NovelToon NovelToon
Tumbuh Di Tanah Terlarang

Tumbuh Di Tanah Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Nikahmuda / Poligami / Duniahiburan / Matabatin
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Adra

Aruna telah lama terbiasa sendiri. Suaminya, Bagas, adalah fotografer alam liar yang lebih sering hidup di rimba daripada di rumah. Dari hutan hujan tropis hingga pegunungan asing, Bagas terus memburu momen langka untuk dibekukan dalam gambar dan dalam proses itu, perlahan membekukan hatinya sendiri dari sang istri.

Pernikahan mereka meredup. Bukan karena pertengkaran, tapi karena kesunyian yang terlalu lama dipelihara. Aruna, yang menyibukkan diri dengan perkebunan luas dan kecintaannya pada tanaman, mulai merasa seperti perempuan asing di rumahnya sendiri. Hingga datanglah Raka peneliti tanaman muda yang penuh semangat, yang tak sengaja menumbuhkan kembali sesuatu yang sudah lama mati di dalam diri Aruna.

Semua bermula dari diskusi ringan, tawa singkat, lalu hujan deras yang memaksa mereka berteduh berdua di sebuah saung tua. Di sanalah, untuk pertama kalinya, Aruna merasakan hangatnya perhatian… dan dinginnya dosa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Adra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TDT 4

Mereka berjalan perlahan menuruni jalan setapak yang dibatasi semak-semak liar di kiri-kanan, menuju area sektor C yang cukup tersembunyi di balik lereng kecil. Saat tiba di petak-petak sayur itu, Raka langsung bergerak dengan kepekaan seorang peneliti sejati. Ia jongkok, menyentuh tanah, mencium kelembapannya, lalu memeriksa batang dan daun tanaman satu per satu.

Aruna mengamati dari jarak dekat, tapi membiarkan Raka larut dalam dunia kecilnya yang penuh ketelitian. Jari-jari Raka bergerak lincah, sesekali mengeluarkan kaca pembesar kecil dari saku rompinya, memperhatikan bercak kekuningan di daun, dan menyentuh bagian akar tanaman yang terlihat layu.

“Daunnya mengering dari pinggir, dan warnanya mulai memucat...ini bukan sekadar kekurangan air,” gumam Raka, lebih kepada dirinya sendiri, tapi cukup keras untuk didengar Aruna.

Ia berdiri dan menatap ke sekeliling. “Tapi kenapa hanya di sektor ini?” tanyanya, seolah sedang berbicara pada teka-teki di depannya. “Coba nanti kita ambil sampel tanahnya. Kemungkinan ada patogen jamur. Atau bisa juga masalah pH.”

Aruna mengangguk, sedikit kagum pada cara Raka bekerja. Fokus, tak banyak bicara, tapi setiap kata yang keluar terasa penuh isi. Ada keahlian yang nyata di sana dan itu sangat menggoda bagi Aruna yang selama ini terbiasa dengan orang-orang yang hanya pandai bicara, namun tidak menyentuh akar persoalan.

Terik mulai menggigit kulit ketika bayangan tubuh mulai mengerut di tanah. Aruna mengusap pelipisnya dan melirik ke arah Raka yang masih tekun dengan tanaman terakhir yang ia periksa.

“Raka, kita istirahat dulu yuk, di saung dekat kebun tomat. Matahari sudah mulai kejam,” ujar Aruna sambil menunjuk ke arah bangunan kecil beratap rumbia tak jauh dari sana.

Raka mengangguk, lalu mengemasi alat-alat kecilnya ke dalam tas ranselnya. Mereka berjalan menyusuri jalur tanah yang mulai mengering, melewati deretan pohon tomat yang sarat buah, menuju saung yang terletak sedikit tersembunyi di bawah pohon ketapang besar.

Begitu tiba, Aruna duduk di bangku kayu panjang yang sedikit berdebu, lalu membuka botol air minumnya. Raka meletakkan tasnya di lantai bambu, duduk menyandar, dan melepaskan kacamata hitamnya.

“Saya pikir penyebab utama kerusakan tanaman di sektor ini itu kombinasi antara jamur tanah dan kadar pH yang menurun. Ada bercak seperti akibat fusarium wilt, tapi ada juga gejala seperti serangan pythium,” jelasnya, menatap ke depan seolah membayangkan gambaran mikroskopis di kepalanya.

“Sebagian sampel daun dan tanah akan saya bawa untuk dites di lab. Kita harus tahu persis jamur atau bakteri apa yang dominan, supaya bisa dipilih fungisida atau pengendali hayati yang tepat.”

Aruna menyimak dengan saksama, matanya sesekali memperhatikan lekuk garis rahang Raka saat bicara. Ia mengangguk sambil menatap lurus ke luar saung.

