NovelToon NovelToon
Belenggu Madu Pilihan Istri Ku

Belenggu Madu Pilihan Istri Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Penyesalan Suami / Dokter / Menikah Karena Anak
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nuna Nellys

"Aku hanya minta satu tahun, Jingga. Setelah melahirkan anak Langit, kau bebas pergi. Tapi jangan pernah berharap cinta darinya, karena hatinya hanya milikku.” – Nesya.

_______

Di balik senyumnya yang manis, tersimpan rahasia dan ambisi yang tak pernah ku duga. Suamiku terikat janji, dan aku hanyalah madu pilihan istrinya—bukan untuk dicinta, tapi untuk memenuhi kehendak dan keturunan.

Setiap hari adalah permainan hati, setiap kata adalah ujian kesetiaan. Aku belajar bahwa cinta tidak selalu adil, dan kebahagiaan bisa datang dari pilihan yang salah.

Apakah aku akan tetap menanggung belenggu ini… atau memberontak demi kebebasan hati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22. Momen Langit dan jingga

...0o0__0o0...

...Saat mereka masih duduk di serambi masjid, beberapa santri putri berjalan pelan menghampiri. Wajah-wajah mereka tampak malu-malu, sebagian menunduk sambil saling pandang....

...Salah seorang santri memberanikan diri membuka suara, “Assalamualaikum, Ustadz… boleh kami bersalaman dengan istri Ustadz ?”...

...Langit tersenyum hangat. “Waalaikumsalam. Tentu saja, silakan.”...

...Jingga sempat terkejut, buru-buru merapikan kerudungnya. Hatinya berdegup kencang, ia merasa canggung jadi pusat perhatian....

...Namun, satu per satu santri putri menghampiri, menyalami tangannya dengan penuh hormat....

...“Masya Allah, cantik sekali, Kak…” bisik salah satu santri....

...“Ibu Ustadz… eh, maksud saya Kak Jingga, semoga betah di sini ya,” tambah yang lain sambil tersenyum tulus....

...Jingga terharu mendengarnya. Ia membalas senyum, meski pipinya masih merona. “Terima kasih… kalian jangan panggil aku Ibu, ya. Panggil saja Kakak atau Mbak. Aku juga masih belajar, sama seperti kalian.”...

...Para santri terkekeh kecil, merasa lega dengan sikap ramah Jingga....

...Langit hanya mengamati dari samping, dadanya di penuhi rasa bangga. "Inilah alasan ku ingin memperkenalkan Jingga. Biar semua tahu, dia pantas berada di samping ku, pantas mendapat hormat."...

...Setelah semua menyalami, para santri pamit untuk kembali ke asrama. Mereka masih sesekali menoleh, jelas menyukai pribadi lembut istri muda Ustadz Langit itu....

...Jingga menunduk, berbisik pada suaminya, “Aku kira mereka akan benci aku, Kak… ternyata mereka baik sekali.”...

...Langit menepuk lembut punggung istrinya. “Karena kamu juga tulus, Dek. Orang yang tulus akan selalu mendapat tempat di hati orang lain.”...

...Beberapa santri putri masih bertahan di serambi masjid, mereka tampak penasaran tapi juga antusias mengenal Jingga lebih jauh....

...Seorang santri berwajah manis duduk agak dekat. “Kak Jingga, boleh tanya sesuatu ?”...

...Jingga tersenyum lembut. “Boleh, silakan.”...

...Santri itu menunduk malu. “Kakak asli mana ? Soalnya baru pertama kali kami lihat Kakak di sini.”...

...Jingga menautkan jemarinya di pangkuan, lalu menjawab pelan, “Aku dari kota sebelah. Belum lama ini ikut tinggal di rumah Ummi Aisyah.”...

...“Ohh…” serempak beberapa santri mengangguk....

...Santri lain menyela, matanya berbinar. “Kalau begitu, Kak Jingga sekarang juga akan sering ke pesantren ini ya ? Wah, senang sekali rasanya punya ‘kakak baru’.”...

...Jingga terkekeh kecil, sedikit salah tingkah. “Insya Allah. Kalau kalian tidak keberatan, aku ingin belajar bersama kalian juga.”...

