 
                            ''Di balik malam yang sunyi, sesuatu yang lama tertidur mulai bergerak. Bisikan tak dikenal menembus dinding-dinding sepi,meninggalkan rasa dingin yang merayap.ada yang menatap di balik matanya, sebuah suara yang bukan sepenuhnya miliknya. Cahaya pun tampak retak,dan bayangan-bayangan menari di sudut yang tak terlihat.Dunia terasa salah, namun siapa yang mengintai dari kegelapan itu,hanya waktu yang mengungkap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ellalee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MIMPI YANG TERJERAT
Malam itu semakin pekat, bayangan pepohonan bergoyang tertiup angin dingin. Jae-hyun berdiri tegap, napasnya memburu, tangan menahan botol garam yang telah dibacakan mantra oleh Eomma-nya. Matanya menatap Rael yang berdiri kaku, senyum dingin Darin masih terselip di bibirnya.
“Geuman… berhenti!” teriak Jae-hyun sambil melemparkan garam itu. Partikel putih itu menari di udara sebelum mengenai tubuh Rael. Seketika, teriakan Rael pecah, terdengar berat dan asing, seperti suara laki-laki yang menyalurkan amarah iblis. Angin malam ikut bergemuruh, seakan ikut mengiringi teriakan itu.
Eomma Jae-hyun bergerak cepat, mengambil peralatan ritualnya. Lonceng kecil berlapis emas bergetar di tangannya, jimat kuno dengan ukiran rumit diletakkan hati-hati di atas kain putih, sementara kain dan dupa mulai dibakar, mengeluarkan asap tipis yang berkelok-kelok ke udara malam. Matanya menyala penuh ketegasan, seolah membaca gelombang aura Darin yang menempel pada tubuh Rael.
“Hyun-ah, fokus…!” suara Eomma tegas tapi tetap lembut, seakan menuntun putranya. “Kita harus menghibur roh ini, beri dia jalan keluar. Jangan biarkan dia menempel terlalu lama.”
Jae-hyun menunduk, bibirnya bergerak membacakan mantra kuno, nada suaranya lirih namun penuh kekuatan, bergema di halaman rumah. Garam dan asap ritual membentuk lingkaran di sekitar Rael, membatasi energi Darin yang mencoba merasuk lebih dalam.
"Sedangkan di tempat lain, seorang wanita tua, tubuhnya tertutup jubah hitam, berdiri di tepi halaman. Tangannya memegang tongkat panjang berukir simbol-simbol kuno, sementara di sekelilingnya lilin-lilin menebarkan cahaya temaram. Ia juga melakukan ritualnya sendiri, namun berbeda dari ritual yang di lakukan oleh eomma jae-hyun, ritual nya untuk mengekang roh, memaksa Darin agar tetap dalam batas, mengontrol energi gelap itu agar tidak meledak lepas. Tatapannya dingin, penuh pengalaman bertahun-tahun menghadapi entitas yang tak terlihat.
"Hahaha...... Seol-hwa, kamu tidak akan bisa menandingi kutukan ku... " gumam nyonya seo, seorang mudang(dukun) yang sangat kuat melebihi eomma jae-hyun.
"Rael menatap semua itu dengan mata merah menyala, senyum Darin semakin melebar. Namun setiap mantra yang dibaca Jae-hyun, setiap dentingan lonceng, setiap asap yang menari di udara, seakan meredam amarah Darin sedikit demi sedikit. Tangan Rael menggenggam udara kosong, tubuhnya bergetar, tapi matanya masih terpaku pada Jae-hyun, seakan menantang sekaligus terikat oleh kekuatan yang tidak terlihat.
Jae-hyun menelan ludah, napasnya berganti cepat, namun ia tidak mundur. Kata-kata mantra terus mengalir dari bibirnya, nada suaranya menjadi lebih mantap, lebih keras, menembus malam yang sunyi. “Geuman… pergi sekarang, Darin! Tinggalkan tubuhnya!” teriaknya, suaranya menggema menembus pepohonan.
Eomma Jae-hyun menepuk lonceng, berputar mengitari lingkaran garam sambil menaburkan jimat-jimat lain di sekeliling Rael. Setiap gerakan terkoordinasi dengan hati-hati, seperti tarian kuno yang bertujuan menenangkan roh. Asap dari dupa berputar membentuk pusaran di udara, mengikat energi Darin yang memberontak.
"Nyonya seo di sisi lain juga menambah intensitas ritualnya, menepuk tanah tiga kali, memanggil nama roh dengan suara parau tapi tegas. Lingkaran energi di sekitar Rael semakin terang, dan sedikit demi sedikit, aura merah yang menandai kehadiran Darin mulai memudar.
Rael terhuyung, tubuhnya menggigil, namun matanya masih merah menyala. Suara Darin terdengar menggeram dalam pikirannya, tetapi mantra dan energi ritual membuatnya menahan diri. Perlahan, ketegangan malam itu berubah menjadi tarian cahaya dan asap, mengikat energi jahat tanpa merusak Rael sepenuhnya.
Jae-hyun menghela napas, tatapannya tidak lepas dari Rael. “Aku… aku tidak akan membiarkanmu hilang begitu saja,” bisiknya dalam hati, suara mantra dan cinta bercampur menjadi satu, menghantarkan kekuatan yang tidak hanya menahan Darin, tapi juga menjaga jiwa Rael tetap utuh.