Aruna membuka kotak plastik bening dari dalam tas anyamannya, memperlihatkan potongan-potongan cheese brownies yang tampak lembut dan menggoda dengan lapisan keju leleh di atasnya. Aroma manis langsung menguar, menyatu dengan semilir angin siang yang lewat di sela-sela dinding saung bambu.

“Saya buat ini semalam. Cobain, ya. Masih layak, kok,” ucap Aruna sambil menyodorkan kotaknya pada Raka.

Raka tidak menolak. Ia mengambil sepotong, menggigitnya perlahan, lalu matanya sedikit melebar seolah tidak menyangka.

“Wah, ini enak banget, Bu. Saya serius. Kalau dijual, saya pasti jadi pelanggan pertama,” katanya dengan wajah antusias.

Aruna tersenyum lebar, hatinya menghangat. “Itu saya bikin sendiri,” jawabnya lirih, namun penuh rasa bangga.

“Wah, luar biasa. Ibu Aruna ini sudah cantik, pandai masak lagi. Saya yakin, suami Ibu pasti orang paling beruntung,” tambah Raka sambil tertawa ringan, tanpa sadar melempar kalimat yang menusuk sisi lain hati Aruna.

Seketika senyum itu menguap dari wajah Aruna. Tatapannya menerawang jauh, menyelusup ke sudut-sudut kenangan tentang suaminya yang kini lebih sering jadi tamu di rumah mereka sendiri. Satu sisi hatinya mengeras, menahan rasa kecewa yang perlahan muncul ke permukaan.

Raka menyadari perubahan ekspresi itu. Ia buru-buru meralat, “Maaf, Bu... saya enggak bermaksud menyinggung. Saya hanya...”

Aruna cepat menggeleng, mencoba mengembalikan rona ramah di wajahnya. “Tidak apa-apa, Raka. Hanya saja, kadang kenyataan tidak semanis brownies ini,” ujarnya, disambung dengan senyum tipis yang menyimpan ratusan cerita tak terucap.

Raka memilih diam, menghargai ruang yang mulai sunyi. Hanya suara daun yang digesek angin terdengar pelan, menemani dua hati yang duduk berdampingan tapi diselimuti pikiran masing-masing.

Pandangan mereka tertuju ke arah hamparan kebun yang luas di depan saung, di mana beberapa pekerja tampak sibuk merawat barisan sayur. Ada yang membungkuk memeriksa daun, ada yang memikul keranjang, dan sebagian lagi sedang menyiram dengan alat semprot punggung. Latar belakangnya adalah lereng bukit yang hijau, membuat keseluruhan pemandangan tampak seperti lukisan hidup.

“Luas juga, ya, Bu... Kalau boleh tahu, totalnya berapa hektar?” tanya Raka sambil memicingkan mata ke arah timur, memperkirakan sendiri skala lahan yang terlihat seakan tanpa ujung.

Aruna tersenyum kecil. “Totalnya dua puluh lima hektar. Lima hektar di sebelah barat itu baru saya beli tahun lalu. Khusus untuk menanam sayuran impor seperti kale, paprika romaine lettuce, pakcoy, dan zucchini. Lumayan laku di supermarket premium dan hotel-hotel.”

Raka mengangguk-angguk, kagum tak hanya pada luasnya lahan, tapi juga pada cara Aruna mengelola bisnisnya. Wanita itu bukan sekadar pemilik kebun, tapi juga punya visi dan arah.

“Wah, keren banget, Bu. Udah punya pasar tetap lagi. Enggak semua petani bisa kayak gitu,” ujarnya tulus.

Aruna menoleh, memandang Raka dengan tatapan sungguh-sungguh. “Makanya saya butuh bantuan kamu, Raka. Tanaman di sektor C itu bisa saja menyebar ke area lain kalau tidak segera ditangani. Gagal panen itu bisa jadi bencana, bukan cuma secara bisnis... tapi juga pemimpin yang bertanggung jawab pada banyak pihak.

Raka mengangguk sekali lagi, lebih mantap. “Saya paham, Bu. Kita selamatkan tanaman-tanaman ini, satu per satu.”

