Sila, seorang gadis karier dari dunia modern yang tajam lidah tapi berhati lembut, terbangun suatu pagi bukan di apartemennya, melainkan di sebuah istana mewah penuh hiasan emas dan para pelayan bersujud di depannya—eh, bukan karena hormat, tapi karena mereka kira dia sudah gila!
Ternyata, Sila telah transmigrasi ke tubuh seorang selir rendahan bernama Mei Lian, yang posisinya di istana begitu... tak dianggap, sampai-sampai namanya pun tidak pernah disebut dalam daftar selir resmi. Parahnya lagi, istana tempat ia tinggal terletak di sudut belakang yang lebih mirip gudang istana daripada paviliun selir.
Namun, Sila bukan wanita yang mudah menyerah. Dengan modal logika zaman modern, kepintarannya, serta lidah tajamnya yang bisa menusuk tanpa harus bicara kasar, ia mulai menata ulang hidup Mei Lian dengan gaya “CEO ala selir buangan”.
Dari membuat masker lumpur untuk para selir berjerawat, membuka jasa konsultasi percintaan rahasia untuk para kasim.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Malam ketujuh puluh lima masa ngidam Mei Lin tercatat sebagai malam paling melelahkan di seluruh catatan harian Istana Langit Timur.
Kenapa? Karena Mei Lin… ingin mencium aroma tanah basah setelah hujan, tapi dari desa tempat kelahirannya di selatan, bukan tanah istana.
“Tanah desa selatan berbeda,” katanya sambil duduk di ranjang, membelai perutnya yang makin membulat. “Ada wangi kenangan dan petai muda.”
Kaisar Liang Xu yang baru saja mengganti jubah untuk tidur, langsung menoleh pada pelayan. “Kirim utusan ke desa selatan. Bawa satu peti tanah basah yang masih hangat dan belum disentuh matahari.”
Si Tang mengangguk dan mulai menulis memo, “Yang Mulia, apakah perlu disegel agar tetap lembap?”
“Gunakan kendi emas. Pakai jimat pelindung kalau perlu.”
Malam itu, kepala gudang menangis karena semua kendi emas yang baru dicetak untuk festival malah dipakai buat ngidam.
Keesokan harinya saat kaisar sedang berdiri di balkon dia di kejutkan oleh kedatangan pelayan yang terburu buru melapor.
“Yang Mulia!” pelayan masuk terburu-buru. “Permaisuri ingin seluruh kamar dicat ulang!” ujar pelayan itu dengan nafas tersengal sengal
Liang Xu menoleh dari balkon, “Kenapa?”
“Karena warna kuning emas terlalu mengingatkan beliau pada telur asin.” jawab pelayan itu
Sang Kaisar menatap langit dan bertanya pada dirinya sendiri apakah ia sedang hidup atau ikut drama panggung keliling.
“Ganti semua warna jadi biru langit,” titahnya lelah.
“Tapi bukan biru langit biasa. Biru langit sebelum badai. Sekitar jam 4 sore.” ujar kaisar lagi dan itu membuat
Kepala pelukis istana langsung masuk ke mode meditasi karena mencari referensi "langit sebelum badai pukul 4 sore" bukan pekerjaan biasa.
---
Kaisar Liang Xu adalah sang Suami Super, bagaimana tidak jika memiliki isteri seperti Mei Lin yang sangat heboh.
Salah satu kehebohan paling tak terlupakan terjadi ketika Mei Lin ngidam ingin melihat Kaisar menari.
“Menari?” Liang Xu yang baru saja menyelesaikan 3 dokumen aliansi militer, menatap sang permaisuri dengan was-was.
“Iya. Tapi bukan tarian biasa. Aku ingin melihatmu menari seperti bebek yang sedang sedih.”
Kaisar Liang Xu, Raja dari Langit Timur, Penakluk dari Timur Laut dan Barat Daya, sempat menatap dirinya di cermin.
“Tolong pastikan tidak ada pelukis istana malam ini,” ujarnya dingin. Tapi dalam hati ingin menangis
Dan malam itu… Kaisar Liang Xu menari bebek sedih, bukan bebek yang merasa sedih tapi dirinya yang sedih karena wibawanya sudah akan anjlok.
Dan seluruh istana menjadi saksi bahwa cinta bisa mengalahkan harga diri, kedudukan, bahkan logika.
