan daging ayam yang masih mentah membuat perutnya kembali bergejolak.

“Sudah benar makan hasil bakaran aku, La.” Rey berucap pelan, ia melirik Zanna kesal. “Aku sudah ingetin ‘kan. Na? Api yang besar itu bikin luarnya gosong tapi dalamnya masih mentah.” 

“Bisa diam?” tanta Gaza pada Rey dan Zanna yang terus berdebat.

Keduanya langsung diam saat melihat bagaimana Gaza menatap mereka, seolah siap memangsa.

“Sudah, aku sudah gak apa-apa. Mau minum yang manis-manis aja.” Nala berucap pelan, ia menatap Gaza cukup lama.

“Yakin?” tanta Gaza khawatir.

Nala menghela nafasnya, kali ini sulit membedakan Gaza benar-benar peduli atau sekedar sandiwara.

“Yakin! Terima kasih, Mas,” ucap Nala pelan. 

Gaza membantu Nala untuk kembali ke keluar dan bergabung dengan keluarganya. Sesekali Nala menepis tangan Gaza yang melingkar di pinggangnya tapi suaminya itu kembali melakukan hal yang sama.

“Kamu gak apa-apa, Nak?” tanya Ratih pelan.

“Gak apa, Bun.” Nala menjawab seadanya. 

Nala melirik sekilas pada Kakaknya yang duduk tepat di samping tempat duduk Gaza, entah kenapa Nala baru memperhatikan jarak kuris mereka cukup dekat. Bahkan jarak kursi antara dirinya dan Gaza tak sedekat itu.

“Makan dulu, Nala. Ini Nenek siapkan, jangan makan yang gosong ataupun mentah. Kamu lagi persiapan untuk hamil, jadi jaga makan dan pola hidup sehat.” Puspa dengan tubuh rendahnya berusaha menyiapkan makanan untuk Nala.

“Biar Gaza aja, Nek. Gaza berniat mengambil alih piring dari tangan Puspa, tetapi wanita tua itu menghalanginya.

“Gak usah, Nenek bisa sendiri. Kamu kalau mau mengurus yang lain, silahkan.” Puspa melirik Anggia kemudian tersenyum. “Nala, sini duduk di samping, Nenek!” 

Nala melirik Gaza, kemudian tersenyum tipis. “Aku di dekat Nenek ya, Mas.” 

Tidak menunggu persetujuan Gaza, Nala langsung duduk di samping wanita tua itu dan menikmati makanannya dengan tenang.

Gaza berusaha biasa saja, ia kembali duduk dan menikmati kembali makanannya dalam diam, Sesekali matanya melirik ke arah Nala yang sudah kembali tertawa bersama Rey dan Zanna.

“Za, tambah…” Anggia menyodorkan potongan daging panggang di piring Gaza.

“Terima Kasih, Gia.” Gaza menerima tanpa bisa menolak, ia melirik Nala yang kini sibuk mengambilkan Neneknya beberapa potongan daging, Nala seolah tak terusik dan benar-benar tidak peduli pada Gaza.

“Rey, Stop! Aku mau itu,” tunjuk Zanna pada sosis yang ada di piring Rey.

“Itu banyak, La. Enak aja minta punyaku.” Rey menjauhkan piringan yang lain..

“Nek…” panggil Nala pada puspa. Suaranya pelan dan sedikit manja.

“Rey…” gumam Puspa pelan.

Rey mendengus kesal, ia memindahkan potongan sosis ke dalam piring Nala.

“Terima kasih, Nek. Terima kasih, Rey.” Nala tersenyum senang, ia menyuapi  potongan sosis ke dalam mulutnya tanpa ragu.

Zanna tertawa melihat wajah kesal Rey. “Ambil baru sana!” 

“Ratih, Anggia ini pandai masak?” tanya Maya memecah keheningan antara orang tua.

“Pandai, tapi Nala lebih pandai. Karena Anggia sibuk. Jadi yang lebih sering menemani saya masak di rumah itu, Nala.” Ratih menjawab dengan bangga.

“Serius?” tanya Maya terkejut.

“Serius, Tan. Nasi goreng buatan Nala bisa bikin aku dan Zanna rebutan.” Bukan Ratih yang menanggapi tetapi Rey, seolah pria ini mengenal Nala dengan baik.

“Kaya pernah makan aja,” ucap Gaza pelan tapi terdengar oleh Rey.

“Sering, Kak. Nala sering bawa bekal ke kampus. Katanya di rumah sarapan sendiri gak seru. Jadinya sering ajak aku, Zanna dan Kania buat sarapan sama-sa…” Rey tidak melanjutkan ucapannya saat merasa tangannya di senggol oleh Zanna.

Rey menghela nafas, ia meraih air putih di hadapannya dan meneguknya dengan cepat. Ia merutuki diri sendiri saat ia melihat tatapan tajam milik Gaza. Sepertinya kakak sepupunya itu mulai kesal.

“Sudah! Ini mulai gerimis, habiskan dan kita masuk ke rumah,” ucap Iskandar membuat obrolan seketika terhenti.

semua menuruti, mereka makan dengan cepat sebab angin pun mulai kencang dan terasa dingin di kulit. Bagi Nala hatinya lebih dingin daripada ini.

1
Agunk Setyawan
👍
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
kalea rizuky
bertele tele mau cerai ya gugat ke pengadilan agama alasannya uda g cocok g ada nafkah batin bilang aja suami mu masih suka kakak mu selingkuh secara gak langsung alias sembunyi2
partini
wih siang udah up ,,nek gimana mau dapat cicit orang mereka aja belum belah duren ,,ayo nek gercep
DewiKar72501823
author nya the best 👍🏻
partini
nafkah batin weh. ayo kalau kamu mau merek ga cerai cari cara dong biar ga jadi pasti tau lah dengan sedikit bubuk pasti bisa malam pertama
TRI FAA
ribet thorr,,coba drama ny d buat agar mreka sling mncintai😄
Reni Anjarwani
semanggat doubel up trs thor
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
Reni Anjarwani
bagus bgt ceritanya
Wayan Sucani
Kisahnya keren... yuk lanjutannya Thor
kalea rizuky
ngapain bertahan pasangan selingkuh mereka itu
kalea rizuky
egois bgt ajuin cerai kn bisa jangan goblok mertuamu aja suka ma kakak mu kan kakakmu jg lagaknya kayak pelakor munafik suamimu jg bloon
kalea rizuky
)cari pcr aja beres nala
Mundri Astuti
tuh Gaza, mang kamu doang yg tampan, Nala dikelilingi cogan", rasain cembokur cembokur dah
partini
aduh pak dosen wkwkwkk itu baru meeting sebelum KKN kalau dah KKN apa kamu bisa tidur teringat banyak cogan yg bersama istri mu
Mundri Astuti
mang aneh si, kesannya ada maksud lain dan ngga tulus
partini
terlalu cepat perubahan nya pasti rasanya aneh,,gaza jg belum menyadari rasa di hatinya kalau terbakar cemburu mungkin baru sadar dia menunggu part di mana Nala KKN
partini
ga usah ada rencana nanti jg ada sendri bukannya nanti mau KKN banyak cogannyan otomatis banyak interaksi kalau Gaza tau pasti cemburu
partini
good story
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!