"Aaaaaaaa....... teriak Rael dengan suara yang bercampur antara suara wanita dan suara lelaki,, tubuhnya bergetar hebat, energi merah memancar liar dari matanya. Ia menekuk lutut, seolah setiap detik perjuangan melawan Darin memeras seluruh tenaganya. Napasnya tersengal, tapi dalam hati yang paling dalam, Rael menahan satu tekad, ia tidak akan menyerah pada Darin, tidak akan membiarkan tubuhnya sepenuhnya diambil alih.
" eomma kenapa rael teriak, apa dia kesakitan? " tanya jae-hyun pada eomma nya yang masih fokus Menari-nari untuk menenangkan roh yang tersesat.
" jae-hyun, fokus......ucapnya..Rael teriak karena sekarang dia juga lagi melawan aura jahat seperti yang kita lakukan sekarang.... " jawab seol-hwa dengan tetap fokus dengan tariannya, meskipun baju nya sudah basah dengan keringat, dia tetap gigih menari-nari di halaman tersebut memutari lingkaran dengan rael berada di tengahnya.
"Jae-hyun tetap berdiri, tangan menggenggam jimat dan garam, matanya tak lepas dari Rael. Ia menggerakkan tangan, menaburkan garam lagi sambil mengulang mantra, suaranya kini terdengar lebih lantang, menembus malam yang pekat. “Tinggalkan dia! Darin! Aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan Rael!” teriaknya, setiap kata seperti memukul kegelapan yang mencoba menelan Rael.
"Eomma Jae-hyun berlari mengitari lingkaran, memukul lonceng dengan ritme cepat, membakar dupa, dan menaburkan jimat ke arah pusaran energi merah itu. “Hyun-ah, jangan berhenti! Jangan biarkan Darin menang!” suaranya bergema, tegas namun mengandung rasa takut seorang ibu.
Rael menatap Jae-hyun, matanya yang merah menyala itu menyalurkan amarah, ketakutan, dan sedikit kepercayaan yang masih tersisa. Suara Darin di dalam pikirannya menjerit, mengancam, memprovokasi, tapi ada sesuatu yang lebih kuat dari itu,ikatan tak terlihat antara Rael dan Jae-hyun. Matanya yang merah perlahan mulai bergetar, menahan semua energi jahat Darin yang masih mencoba merasuki tubuhnya. Bibirnya bergerak pelan, seakan setiap kata harus merangkak keluar dari tenggorokannya yang terkunci oleh kekuatan gelap.
“재현… 가… 가라구…” gumamnya lirih, nyaris tak terdengar, suaranya tersendat seperti terperangkap dalam pusaran Darin. Kata-kata itu..,Jae-hyun..pergi…,mengambang di udara malam, penuh rasa sakit, kebingungan, dan keputusasaan.
"Dia datang..... " gumam rael sebelum tubuhnya kembali di kuasai oleh darin.
"Ahh… uhuk… uhuk…! Tubuh Eomma Jae-hyun terhuyung ke belakang, darah segar keluar dari mulutnya. Mata Eomma terbuka lemah, tatapannya penuh kesakitan. “Ini… kutukan… uhuk…,” suaranya tersengal, hampir tak terdengar di tengah malam yang sunyi.
Jae-hyun tersentak, jantungnya seakan berhenti. “Eomma!” serunya sambil berlari, kedua tangan menahan tubuh Eomma yang hampir jatuh ke tanah. Ia merangkulnya erat, menekan luka di mulut Eommanya dengan panik. “Jangan… jangan tinggalkan aku! Tahan, Eomma, tetap bertahan,!”
napasnya tercekat, matanya membara dengan ketakutan.
" Rael yang sudah sepenuhnya di kuasai darin, tiba-tiba memutuskan pergi,lingkaran tersebut sudah tidak ada energi lagi karena tarian eomma nya jae-hyun sudah berhenti,membuat dirinya bisa pergi dengan mudah.
" hahaha.... jangan khawatir anak muda, aku hanya akan bermain-main dengan mimpinya sebentar.... " ucap rael dengan suara khas laki-laki yang sedikit ngebass.
Jae-hyun menoleh, panik melihat Rael melarikan diri. “Rael… tunggu!” teriaknya, tetapi instingnya menahan langkahnya. Matanya kembali menatap Eomma, yang napasnya tersengal, tubuhnya lemah akibat kutukan yang mulai merenggut energi hidupnya.
“Eomma… tahan sedikit lagi! Aku akan menyelamatkanmu, aku janji!” gumam Jae-hyun sambil menunduk, menatap wajah Eomma yang pucat. “Aku tidak peduli Darin atau apa pun itu… aku tidak akan membiarkanmu… mati!”
" “Hahah… Hyun-ah, Eomma-mu ini tidak akan mati hanya karena kutukan remeh ini,” suara Eomma terdengar lemah tapi tegas, menembus kepanikan Jae-hyun. “Cepat… bawa aku ke dalam… aku akan memulihkan diri dengan sedikit energi yang tersisa…”
"Dan kamu tidak usah terlalu khawatir lagi tentang rael.... sebentar lagi darin akan pergi, karena jam kerbau akan segera selesai dan dia tidak ada kekuatan lagi untuk mengekang rael di sisinya... " ucap eomma jae-hyun menenangkan keresahan anaknya itu.
" Kadang, kekuatan bukan hanya tentang siapa yang menang atau kalah. Kadang, keberanian terletak pada mereka yang tetap bertahan meski takut, pada mereka yang melangkah walau dunia terasa gelap dan jiwa berteriak. Di tengah kutukan dan amarah yang mengikat, ada secercah harapan yang menunggu, diam tapi tak tergoyahkan.
 
                     
                    