NovelToon NovelToon
Kisah Pengalaman Horor

Kisah Pengalaman Horor

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Kumpulan Cerita Horror / Hantu
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: butet shakirah

cerita ini adalah kumpulan kisah nyata yang di ambil dari pengalaman horor yang dia alami langsung oleh para narasumber


-"Based On truth stories"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon butet shakirah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Yakin Itu Hajatan?

Cahaya matahari pagi telah terbit, yang menyapa Ujang yang masih terguling-guling di atas bantal. Aroma nasi goreng buatan Mak Ani menggelitik hidungnya, membangkitkan semangat petualangan. Hari ini, Sungai Bentang menantinya! Sejak kecil, Ujang, pemuda desa dengan senyum semanis buah rambutan, sudah jatuh cinta pada dunia bawah air. Sungai Bentang, dengan arus tenang dan ikan-ikannya yang beraneka ragam, adalah surganya. Melihat cuaca sedang cerah ujang memutuskan untuk memancing ikan di Sungai.

"Mak, Ujang mancing, ya!" seru Ujang, suaranya bersemangat. Ia sudah tak sabar ingin merasakan sensasi tarikan ikan di ujung kailnya.

 “Pagi-pagi betul kau, Jang. Udah sarapan belum?”ocehan Mak Ani kepada Ujang.

“Belum, Mak. Nanti Ujang makan di sana aja. Bawa bekal singkong rebus sama air putih.”jawab ujang sambil menunjukkan bawaannya.

Mak Ani, wanita tangguh dengan rambut yang mulai memutih di ubun-ubun, tersenyum. "Hati-hati, Jang. Jangan sampai magrib baru pulang. Emak khawatir!"

Ujang mencium tangan ibunya, "Iya, Mak! Ujang janji!" Sebungkus nasi dan sebotol air mineral sudah siap dalam tas kecilnya. Petualangan dimulai!

Sepanjang perjalanan, Ujang bersiul riang. Udara pagi yang segar membasahi kulitnya, kicauan burung-burung menjadi iringan langkahnya yang ringan. Sesampainya di tepi Sungai Bentang, ia segera memasang umpan cacing—umpan andalannya. Cacing merah jambu itu bergoyang-goyang menggoda ikan-ikan yang bersembunyi di dasar sungai.

Waktu berlalu seperti air sungai yang mengalir. Matahari semakin tinggi, memancarkan sinarnya yang terik. Ujang masih asyik dengan dunia bawah airnya, belum ada ikan besar yang bersedia menari di ujung kailnya. Hanya beberapa ikan kecil yang menjadi teman sepi.

"Duh, rejeki anak soleh masih di jalan, kayaknya," gumam Ujang, sedikit kecewa. Ia menggulung kailnya, berniat mencari spot baru.

Tiba-tiba, dari kejauhan, terdengar alunan gendang dan seruling yang merdu. Suara tawa dan riuh rendah pesta menggema di udara. Hajatan itu berlangsung di bawah rumpun bambu yang rindang, akar-akarnya yang tua membentuk semacam amfiteater alami yang teduh.  Tenda-tenda berwarna-warni,  meriah dengan motif berwarna kuning dan dihiasi lampu-lampu kecil yang berkilauan,  tersebar di lapangan terbuka.  Udara berdengung dengan energi meriah—perpaduan alunan musik gendang dan seruling,  irama gendang yang berdebar,  dan celoteh riang para tamu.

...*Gambaran Hajatan Yang Terjadi*...

Ujang menjadi sangat penasaran. Aroma makanan lezat menusuk hidungnya. Ia tak kuasa menolak godaan itu dan langsung menghampiri hajatan yang dilihatnya.

"permisi, mohon maaf di sini sedang ada acara apa ya?!" sapa Ujang, langkahnya tak lagi tergesa-gesa.

Seorang wanita cantik, berselendang kuning yang indah, menyambutnya dengan ramah. "iya Bang. Silakan masuk, sedang ada hajatan. Makan dulu, yuk bang!"

Ujang pun larut dalam pesta itu. Meja-meja yang penuh dengan hidangan melimpah ruah dengan sajian lezat.  Lemang, nasi ketan harum yang dikukus dalam bambu,  berdiri tegak di samping dodol yang mengkilap,  manisnya yang kaya menjanjikan kelezatan.  Gunungan nasi kenduri, nasi wangi yang dimasak dengan santan dan rempah-rempah,  tertumpuk tinggi,  dikelilingi berbagai macam lauk pauk: gulai kambing, rendang, gulai sayur rebung, dan berbagai hidangan lokal lainnya.  Aromanya memabukkan,  campuran rempah-rempah,  santan,  dan daging yang gurih. Ia menikmati setiap suapan dengan penuh syukur. Suasana pesta yang meriah seakan membiusnya. Ia bernyanyi, berjoget, tertawa lepas bersama para tamu.

Para tamu,  mengenakan pakaian melayu terbaik mereka,  bergerak bebas di antara meja-meja.  Anak-anak saling kejar-kejaran,  tawa mereka bergema di antara rumpun bambu di tepi sungai.  Orang dewasa terlibat dalam percakapan yang hidup,  suara mereka naik turun dalam simfoni yang ceria.  Sebagian menari dengan anggun mengikuti irama alunan gendang dan seruling,  gerakan mereka mengalir dan ekspresif.  Yang lain duduk dalam kelompok kecil,  berbagi lelucon dan cerita.  Udara berdengung dengan rasa kebersamaan dan perayaan yang nyata.  Hio dibakar perlahan,  menambahkan dimensi mistis dan harum pada suasana.