...Santri yang duduk paling ujung tampak bersemangat. “Kak, kalau ada waktu ajari kami cara merapikan hijab dong. Kakak pakai hijabnya rapi banget, anggun sekali.”...

...Pipi Jingga memerah, ia menutup mulut menahan malu. “Masya Allah… aku juga masih belajar. Tapi kalau mau, kita bisa coba sama-sama.”...

...Tawa kecil pun terdengar, mencairkan suasana....

...Satu santri berani menggoda, “Pantas saja Ustadz Langit kelihatan bahagia akhir-akhir ini… ternyata Kak Jingga penyebabnya.”...

...Mendengar itu, Jingga buru-buru menggeleng cepat, wajahnya makin merah padam. “Astaghfirullah, jangan bilang begitu… Kakak jadi malu.”...

...Santri-santri itu saling pandang sambil tertawa kecil, jelas menyukai ketulusan dan kepolosan Jingga....

...Dari sisi lain serambi, Langit memperhatikan percakapan itu dengan senyum tipis. Hatinya lega melihat Jingga bisa di terima dengan baik oleh para santri....

...0o0__0o0...

...Beberapa menit setelah istirahat, Langit menggandeng tangan istrinya untuk melanjutkan keliling pesantren. Ia ingin mengenalkan satu per satu bagian yang ada di sana, mulai dari ruang kelas, asrama, hingga taman kecil di samping masjid....

...Jingga melangkah pelan, sesekali menunduk malu. Ia merasa semua mata tertuju kepadanya. Para santri yang berpapasan menyunggingkan senyum ramah, membuat pipinya merona....

..."Ini pertama kalinya aku jalan kaki keluar dan berkeliling di pesantren... ternyata begini rasanya." Jingga merasa bahagia dan bersyukur....

...Langit yang memperhatikan sejak tadi mulai gusar. Tatapan para santri yang tak bisa ia kendalikan membuat dadanya panas. Ada rasa tidak rela yang menggerogoti hatinya....

...“Ayo, cepat dek. Kita ke tempat yang lebih sepi,” bisiknya sambil meraih jemari Jingga, lalu setengah menutupi wajah istrinya dengan telapak tangan....

...Jingga terbelalak. “Astaghfirullah, kak! Kenapa wajah ku di tutupi ? Apa aku memalukan ?” ucapnya sebal....

...Langit menunduk, berusaha menahan amarah cemburu yang bergolak. “Bukan begitu, dek. Aku hanya... tidak rela ada laki-laki lain yang bisa menikmati kecantikan wajah mu. Lebih baik kalau kamu pakai cadar.”...

...Jingga terdiam sejenak. Matanya melebar tak percaya. “Hah ? Tidak, kak. Aku belum berkeinginan mengenakan cadar. Aku lebih nyaman seperti ini. Yang terpenting aku sudah menutup aurat dan menjaga pandangan,” ucapnya mantap....

...Bukan karena menolak tanpa alasan, melainkan ia merasa belum siap. Ada hal dalam dirinya yang masih perlu ia perbaiki sebelum melangkah ke tahap itu....

...Langit menarik napas dalam, mencoba melembutkan nada suaranya. Ia tak ingin membebani istrinya. “Baiklah, dek. Aku tidak akan memaksa. Perlahan saja... aku akan mendoakan mu. Semoga Allah segera mengetuk pintu hati mu.”...

...Jingga menunduk, senyumnya tipis. Hatinya hangat karena meski protektif, suaminya tetap tahu cara menghargai pilihan....

...Mereka baru saja melewati halaman tengah pesantren ketika beberapa santri yang baru selesai mengambil air wudhu berjalan beriringan. Salah seorang dari mereka memberanikan diri menyapa dengan senyum sopan....

...“Assalamu’alaikum, Ustadz... Wa’alaikumussalam, jawab Langit...” ucap santri itu singkat, matanya sekilas menatap wajah Jingga....

...Jingga yang memang ramah segera membalas, “Wa’alaikumussalam.” Ia tersenyum kecil, meski masih canggung....

...Namun, Langit sontak mengeratkan genggaman tangannya. Rahangnya mengeras. “Ayo, dek. Jangan lama-lama di sini.” suaranya terdengar dingin, membuat santri itu buru-buru menunduk dan berlalu....

