NovelToon NovelToon
Cinta Datang Dari Kakak Mantan

Cinta Datang Dari Kakak Mantan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Pengantin Pengganti / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ira Adinata

Perselingkuhan antara Kaivan dan Diana saat tiga hari menjelang pernikahan, membuat hati Alisa remuk redam. Keluarga Kaivan yang kepalang malu, akhirnya mendatangi keluarga Alisa lebih awal untuk meminta maaf.

Pada pertemuan itu, keluarga Alisa mengaku bahwa mereka tak sanggup menerima tekanan dari masyarakat luar jika sampai pernikahan Alisa batal. Di sisi lain, Rendra selaku kakak Kaivan yang ikut serta dalam diskusi penting itu, tidak ingin reputasi keluarganya dan Alisa hancur. Dengan kesadaran penuh, ia bersedia menawarkan diri sebagai pengganti Kaivan di depan dua keluarga. Alisa pun setuju untuk melanjutkan pernikahan demi membalas rasa sakit yang diberikan oleh mantannya.

Bagaimana kelanjutan pernikahan Alisa dan Rendra? Akankah Alisa mampu mencintai Rendra sebagai suaminya dan berhasil membalas kekecewaannya terhadap Kaivan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ira Adinata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengungkap Kebohongan

Sarapan pagi ini terasa berbeda. Diana sudah bangun lebih awal dan menyiapkan berbagai menu makanan dari bahan-bahan yang tersedia di kulkas. Ia memasak ayam goreng dan sambal sebagai menu utama. Tak lupa, gadis itu juga menyiapkan lalapan sebagai pendampingnya. Bukan itu saja, Diana juga membuat pisang goreng sebagai penutup.

Ketika makanan-makanan itu dihidangkan di ruang keluarga, Rendra tersenyum sumringah mendapati menu sarapan yang beragam. Begitu juga dengan Alisa, yang ikut merasa senang melihat kebaikan Diana dalam menyediakan makanan.

"Ayo, kita sarapan bersama!" ajak Diana sembari menaruh tiga gelas air putih dari nampan.

"Wah, Diana! Kamu rajin sekali, ya, membuat sarapan selengkap ini. Seharusnya, sih, Kaivan nggak perlu keberatan mendapatkan istri seperti kamu," puji Rendra.

Diana tersipu-sipu.

"Jujur saja, aku merasa tidak enak merepotkan kamu menyiapkan sarapan sepagi ini," kata Alisa, lalu meneguk segelas air minum.

"Tidak usah sungkan, Alisa. Aku tamu di sini. Nggak enak kalau cuma numpang tanpa kontribusi apa pun. Setidaknya, aku bisa membantumu meringankan pekerjaan rumah sedikit demi sedikit," sanggah Diana.

"Enggak, enggak. Seharusnya kamu tidak perlu melakukan apa pun," bantah Alisa. "Kamu ini tamu kami, apalagi keadaanmu sedang hamil. Kamu jangan capek-capek, ya. Nanti setibanya di toko kue, aku tempatkan kamu di bagian kasir saja. Oke?"

"Terima kasih, Alisa." Diana tersenyum simpul.

Ketiganya memulai sarapan dengan tenang. Rendra mengambil makanan lebih dulu, kemudian disusul Alisa dan Diana. Saat menyantap ayam goreng, Rendra mengangguk pelan.

"Masakanmu enak juga. Pantas saja Ibu menyuruh kamu memasak saat acara makan malam," ucap Rendra menatap Diana.

"Aku biasa memasak, Kak. Syukurlah kalau makanan buatanku cocok di lidah kalian," jelas Diana.

"Oh, ya, Diana. Selain memasak, apa lagi yang membuat Kaivan kepincut sama kamu? Padahal, Alisa lebih cantik dan mandiri dari kamu," tanya Rendra dengan entengnya.

Alisa mendelik pada Rendra dan menyikutnya. Seketika, suaminya itu mengernyitkan kening, tak paham dengan kecemburuan di wajahnya. Adapun Diana, memperhatikan sepasang suami istri itu sambil tersenyum getir.

"Mungkin ... karena aku bisa memberikan segalanya, Kak," jawab Diana ragu-ragu.

"Segalanya? Bukannya Alisa sering membelikan barang-barang dan mentraktirnya jalan-jalan?" Rendra melanjutkan pertanyaannya.

Alisa memelototi Rendra sambil menggeram. "Kak Rendra ...."

"Apa? Aku cuma tanya-tanya saja, bukan bermaksud merendahkanmu," tegas Rendra menatap istrinya dengan kedua alis terangkat.

Alisa mendengus sebal, lalu melahap nasi dan ayam goreng. Diana tersenyum-senyum melihat kekesalan di wajah Alisa. Kendati demikian, ia tetap bersikap santai dan lebih bijak.

"Iya, Alisa memang sering membelikannya barang-barang bagus dan mentraktir makanan. Hanya saja ... Kaivan tak bisa menyentuh harga dirinya," jelas Diana.

Seketika, Rendra tertegun mendengar penjelasan Diana. "Harga dirinya? Maksudnya ... Kaivan belum pernah menyentuh Alisa?"

Diana menatap Alisa sebentar, kemudian mengangguk. "Kata Kaivan, Alisa terlalu sibuk dengan pekerjaan dan kuliah. Setiap kali diajak liburan dan menginap di suatu tempat, Alisa selalu menolak dengan alasan terlalu lelah," tuturnya.

"Itu karena aku tahu modus pria hidung belang seperti apa. Kaivan sering melakukan percakapan ke arah yang lebih intim, tapi aku selalu memberinya syarat untuk segera mengadakan pernikahan jika ingin sesuatu yang lebih dari diriku," timpal Alisa.