Minuman berlimpah;  teko-teko teh es dan air kelapa segar menawarkan kesegaran di bawah terik matahari tropis.  Secara keseluruhan,  suasana itu adalah gambaran kehidupan yang hidup,  perpaduan harmonis antara adat istiadat tradisional dan kegembiraan pesta.  Itu adalah pemandangan yang akan terukir selamanya dalam ingatan Ujang.

Waktu berlalu tanpa terasa. Matahari mulai tenggelam, langit berubah warna menjadi jingga keemasan. Ujang baru tersadar. Ia lupa akan janjinya pada ibunya, lupa akan tujuan awalnya memancing ikan. Ia lupa waktu!

"Permisi, Bu," pamit Ujang, sedikit malu. Ia menerima bingkisan dari tuan rumah, sebuah bungkusan daun talas yang diikat rapi.

Ujang bergegas pulang. Namun, jalan pulang tak semudah yang dibayangkan. Ia tersesat di tengah hutan yang gelap gulita. Rasa takut dan kebingungan mulai menguasai dirinya. Ia berjalan berputar-putar, tanpa arah yang jelas. Sehingga ia menjadi frustasi dan gelisah. Seolah – olah hutan ditepi sungai menghantarkan niat ke Ujang supaya Pasrah  dan menyerah.

Namun di rumah, Mak Ani dan keluarganya sudah cemas setengah mati. Waktu berlalu semakin larut. Matahari mulai condong ke barat. Burung-burung kembali ke sarang. Tapi Ujang belum juga kunjung pulang ke rumah mereka. Mereka mencari ke tepi sungai, bertanya pada tetangga, tetapi tak ada yang tahu keberadaannya. Kecemasan berubah menjadi kepanikan.

 “Biasanya jam segini Ujang udah pulang. Jangan-jangan dia ke rumah temannya dulu?” tanya Mak Ani kepada Ayahnya Ujang dengan nada yang resah dan gelisah sambil meremas pakaian lusuhnya

 “Tenang dulu, Mak. Mungkin dia lagi asyik mancing. Nanti juga pulang.” Jawab Bapak Leman sambil menenangkan istrinya.

Namun hingga malam menjelang, Ujang tak kunjung datang. Emak mulai gelisah. Ia mondar-mandir di teras rumah, menatap jalan setapak yang gelap. Kerisauan yang tidak mendasar dalam hati Mak Ani menjadi titik utama untuk dia menangis akan hal ketidak pulangan  anak bujangnya.

 “Bapak, Ujang belum pulang. Perasaan Mak nggak enak.”tangis emak pecah dan raut wajah tua yang sendu sambil meremas pakaian yang ada di dadanya.

“Mak, Besok pagi saja kita coba cari dia ke sungai. Hari sudah larut malam bahaya jika kita cari pada malam ini. Kemungkinan dia tersesat atau jatuh. Maka dari itu kita berdoa dan melakukan Shalat malam saja supaya Ujang diberi keselamatan” ujar Bapak Leman dengan tegar dan untuk menenangkan kondisi yang sudah ricuh menjadi kondusif kembali.

Malam itu, keluarga Ujang tak bisa tidur. Lampu minyak di ruang tengah menyala temaram. Doa-doa dipanjatkan, berharap Ujang baik-baik saja dan pulang dengan selamat.

Paginya  Bapak, Emak, dan beberapa tetangga langsung bergegas menyusuri aliran sungai. Mereka menemukan bekas jejak kaki di tepi sungai, tapi tak ada tanda-tanda Ujang.

“Ini jejak kaki Ujang. Tapi kenapa cuma sampai sini?”ucap Bapak Leman yang merasa aneh namun hatinya merasa kacau.

“Aneh. Kalau dia jatuh, pasti ada bekas tergelincir. Ini bersih. Apa tidak ada tanda tanda yang lain supaya Ujang dapat ditemukan”balas Pak RT juga ikut kebingungan kasusnya sangat berbeda akan kejadian kejadian yang lain.

“hanya Alat pancing dan ember yang kami temukan Pak RT di tepi sungai tempat pemancingan seperti biasa.” Ucap salah satu warga yang ikut membantu.

“Bagaimana ini Pak RT apa Ujang kemungkinan dapat ditemukan?”tanya Bapak Leman

“Kita coba saja cari Ujang sampai sore ini. Jika tidak dapat juga kita coba sampai seminggu untuk pencarian keberadaan Ujang. Semoga saja dia kita temukan secepatnya, bapak leman jangan khawatir kita cari bersama-sama.”Jelas Pak RT dengan tenang dan memegang bahu pak Leman selaku ayahnya Ujang.

Pencarian tetap dilanjutkan hingga sore para tetangga bergantian untuk mencari Ujang. Namun hasilnya nihil tidak ada satu tanda kemunculan Ujang.

1
butet shakirah
mohon dukungannya dan Terima kasih readers
Siti Nurhalimah
👻😱so creepy
saijou
Jelasin dong!
butet shakirah: jelasin bagian part apa kak?
total 1 replies
Anonymous
lanjutkan thor penasaran cerita asli lainnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!