NovelToon NovelToon
Misteri Desa Lagan

Misteri Desa Lagan

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Hantu / Tumbal
Popularitas:560
Nilai: 5
Nama Author: rozh

Saddam dan teman-temannya pergi ke desa Lagan untuk praktek lapangan demi tugas sekolah. Namun, mereka segera menyadari bahwa desa itu dihantui oleh kekuatan gaib yang aneh dan menakutkan. Mereka harus mencari cara untuk menghadapi kekuatan gaib dan keluar dari desa itu dengan selamat. Apakah mereka dapat menemukan jalan keluar yang aman atau terjebak dalam desa itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rozh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12. Diobati

Thalib menyembelih tiga ekor ayam hitam, hitam semua bulunya, paruh bahkan kakinya. Dia mendapatkan ayam itu di rumah tetangga yang dibantu oleh Bang Irul.

"Rul, caliakan ayam ko sampai ndak ngaroyok lai, den siap an alat-alat Luh — Rul, perhatikan ayamnya, benar-benar mati sampai tidak bergerak lagi. Aku akan menyiapkan bahan-bahan dulu." Thalib berkata pada Bang Irul.

"Siap, Mando."

Setelah ayam benar-benar mati, Irul membantu menyobek kulitnya, mengeluarkan isi perut ayam itu, lalu memberikan dagingnya pada Nek Raisyah, sementara isi perutnya dia berikan pada Thalib.

"Ko nyo isi paruik ayam tu, Mando a — Ini isi perutnya Bang."

Thalib mengambilnya, menyisihkan bagian hati, ampela dan ususnya. Lalu, membersihkannya sampai bersih berkali-kali, terutama usus ayam itu, beberapa kali dicuci dengan perasaan jeruk nipis.

"Apa yang bisa kami bantu, Bang, Pak?" Viko bertanya pada Bang Irul dan Pak Thalib yang tampak sibuk.

Sementara Agung dan Diro sudah membantu Nenek menyiapkan bumbu untuk memasak rendang ayam.

"Pai lah ambiak karambia mudo di bulakang Rul jo paja-paja ko — Ambil kelapa muda di kebun belakang Rul bersama mereka."

"Siap Mando, bara buah? — Baik Bang, berapa biji?" tanya Irul.

"Nan pantiang bana tigo untuk paja-paja ko, kok labiah rancak Bana, ma tauan nio pulo ang — Yang penting sekali hanya tiga biji untuk anak-anak ini, kalau dilebihkan bagus juga, mungkin saja kamu juga mau," jawab Thalib.

"Jadih, Mando — Baiklah Bang."

Bang Irul bersama Saddam dan Viko mengambil kelapa muda dengan bambu dan sabit. "Sigi nan luruih! Eh, maksudku senterin dengan bener, lurusin ke buahnya biar bisa di ambil," ucap Bang Irul, yang awalnya hampir berbahasa daerah Lagan pada mereka berdua, kemudian memperbaiki dengan bahasa Indonesia.

Ya, bagaimana tidak, sekarang sudah malam, jadi mereka butuh penerangan.

"Apa itu?" Bang Irul terkejut saat mendapati suara dari semak-semak sebelah sana, ditambah dengan suara aneh.

"Tidak ada Bang, lanjut saja itu suara angin," jawab Saddam tak ingin membuat suasana semakin menakutkan, sebenarnya Saddam juga mendengar suara itu.

"Ah, iya, mungkin aku salah dengar." Irul bergegas mengambil kelapa dan terburu-buru berjalan bersama Saddam untuk kembali masuk ke dalam rumah, mereka masuk dari pintu dapur yang terbuka karena Nek Raisyah dan Thalib tengah sibuk berkutat di sana.

"Ko Mando, dapek 5 a — ini bang, aku mengambil lima biji kelapa."

Tiga kelapa itu di buka, di masukkan rempah-rempah, salah satunya daun Durian Betawi yang diremas-remas, kemudian telur ayam dan air jeruk purut besar, di aduk di dalam air kelapa muda tadi.

"Bawalah tiga kelapa yang sudah di ramu kan ini ke depan bersama usus yang sudah bersih ini!" pinta Thalib pada Saddam.

"Baik, Pak."

Saddam membawa tiga kelapa muda yang sudah di ramu itu, beserta usus ayam mentah ke depan, sementara Thalib tampak mencari tiga ember besar. Setelah mendapatkan ember itu, beliau pun juga ikut ke depan, sementara Bang Irul sudah mengunci rapat pintu dan jendela dapur, dia sedikit takut, lalu membantu Nek Raisyah mengaduk-aduk ayam yang ada di kuali tengah mengungkepnya dengan bumbu rendang.

"Tingga kan lah, bia Tek lanjuik kan, kamuko lah, ko alah sudah a — Tinggalkan saja, pergilah ke depan, biarku lanjutkan, ini sudah selesai," ucap Nek Raisyah.

"Jadih, Tek — Baik, Tante."

Bang Irul duduk bersila melihat Agung, Viko dan Diro, meminum air kelapa muda tadi.

Setelah air kelapa muda itu habis, usus itu di letakan di piring satu-satu, di hadapan Viko, Agung dan Diro. " Masukkan usus ini ke mulut kalian, pegang pangkalnya, agar tidak tertelan," kata Thalib.

