PILIHAN HATI HASYA

Safea berlari kecil menyusuri koridor rumah sakit,di belakangnya Mira sang asisten mengikutinya,wajah keduanya terlihat begitu panik bercampur khawatir.

Sekitar 30 menit yang lalu,Mira asisten sekaligus sahabat nya menerima telepon dari perawat yang menjaga dan merawat ibu Safea menelpon, mengatakan bahwa ibu Safea tiba-tiba drop.

" Apa yang terjadi mbak?" Safea masih dengan nafas memburu menghampiri suster penjaga ibunya.

Mira ikut berhenti tepat di belakang safea, bersiap jika terjadi sesuatu dengan sahabat sekaligus atasan nya itu.

" Saya tadi di minta ibu beli bubur ayam mbak, jadinya ibu saya tinggal sebentar,pas saya balik ke ruangan lihat ibu sedang menangis seraya memegang beberapa lembar foto" wanita yang di panggil mbak oleh safea menceritakan kronologis kejadian sebagai jawaban.

" Foto? Foto apa mbak? Dari siapa?" safea merasa sangat heran, sebuah foto bisa menyebabkan ibunya seperti itu.

" Saya ga tau dari siapa mbak,tapi foto-foto..itu, adalah anu mbak,gimana ya" suster itu terlihat antara bingung dan ragu ingin mengatakan yang sebenarnya.

" Anu itu apa mbak? Bilang aja,kenapa mbak harus nutupin" Safea merasa tak sabar ingin segera tau.

" Itu foto-foto mbak dengan laki-laki dan foto-foto itu terlihat begitu seksi dan intim" akhirnya suster itu mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.

Safea mengaga dengan mata melotot,ia membekap mulutnya seraya menggeleng, tubuhnya seakan ingin limbung ke belakang, andai saja Mira tidak sigap menahan nya di belakang.

" Se-sekarang di mana foto-foto itu mbak?" safea bertanya tak sabaran.

" Masih di ruangan perawatan ibu mbak,saya belum sempat memindahkan atau membuangnya,saya masih menunggu kabar ibu"

Safea tak lagi mengatakan apapun,ia langsung membalikkan tubuhnya menghadap Mira, matanya menyiratkan sebuah ketakutan.

"Buruan kita ke ruangan perawatan ibu,mbak tolong disini sebentar ya" Safea menarik cepat lengan Mira, keduanya berjalan cepat, bahkan terkesan setengah berlari menuju ruangan ibunya Safea di rawat.

Tiba di ruangan itu,kaki Safea terasa begitu lemah,ia terduduk di lantai saat melihat beberapa foto sedikit berantakan di atas ranjang sang ibu, sedangkan Mira dengan sigap mengumpulkan semuanya dan menyimpan nya ke dalam tas miliknya.

Safea menggeleng " siapa yang melakukan ini ya Tuhan,aku harus bagaimana Mir? Bagaimana aku menjelaskan nya pada ibu saat ibu sudah sadar nanti,dan apa yang harus aku katakan pada Hasya jika ia sampai tau, bagaimana cara aku mengatakan nya?"

Safea terlihat begitu frustasi karena memikirkan masalah yang harus ia hadapi,ini adalah masalah yang paling ia takutkan,adik dan ibunya tau tentang perbuatan nya.

" Tenang lah,aku akan berusaha untuk membuat Hasya tidak tau,kamu tenangkan dirimu, jangan terlalu mencolok dan terpuruk, kasihan Hasya akan semakin terpuruk kalau sampai lihat kamu seperti ini dengan keadaan ibu yang juga kritis"

Mira seperti biasa selalu memberikan nasehat yang menguatkan sang bos sekaligus sahabatnya itu,tiga orang yang telah ia anggap sebagai keluarga nya dan ia sayangi layaknya keluarga kandung nya.

" Kamu tunggu di sini,aku akan bicara dengan mbak agar tidak mengatakan apapun pada Hasya saat dia datang nanti" Mira berusaha membuat keadaan menjadi lebih baik, walaupun ia bahkan tidak tau sampai kapan semuanya itu akan bisa di sembunyikan.