---
Ketika Selir Jadi Tim Support
Para selir yang dulunya bersaing kini menjadi "SQUAD NGIDAM" alias pasukan khusus untuk memenuhi keinginan Mei Lin.
Selir Qian yang dulu suka menentang Mei Lin kini jadi ahli bubur tempurung kelapa dengan saus jeruk manis.
Selir Ping menjadi ahli aroma terapi, khusus menghidangkan bau-bauan yang sesuai suasana hati sang Permaisuri.
Suatu kali Mei Lin ingin suasana seperti malam musim gugur di desa, maka seluruh selir menyanyikan lagu sedih sambil memegang daun kering dan angin buatan dari kipas kayu.
“Kita adalah para selir…” gumam Ping sambil meniup kipas, “Tapi sekarang lebih mirip pemandu wisata rasa nostalgia.”
---
Momen Mengharukan di Tengah Kekonyolan yang terjadi
Suatu malam, Liang Xu kembali dari pertemuan dengan utusan kerajaan sebelah. Tubuhnya lelah, matanya merah, namun langkahnya ringan ketika masuk kamar permaisuri.
Mei Lin tertidur sambil memeluk bantal besar berbentuk ayam. Di sisi tempat tidurnya ada secarik kertas, tulisan tangannya masih berantakan:
"Untuk Kaisarku. Terima kasih sudah bertahan dengan semua tingkahku. Aku tahu aku cerewet, aku tahu aku rewel. Tapi semua ini... karena aku takut. Takut kehilangan. Takut menyakiti makhluk kecil ini sebelum ia lahir. Aku hanya ingin segalanya sempurna... untukmu... untuk kita..."
Liang Xu terdiam lama.
Ia tak berkata apa-apa. Ia hanya duduk di sisi ranjang, membelai rambut istrinya, lalu berbisik pelan, “Tak perlu sempurna, cukup kamu dan aku. Itu sudah lebih dari cukup.”
Dan malam itu, untuk pertama kalinya, sang Kaisar tidur sambil memeluk istri dan anak dalam kandungannya tanpa mimpi buruk tentang dokumen negara atau tarian bebek sedih.
---
Beberapa bulan berlalu Puncak Ngidam Parade Istana Tengah Malam terjadi. Tepatnya di sebulan menjelang kelahiran, ngidam Mei Lin mencapai titik puncak.
Ia ingin parade tengah malam dengan tema “Dongeng Naga dan Kelinci Patah Hati”.
“Harus ada naga pakai mahkota, kelinci menari, dan lampion berbentuk tomat.”
Kepala protokol istana nyaris pingsan.
Tapi Kaisar hanya berkata, “Laksanakan.”
Maka, seluruh pelayan istana, termasuk para jenderal dan tabib, dilatih untuk menjadi kelinci penari. Naga raksasa dari sutra disiapkan, dan seluruh halaman istana diterangi lampion tomat.
Mei Lin duduk di tandu istimewa, tertawa dan tersenyum lebar, memegangi perutnya yang makin membulat.
“Anakku pasti senang, kan?” bisiknya pada Liang Xu.
“Anak kita akan lahir di dunia yang penuh tawa karena ibunya… luar biasa.”
---
Tanpa terasa akhirnya fase ngidam Mei Lin perlahan mereda seiring masuk bulan kesembilan. Tapi kehebohan di istana tak berhenti.
Para selir mulai bertaruh soal jenis kelamin bayi. Pasukan kaisar sudah menyiapkan nama-nama calon pangeran dan putri. Kaisar sendiri lebih sering menatap langit sambil tersenyum, entah kenapa kini mendadak suka makan asam-asam juga.
Sementara Mei Lin, mulai menulis surat-surat kecil untuk anaknya.
Untuk putra atau putriku
“Kalau kamu perempuan, kamu harus tahu: kamu bisa menari bebek dan tetap jadi pemimpin.
Kalau kamu laki-laki, kamu harus tahu: mencintai artinya bisa rela menari demi seseorang.
Dunia ini besar. Tapi tak ada tempat yang lebih hangat dari pelukan orang tuamu.”
Dari ibumu yang cantik tiada duanya serta menyayangi kalian
Dan dengan itu, Mei Lin mantan gadis barbar, mantan selir paling tak dianggap, sekarang Permaisuri Langit Timur—bersiap menanti hari paling besar dalam hidupnya.
Hari ia akan menjadi seorang ibu.
Bersambung