Warga desa yang berasal didaerah pulau kecil yang terletak dibagian wilayah Timur mendadak dihebohkan dengan penemuan mayat dengan tubuh yang tinggal tulang belulang saja, karena bagian daging dan organ tubuhnya habis tidak tersisa.
Awalnya warga mengira jika korban dimakan hewan buas. Namun hal itu terbantahkan setelah beberapa warga menghilang dan ditemukan dalam kondisi yang sama dengan menyisakan tulang belulang saja.
Tak hanya itu, teror semakin merebak, dimana pelaku sudah menyerang mereka saat berada didalam rumah.
Siapakah sang peneror? Dan warga menyebutnya 'Hantu Suanggi, sebab berasal dari daerah pulau tempat dimana mereka tinggal berdekatan.
Apakah warga dapat menemukan sang peneror?
Ikuti kisah selanjutnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Terkendali
"Hah!" gadis kecil berusia dua belas tahun itu beringsut mundur. Ia melihat pergerakan dari perut sang adik semakin kencang, dan terdengar suara sosok sedang memakan sesuatu.
Deguban jantungnya memburu. Ia sangat ketakutan. Sang Bapa sudah melarangnya jangan keluar dari rumah, sebab ada banyak bahaya yang sedang mengintai.
Sementara itu, dua pria yang tadi ikut bersama Gaba' Rama ke hutan, dengan tujuan untuk memburu babirusa, sebab dituding sebagai jelmaan dari Suanggi, kini sudah tiba dirumah. Dan mereka membawa keluarga mereka untuk pergi meninggalkan kampung halaman, dan migrasi kepulau lain, mungkin menuju wilayah bagian barat, agar terhindar dari teror Suanggi.
Mereka terpaksa mengeluarkan semua ternak babirusanya, untuk dijadikan mode tranportasi menuju wilayah pantai, dan nantinya akan mengarungi lautan.
Disisi lain, bocah perempuan berwajah manis itu terlihat sangat takut, ketika terlihat sebuah tonjolan dikulit perut sang adik yang sudah tertuju pada bagian dada.
Wajahnya semakin pucat. Ia melihat sosok didalam tubuh adiknya sudah bergerak cepat dan sedang melahap isi organ tubuhnya.
Ia melangkah mundur. Lalu berjalan menuju pintu rumah bagian deoan, ia bergegas membukanya, dan tak menghiraukan pesan sang Bapa untuk tinggal.didalamnya.
Ia beranjak pergi, meninggalkan rumah, dan berlari sejauhnya.
Sementara itu, kedua orang yang tadi ikut memburu Suanggi dihutan, sudah jauh meninggalkan desa. Mereka tidak ingin lagi tinggal disana, dimana tempat Suanggi terus meneror mereka.
Rasa takut akan keselamatan keluarganya, membuat naluri mereka tidak bisa dicegah.
Disisi lain, Suanggi yang sedang berkamuflase menjadi ular Kobra Jawa, sedang menikmati buruannya.
Ia merobek kulit mangsanya, lalu menghabiskan dagingnya, dan bersendawa.
Sosok itu menatap kerangka sang anak yang sudah tidak lagi bernyawa, dan bergerak pergi meninggalkan.
Ia merasa sangat puas, telah memberikan pelajaran pada Gab' Rama, yang sudah mempengaruhi warga untuk menangkapnya. Emang semudah--itu?
Sosok melesat pergi meninggalkan rumah tersebut. Baginya sangat mudah untuk menembus pertahanan dari sang pria. Ia adalah pemilik kekuatan yang tak dapat dibantah. Ia membuat semuanya begitu mudah, dan tidak ada yang dapat mengalahkannya.
Saat bersamaan, gadis kecil itu terus berlari, ditengah jalanan berbatu, yang diapit oleh pohon damar disepanjang jalannya.
Nafasnya terdengar tersengal. Ia begitu sangat takut, dan tidak dapat membayangkan apa yang sebenarnya terjadi pada sang adik.
Bukankah mereka baru saja bermain? Lalu mengapa tiba-tiba saja pergi dan tak bergerak?
Ia masih trauma dengan kematian sang ibunda, dan tak ingin melihat kejadian serupa yang sangat mengerikan baginya.
Gadis kecil itu terus berlari, membelah jalanan, tanpa alas kaki, dan tak perduli jika kakinya harus berdarah, akibat tergores bebatuan tajam.
Sesekali ia menoleh ke arah belakang. Berharap ada yang akan menolongnya, atau setidaknya sosok itu tak mengejarnya.
Hingga diujung kejauhan, ia mendengar suara gemuruh yang berasal dari hentakan kaki babirusa, dan ia menghentikan pelariannya. Kemudian berdiri, sembari menggerakkan kedua tangannya keatas, untuk memberitahu, jika ia sedang membutuhkan pertolongan.
Gaba' Rama yang sedang menunggangi babirusa dengan kecepatan tinggi, akhirnya menghentikan hewan tersebut, dan firasatnya sudah tidak lagi baik.
Ia merasakan tulang tubuhnya seolah rapuh. Bagaimana tidak, puteri sulungnya sendirian, lalu kemana puteri bungsunya?