Sedangkan di villa,Hasya merasa sangat gelisah, perasaannya terasa begitu tidak tenang,Hasya merasa semua yang ia lakukan salah.

Sejak pagi ia berada di kebun bunga miliknya bersama para Art,tapi perasaan nya gelisah,tidak seperti biasanya ia akan merasa tenang saat melihat bunga-bunga yang ia tanam mulai terlihat pertumbuhan nya.

" Bi..kok perasaan ku seperti tidak tenang gitu ya bi,apa akan terjadi sesuatu? atau sedang terjadi sesuatu pada ibu atau kakak ku ya bi" Hasya menceritakan pada bi Jum.

" Perasaan nona aja mungkin,kalau ada apa-apa dengan ibu nona pasti perawat yang jaga ibu nona akan menghubungi nona, begitupun jika terjadi pada kakak nona, pasti asisten pribadi nya akan menghubungi nona.

Bik Jum berusaha membuat nona muda nya tenang dan nyaman,beliau melanjutkan memotong daun-daun bunga yang terlihat sudah mulai mengering.

Dan tak berselang lama, ponsel dalam saku dress panjang nya berdering, menandakan ada yang menghubungi nya melalui panggilan telepon.

Dengan segera Hasya mengangkat panggilan di ponselnya, pikirannya yang tengah gelisah membuatnya tak ingin mengabaikan dering pada ponselnya,terlebih saat melihat nama yang tertera di layar ponsel nya.

[ Assalamualaikum mbak Mira...]" Hasya mengawali dengan salam.

[waalaikumsalam...sya..itu..kamu bisa segera datang ke rumah sakit? ibu tiba-tiba kritis]".

Deg... bagaikan di sambar petir, keterkejutan yang Hasya rasakan saat ini,ia sampai menjatuhkan ponsel di tangan nya,untung bi Jum dengan sigap menangkap nya dan berbicara dengan Mira, mengatakan bahwa beliau akan mengantarkan sang nona muda ke rumah sakit.

" Non Hasya...kita kerumah sakit sekarang kan? Biar bibi yang temenin" bujuk bi Jum berusaha memberikan kekuatan pada Hasya.

" Tapi tuan Ezar melarang saya keluar selain ke kantor bi,kalau saya membantah dia akan menghukum semua yang berada di villa ini" hasya merasa sangat serba salah,ia ingin melihat ibunya yang tengah kritis,tapi ancaman Ezar tak main-main.

Ya sejak satu minggu yang lalu, Ezar mulai terlihat menjalankan rencananya,ia membuat peraturan super ketat untuk Hasya, membuatnya seperti tawanan,gadis cantik itu hanya di izinkan keluar dari villa untuk ke kantor, selebihnya tidak,Hasya bahkan harus memohon jika ingin menjenguk sang ibu di rumah sakit.

Dan Ezar juga sudah mulai sering berinteraksi secara lebih intens dan intim pada nya, walaupun belum sampai pada tahap menidurinya,tapi Ezar semakin berani dan terang-terangan menyentuhnya seperti mencium nya, bahkan Ezar berani melakukan itu di kantor.

" Biar bibi yang akan tanggung jawab, yang terpenting nona jenguk ibu nona dulu sekarang,jangan sampai nona akan merasakan penyesalan yang lebih besar nantinya " bi Jum meyakinkan sang nona muda.

" Biar saya telfon asisten Reza saja dulu" Hasya mulai menggerakkan jemarinya mencari no ponsel asisten pribadi suaminya untuk meminta izin pada sang suami.

Hasya bahkan tak memiliki nomor telepon pribadi milik Ezar,segala sesuatu yang ingin ia katakan pada Ezar, selalu melalui Reza asisten pribadi Ezar.

" Sebaiknya tidak perlu nona, karena... karena katanya tuan tengah ke bandara menjemput mama nya" akhirnya bi Jum memberitahukan kemana sang tuan muda pergi.