...Jingga menoleh heran, “Kak... kenapa marah begitu ? Santri itu hanya menyapa dengan sopan.”...

...Langit menghentikan langkahnya, menatap istrinya lekat-lekat. Ada bara yang berusaha ia kendalikan. “Justru itu, dek. Senyum mu itu... aku tidak suka kalau ada lelaki lain yang bisa melihatnya. Senyum mu cukup untuk ku saja.”...

...Jingga terdiam, sedikit kaget dengan sikap protektif suaminya. Lalu ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan Langit....

...“Kak, aku paham perasaan mu. Tapi jangan berlebihan begitu. Kita kan di pesantren, wajar kalau ada yang menyapa. Lagi pula aku tidak berniat apa-apa. Hanya sekadar balas salam.”...

...Langit terpejam sesaat, lalu mengusap wajahnya sendiri. “Iya... maafkan aku. Aku terlalu terbawa rasa. Aku hanya takut kehilangan mu.”...

...Jingga menatapnya lembut, hatinya ikut luluh. “Aku di sini, kak. Tidak ke mana-mana. Yang penting, kita sama-sama menjaga niat.”...

...Langit mengangguk pelan, meski masih menyimpan cemburu di dada. Ia kembali menggandeng tangan Jingga, membawanya ke arah taman yang lebih sepi....

...Langit akhirnya mengajak Jingga ke taman kecil di belakang masjid. Tempat itu cukup sunyi, hanya terdengar gemericik air dari kolam ikan dan kicau burung yang hinggap di pepohonan....

...Angin sore berhembus lembut, membuat suasana terasa lebih teduh....

...Langit melepas genggaman tangannya, lalu menunduk sejenak. “Dek, maaf kalau tadi aku berlebihan. Aku sadar aku terlalu protektif. Padahal kamu hanya berusaha ramah.”...

...Jingga menatapnya, senyum tipis mengembang. “Tidak apa-apa, kak. Aku tahu kamu hanya ingin menjaga ku. Tapi ingat, aku juga ingin membuat mu tenang, bukan malah gelisah karena sikap ku.”...

...Langit terdiam, hatinya seperti di sentuh. Perlahan ia duduk di bangku taman dan menarik Jingga ikut duduk di sampingnya. Jemarinya menggenggam tangan istrinya erat....

...“Aku tidak tahu kenapa, tapi sejak menikah dengan mu... aku jadi lebih mudah cemburu,” ucapnya lirih. “Aku takut kalau ada yang merebut mu dari ku.”...

...Jingga menunduk malu, pipinya merona. “Kak... jangan bicara aneh-aneh. Aku milik mu. Aku sudah berjanji di depan Allah, jadi tidak ada yang bisa merebut ku.”...

...Langit menoleh, menatap wajah istrinya yang polos dan tulus. Ia mengangkat tangan, membelai pelan helai rambut yang terurai dari jilbab Jingga. Tatapannya melembut....

...“Dek... aku bersyukur sekali Allah menghadirkan mu dalam hidupku,” katanya dengan suara nyaris bergetar....

...Jingga menatap balik, matanya berkaca-kaca tanpa sadar. “Aku juga bersyukur, kak. Allah menitipkan aku pada lelaki sebaik diri mu. Jadi... jangan terlalu cemburu, ya ? Kita saling percaya.”...

...Langit mengangguk pelan, lalu tanpa sadar mengusap puncak kepala istrinya dengan penuh kasih. “Iya, aku percaya. Aku hanya ingin terus mendekatkan mu pada Allah bersama ku.”...

...Suasana hening, hanya ada suara angin dan gemericik air. Hati keduanya terasa hangat. Jingga tersenyum manis, kali ini bukan senyum canggung, melainkan senyum penuh rasa aman....

...Ketika suasana mulai tenang, Langit dan Jingga masih duduk di bangku taman. Jingga tersipu malu dengan tatapan penuh kasih dari suaminya. Namun, tanpa mereka sadari, seorang santri senior lewat dari arah samping taman....