Ketiga pemuda itu ternganga, lalu saling pandang. "Usus mentah ini, Pak?" tanya Viko memastikan.

"Iya, kalian tidak memakannya, cukup masukkan ke mulut dan tenggorokan kalian saja, pegang pangkalnya agar tidak tertelan, setelah semua habis masuk ke kerongkongan, tarik kembali," ulang Thalib lagi.

Agung, Viko dan Diro merinding melihat usus mentah itu. Lalu, menatap Saddam. Pemuda itu tampak mengangguk. "Lakukanlah, biar kalian cepat sembuh," ucapnya agar meyakinkan ketiga temannya itu.

Akhirnya, mereka pun mencoba.

"Uweek!" Baru saja di masukkan ke mulut, Agung sudah muntah, dan muntahnya di tampung di ember.

Saddam baru paham guna tiga ember besar kosong itu, rupanya untuk menampung muntah.

"Uwek!"

"Uwek!"

Diro, Viko dan Agung muntah-muntah, ada yang sudah masuk setengah, ada yang hampir selesai masuk semua usus, tapi dimuntahkan.

Bang Irul duduk menjauh karena merasa tidak tahan mendengar, melihat dan mencium aroma muntah, sementara Saddam tampak biasa saja, masih duduk di dekat ketiga temannya.

"Lakukan terus, sampai kerongkongan dan perut kalian bersih," ucap Thalib. Beliau duduk santai di depan tiga pemuda itu sambil ngopi.

Viko menyelesaikan semua usus ketelan, hingga menyisakan pangkal yang dia pegang saja, lalu ditarik keluar dan dimuntahkan.

"Uwek!" Mukanya memerah dan air mata mengalir. Semua air kelapa bahkan semua yang dia makan sehari ini keluar, bahkan seperti rambutan yang belum hancur pun juga tampak keluar dimuntahkan.

"Minum ini! Baca sholawat nabi tiga kali dan berdoa agar sembuh." Thalib memberikan segelas air putih yang sudah di irisan serbukan kemeyan putih.

Bahkan setelah minum segelas air putih itu, Viko kembali muntah-muntah mendengar Agung dan Diro yang juga muntah-muntah.

Badan mereka bertiga lemas setelah muntah-muntah.

"Kalian bisa istirahat, jika perut kalian terasa lapar, cukup minum saja, kalian baru boleh makan mulai esok subuh," jelas Thalib.

Saddam bersalaman dan memberikan sedikit uang jajan kepada Thalib. "Pak, ini hanya syarat obat, tolong jangan ditolak, terimakasih telah membantu kami."

Thalib menatap Saddam lalu menepuk pundaknya hangat, tersenyum dan menyimpan uang yang diselipkan ditangannya di saku tangan tanpa melihat jumlah uang itu.

"Semoga kalian cepat sembuh." Thalib menatap tiga pemuda lemes itu. "Mandeh, Denai pulang dulu jo Irul, alah malam bana — ibu, aku pulang dulu bersama Irul, ini sudah larut malam." Thalib berpamitan dan mencium punggung tangan Nek Raisyah.

Bang Irul pun juga ikut mencium punggung tangan Nek Raisyah, kemudian mereka berdua pulang.

"Kalian segeralah istirahat, Nenek juga sudah ngantuk."

"Iya Nek, terimakasih."

"Dam, malam ini ... kita berempat tidur bersama ya, please!" Agung dan Diro tampak memohon.

"Iya, mari tidur bersama, kalian bertiga belum sembuh," jawab Saddam. "Tidur di kamarku, atau kamarmu Viko?"

"Kamarmu saja Dam," jawab Viko.

"Baiklah, kalian berdua ambillah selimut, keperluan kalian seperti charge atau apapun, aku akan mengambil air minum dulu ke dapur untuk jaga-jaga, jika kalian harus, soalnya tenaga kalian pasti habis setelah muntah." Setelah berkata seperti itu, Saddam langsung ke dapur.

Saat dia mengambil minum ke dapur, dia mendengar suara perempuan minta tolong dari arah luar jendela dapur, saat dia hendak mengintip, kucing Rina dan Roni melompat lalu mengeong. Membuat Saddam terlonjak kaget.

Tiba-tiba, Nek Raisyah muncul dari belakangnya berkata. "Sudah malam, tidurlah," katanya dingin.

"Iya, Nek, jawab Saddam. Saddam membawa teko yang berisi air bersama satu gelas. "Oh iya Ne-" ucapan Saddam terhenti saat dia menoleh ke belakang tidak ada Nek Raisyah dan kedua kucing itu.

Saddam langsung memutar badan, berjalan cepat menuju kamar, sepanjang jalan dia membaca ayat kursi dan ayat-ayat pendek.

Puk! Tiba-tiba pundak Saddam dirangkul.

Deg!

1
Ubii
Sebenarnya gadis di foto itu siapa ya? kok muncul terus/Speechless/
Ubii
rarww /Skull/
Ubii
merinding, gak bisa bayangin /Sweat/
Ubii
keren ceritanya, dari sekian banyak yang aku baca, ini sangat menarik /Angry/ aku tunggu kelanjutannya ya!
Rozh: Oke, terimakasih, semoga suka dan terhibur sampai cerita ini tamat 🌹
total 1 replies
Ubii
lagi tegang-tegangnya malah di bikin ngakak/Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!