Pria itu menyambar tubuh sang gadis kecil. Ia mendekapnya, dan mengusap punggungnya, untuk menenangkannya.
Gadis kecil itu terlihat terisak. Ia sesenggukkan, dan seolah sedang melihat sesuatu yang mengerikan.
"Adik, Bapa. Adik," ucapnya dengan suara tertahan. Dadanya terasa sesak, ia sangat ketakutan.
Gaba' Rama tidak menjawab, ia memilih untuk membawa puterinya pulang, dan melihat apa yang sedang terjadi.
"Kita pulang ka rumah," ia kembaki menunggangi babirusa, lalu menuju kediaman mereka.
Sesampainya didepan halaman rumah. Pria itu menarik nafasnya dengan berat. Sebab tidak dapat menahan rasa sakitnya. Bulir bening jatuh disudut matanya, hatinya hancur lebur.
Ia tak lagi dapat mencegah keganasan dari kekuatan hitam yang digunakan oleh Suanggi, dan apakah ia harus menyerah?
Saat bersamaan, ia melihat beberapa rombongan warga yang terlihat menunggangi hewan ternak mereka, dan bersiap untuk pergi.
"Maafkan kami, Gaba' Rama. Kami harus meninggalkan desa ini, dan kami akan bermigrasi ke wilayah bagian barat ataupun wilayah bagian tengah, sebab desa ini tak lagi aman," seorang pria berpamitan padanya, dan diperkirakan ada sekita empat kepala keluarga yang meninggalkan desa tersebut.
"Selamat dalam perjalanan, semoga sampai tujuan," ucapnya dengan nada kecut. Rasanya ia ingin juga ikut bersama mereka, namun itu tandanya, jika ia akan dicap sebagai pengecut.
Disisi lain, ia tak dapat menghalangi warga yang ingin pergi, sebab bagaimanapun, itu adalah pilihan mereka, dan ia hanya menganggukkan kepalanya.
Sedangkan untuk kemalangannya hari ini, ia harus membereskannya sendiri.
Warga yang ingin bermigrasi meninggalkan kampung halaman, mulai bergerak, dan mereka tak hentinya berdoa dengan mengalungkan coral dileher mereka, sebagai jimat yang dipercaya dan ditakuti oleh Suanggi.
Gaba' Rama melangkah masuk. Dadanya terasa sesak. Ia tidak tahu, harus bagaimana lagi untuk dapat mengalahkan Suanggi, yang terus saja semakin ganas.
Langkahnya terhenti, saat ia berada diambang pintu. Bulir bening jatuh disudut matanya. Ia tak sanggup melihat kerangka puterinya yang tergeletak tanpa menyisakan daging sedikitpun.
Hatinya sangat sakit. Jiwanya rapuh, ia mendekap puteri sulungnya dengan erat, dan tak ingin mmebuat gadis kecil itu, melihat sesuatu yang sangat mengerikan.
Ia membawa puterinya ke dalam kamar. Menutup pandangan sang anak, agar tidak melihat kerangka sang adik, yang sudah tak menyisakan daging sedikitpun.
"Kamu disini dulu, jangan keluar, Bapa sedang ada urusan," ia mengunci pintu kamar dari arah luar, dan bergegas membereskan jasad puterinya, seorang diri.
Bahkan ia menguburkannya disamping rumah, tanpa ada yang membantunya, sebab warga yang masih bertahan, mengurung diri mereka dirumah.
Setelah menyelesaikan semuanya. Ia kembali masuk ke dalam rumah, lalu bergegas menemui puterinya. Ia melihat, jika gadis kecil masih dalam ketakutan, usianya baru dua belas tahun, dan ada ketakutan yang begitu nyata.
"Sayang, dengarkan Bapa. Jika suatu saat nanti kamu menemukan Bapa mati, maka kamu pergilah sejauh mungkin. Pergilah ke arah pantai, dan kamu ikut berlayarlah, hiduplah jauh dari pulau ini, tapi ingat, tuju-lah wilayah Barat, ataupun tengah, karena Suanggi tidak ada disana." pesannya pada puterinya. Ia mengusap ujung rambut sang gadis dengan hati yang sangat sakit, namun ia harus memikirkan keselamatan puterinya.
Ia akan mencari tetangganya yang akan bermigrasi, dan menitipkannya kepada mereka.
Pria itu mencari benang yang cukup kuat, yang biasa dipakai oleh para tukang untuk mengukur saat pembuatan rumah.
Ia membuat sebuah ajimat yang mana coral kering yang mudah rapuh itu ia masukkan kedalam plastik transparan, yang biasa digunakan untuk membungkus gula, lalu membungkusnya dengan kain hitam, bersama dengan tulang punggung dari ikan coro babi.
Kemudian ia menjahitnya, dan membuat kalung, untuk disematkan pada leher sang gadis.
mkne jgn mudh di hasut lahh kann mbalek kann
itulah yg terjadi pada si ibu nya milea
tp klo di lihat dr ilmu hitam nya ngeri juga e awk baca nya masa iya makan dan minum darah hiii smoe licit tuh tulang kekk kucing makan tulang aja. 🫣🫣🫣