...Santri itu sempat terhenti sejenak, matanya menyapu pemandangan Langit bersama seorang wanita muda yang begitu cantik duduk berdua. Ia menunduk sopan, menyapa, “Assalamu’alaikum, Ustadz.”...

...Langit sedikit terkejut, buru-buru menjawab singkat, “Wa’alaikumussalam.”...

...Santri itu pun berlalu, tapi dalam benaknya penuh tanda tanya. "Siapa perempuan itu ? Kenapa Ustadz Langit begitu dekat dengan-nya ?"...

...Tak butuh waktu lama, bisikan kecil mulai beredar di antara para santri. Ada yang berani menebak-nebak, ada pula yang hanya berdiam tapi menyimpan rasa penasaran....

...“Katanya Ustadz Langit sudah menikah diam-diam, ya ?” bisik seorang santri kepada temannya....

...“Serius ? Jadi perempuan yang tadi itu istrinya ?” sahut yang lain dengan mata berbinar penuh rasa ingin tahu....

...Ada juga yang ragu, “Tapi kok masih muda sekali ? Cantik pula... ah, jangan-jangan cuma keluarga yang datang berkunjung.”...

...Gosip kecil itu perlahan menyebar dari mulut ke mulut. Beberapa santri perempuan bahkan ikut membicarakan, sebagian dengan nada kagum, sebagian lain dengan rasa iri....

...Di sisi lain, Langit yang masih duduk di taman sempat menoleh ke arah jalan setapak. Ia bisa merasakan ada mata-mata yang memperhatikan....

...Langit menghela napas, dalam hatinya bergumam, "Sepertinya sebentar lagi gosip ini akan sampai ke telinga siapa pun... termasuk ke Nesya."...

...Jingga yang tidak tahu apa-apa hanya menatap ikan-ikan di kolam, sementara Langit sudah mulai memikirkan langkah selanjutnya agar nama baiknya, pesantren, dan rumah tangganya tetap terjaga....

...0o0__0o0...

1
Ita rahmawati
lah dari awal santrinya pada ramah² dn menyambut dg baik kirain udh tau itu bininya langit ternyta blm tau toh 🤦‍♀️🤦‍♀️
Baskom Majikom
jingga yang di puji, gue yang salting. /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
doa ummi pasti menembus langit 7. 🙏🙏🙏
Baskom Majikom
tunggu saja, jingga menjanda, bal /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ita rahmawati
bener tuh nti jd masalh lg gegara istribpertama gk di ajak 🤦‍♀️
baca cerita poli²an tuh suka bikin gemes tp mau gk dibaca penasaran bgt 😂
Baskom Majikom
ya, gue setuju dengan kata-kata itu. pada dasarnya manusia tidak luput dari rasa, kewewa, sakit hati, iri dll
Baskom Majikom
jangan cuma bisa sembunyi di balik kata khilaf, langit. /Shy//Shy//Shy//Shy/
Baskom Majikom
pada dasarnya semua cowok sama saja. mereka tidak akan tahan lama memendam hasrat /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
hah.. gue hanya bisa menghembus kan nafas greget. /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
pada akhirnya nesya di sikat juga sama langit. /Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
Baskom Majikom
apa sih... nesya. GJ banget lo. main tarik kerudung jingga /Awkward//Awkward/
Jolins Noeos
adem lihat langit dan jingga mode rukun, di bumbui cemburu pis tipis /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
Langit...uwuh banget.. /Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
Baskom Majikom
sumpah part ini bikin gue ngakak /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
jingga yang polos, langit yang frustrasi /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baskom Majikom
Langit... masih memikirkan perasaan nesya, bahkan saat berdua dengan jingga /Sweat//Sweat//Sweat/
Baskom Majikom
duuuu ngiri banget sma jingga yang punya mertua bijak/Sob//Sob//Sob/
Baskom Majikom
setuju banget sama ucapan ummi aisyah. punya dua istri bukan pekara yang gampang /Cry//Cry//Cry//Cry/
Baskom Majikom
biar gak puyeng, mending kamu pilih salah satu aja, ngit /Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
Baskom Majikom
jadi bingung mau komen apa? jadi langit gak mudah, jadi jingga serba salah /Scowl//Scowl//Scowl//Scowl/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!