1
ovi eliani
thor blm up ya
ovi eliani
mantap, lebih baik di cintai laki 2 yg tulus sepertih raka, dr pada mencintai bagas yg tak tau arah kehidupan.
xia~xiaoling
masya'allah thor..tata bahasanya mendalam menyentuh ngena banget d hati..thor km org yg puitis..pinter bikin sajak..
prosanya sip...mkin skbma novel mu thor
Dee: Masya Allah, makasih banyak ya Kakak 🌸🙏 Komentarmu bikin semangatku nulis makin menyala. Aku senang banget kalau tulisanku bisa menyentuh hati pembaca. Doain semoga ke depannya aku bisa terus konsisten berkarya dan bikin karya yang lebih baik lagi. Terima kasih sudah membaca dan mendukung 🙏💖
Kalau tertarik silakan baca karya2ku yg lain...
total 1 replies
R 💤
Hallo Thor, aku mampir 👋🏻👋🏻👋🏻
Dee: Hai Kakak... 😄
Terima kasih sudah mampir dan baca Tumbuh di Tanah Terlarang! 👣🌿
Semoga ceritanya berkesan ya. Jangan lupa tinggalkan bintang dan komentar kalau suka 💬✨
Kalau kamu tertarik, boleh juga intip karya-karya aku yang lain...

Salam hangat dari author,
DeeMar 🖋️
total 1 replies
R 💤
Aruna lagi puber kedua gak sih, hehe
Dee: Haha bisa jadi~ makasih udah nangkep vibe-nya Aruna 😄 Jangan bosan sama tingkah dia ya!
total 1 replies
ovi eliani
aduhhhh aku bacanya kurang semangat thor, sesuatu yg sdh retak mungkin dapat di satukan tapi masih terlihat garis nya, itu yg di radakan aruna, jadi ikutan lelah bacanya
ovi eliani
wah drama tarik ulur ini, yg ada nanti akan lebih menyakitkan lg tinggalkan masa lalu aruna raih masa depam nooo raka udah nunggu. cicil kopernya sama raka satu satu jadi klo udah selesai cepat berangkat...
Daniah A Rahardian: Aruna plis, koper udah dicicil, hati Raka juga udah dicicil buat kamu 😭 tinggal kamu aja tuh yang ngaret terus! Gaskeun!
total 1 replies
ovi eliani
mau up lg song seru nih
Daniah A Rahardian
wow.. pedas sekali omonganmu Bagas😱
ovi eliani
aku bacanya gemes, karena hati ku tidak seluas aruna ngalah muluh, jd lah wanita yg tegas aruna, untuk apa rumah tangga di jalani tp tidak ada kebahagian di dalam pernikahan, sdh hampir 20 tahun ber rumah tangga apa tidak ingin kehadiran buah hati, hanya pernikahan dingin dan hampa , ayolah bikin cerita yg bikin greget up berikutnya ada ketegasan dan keputusqn aruna buqt bagas mungkin sebuah ancaman yg membuqt bagas berpikir, hanyq semua sarqn thor terima kasih
Dee: Itulah seni menulis membangkitkan rasa kesal, gemas, bahkan marah. Kalau ceritanya datar-datar saja, ujung-ujungnya pembaca sudah bisa menebak akan berakhir bahagia. Tapi dalam cerita ini, semuanya masih penuh teka-teki😊
total 1 replies
Daniah A Rahardian
Sabar itu ada batasnya, Mas Bagas......
ovi eliani
baru tau bagas , rumput tetanga pada hijau, makanya jgn masuk hutan terus, sekali2 lihat rumput tetanga, semangat aruna panas in aja terus bagas biar tau rasa. untuk raka slow men...klo jodoh ngak kemana, semangatbthor up lg dong kurqng bacanya
Daniah A Rahardian
Mulai panas.... perlu AC nih...😄👍
ovi eliani
jgn pernah membuat hati seorang istri menjadi lelah karena lelahnya wanita adalah suatu kehancuran semangat thor
Dee: Terima kasih atas komentarnya, Kak Ovi. Ungkapan yang sangat dalam dan penuh makna. Saya setuju bahwa kelelahan seorang wanita, apalagi seorang istri, dapat berdampak besar pada semangat dan keharmonisan. Semoga cerita ini dapat terus memberikan pesan dan refleksi yang berarti.
total 1 replies
ros
ceritanya menarik 👍
Dee: Terima kasih Kakak, yg selalu setia ngikutin cerita aku, semoga terhibur ya...
Jangan lupa komen dan likenya 💖🙏🏻
total 1 replies
ovi eliani
nah mulai tumbuh benih benih ngak taulah , up doble thor karena bacanya kurang terus semangat thor terima kasih.
Daniah A Rahardian
Fix, kisah ini cocok jadi sinetron jam 7 ‘Cinta Terlarang Tapi Bikin Nagih’."
Dee: iya, bisa... bisa😄
total 1 replies
ovi eliani
ceritanya ringan menarik untuk dibaca
ovi eliani
cie cie istri orang senangnya, semangat raka pilih yg terbaik buat mu , tp statusnya jgn istri orang juga , jawabannya ku tunggu janda mu. semoga entar sore atau malam up lg, senang banget bacanya semangat thor..
Dee: Ditunggu ya... aku usahain bisa up tiao hari, tadi nonton bola dulu hhee...
total 1 replies
ovi eliani
belum up thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!