Tercengang Rendra mendengar perkataan kedua gadis itu. "Benarkah? Kalian tidak sedang bersekongkol untuk membersihkan nama Alisa, kan?"

Alisa memukul lengan Rendra sambil memberengut. "Persekongkolan apa yang Kak Rendra maksud?!"

Diana mengerutkan dahi. "Kami tidak bersekongkol untuk apa pun. Justru aku sering dengar sendiri dari Kaivan, kalau dia sengaja menjamahku karena ... k-karena Alisa sulit diajak berhubungan suami istri tanpa ikatan pernikahan."

Seketika, Rendra terdiam. Alisa melirik suaminya dengan tajam, kemudian meneguk air dari gelasnya.

"Kenapa reaksi Kak Rendra seperti itu? Memangnya kalian belum pernah melakukan malam pertama seperti kebanyakan pengantin baru?" Diana bertanya dengan mata membulat.

Rendra tersenyum canggung sambil menggaruk belakang kepalanya. "Kami belum sempat melakukannya karena—"

"Kami terlalu sibuk," potong Alisa melanjutkan perkataan Rendra sambil nyengir.

"Oh." Diana mengangguk. "Kalau begitu, kenapa kalian tidak mengambil cuti dan melakukan bulan madu barang tiga hari saja? Biasanya tiga bulan itu masa-masa indah bagi pengantin baru, sedangkan kalian sudah lewat waktu segitu masih—"

"Ah, kamu benar!" Rendra menyela. "Sepertinya kami perlu melakukan bulan madu. Benar, kan, Alisa?" katanya sembari menoleh pada istrinya.

Alisa tersenyum simpul, kemudian bergegas menaruh piring bekas makannya dengan cemberut. Kesal ia melihat ketidakpekaan Rendra akan situasi yang ada.

Selesai sarapan dan membereskan rumah, mereka bertiga segera pergi bekerja. Rendra menaiki mobilnya, disusul Alisa dan Diana. Sebelum mengantar sang istri ke kantor, Rendra mengantar Diana lebih dulu ke toko kue. Ternyata toko itu sudah buka lebih awal.

"Terima kasih sudah mengantarku kemari," kata Diana setelah turun dari mobil dan menatap Alisa.

"Iya. Nanti kamu bilang aja sama Bella kalau sekarang kalian bertukar posisi karena perintah dari Alisa," ujar Alisa.

Diana mengangguk. "Nanti aku sampaikan."

"Kalau begitu, sampai jumpa nanti sore," pamit Alisa.

Diana melambaikan tangan, mobil Rendra pun berlalu dari pandangannya. Gadis itu bergegas masuk ke toko kue dan menjumpai rekan-rekan kerjanya.

Sementara itu, Alisa masih memberengut di mobil. Rendra meliriknya sebentar, sembari tersenyum-senyum.

"Kamu masih kesal, ya?" tanya Rendra, matanya menatap lurus ke jalanan.

"Iya. Aku kesal karena Kakak lebih percaya perkataan orang lain ketimbang istri sendiri. Sudah aku bilang, kalau aku ini belum pernah dijamah oleh Kaivan. Aku belum bisa membuka hati buat Kakak karena sakit hati sama dia. Apa itu belum cukup jelas?" cerocos Alisa bersungut-sungut.

"Iya ... Aku minta maaf, ya, karena nggak percaya sama kamu," ucap Rendra menatap Alisa sebentar sambil memasang wajah memelas.

Alisa mendengus, lalu membuang muka.

"Ah ... Seandainya saja tadi malam Diana tidak memintamu menemaninya tidur di kamar lain, mungkin aku tidak perlu menanyakan hal-hal seperti tadi sama dia," seloroh Rendra.

Seketika Alisa menoleh pada suaminya sambil mengerutkan dahi. "Maksud Kakak apa?!"

Rendra terkekeh. "Ya ... Kamu tahu, kan? Semalam hampir saja kita melakukannya."

Alisa tersipu malu dan membuang muka. Sesekali ia tersenyum-senyum membayangkan momen indah sekaligus konyol yang mereka lakukan semalam. Barangkali momen malam itu akan mengubah segalanya, mulai dari kepercayaan Rendra sampai tumbuhnya benih cinta di hati Alisa.

Setibanya di kantor, Alisa bergegas menuju gedung. Disapanya orang-orang dengan ramah, disertai senyum manis yang merekah dari bibirnya. Entah mengapa, hati Alisa begitu berbunga-bunga setelah mendapat kepercayaan dan permohonan maaf dari suaminya. Ia benar-benar merasa lega.

Ketika memasuki ruang divisinya, tak sengaja Alisa mendapati Kaivan sudah sibuk di meja kerjanya. Diam-diam ia memperhatikan luka memar Kaivan dari kejauhan. Alisa terkikik-kikik, puas melihat pria menyebalkan itu menerima balasan atas tindakan kasarnya pada Diana.

"Mbak, kenapa senyum-senyum begitu?" tanya karyawati berhijab memperhatikan Alisa.

1
irma hidayat
bahagia banget akhirnya istri Rendra udah luluh buka hati ikhlas terima takdir, lanjut up nya thor semangat
irma hidayat
lanjut up nya thor
irma hidayat
bagus ceritanya thor meskil ilfil pada karakter kaivan masa perempuan hamil sama dia tega ditendang, tak layak dapat maaf
Reni Anjarwani
lanjut thor
irma hidayat
laki2 psiko kayanya kaivan, bahaya harus dibawa ke rmhskt jiwa
irma hidayat
mimpi tinggi Chika sampai ingin dapat ceo dari keperawananmu jadi ilfil
Reni Anjarwani
lanjut
Reni Anjarwani
lanjut thor
irma hidayat
katanya perempuan cerdas Alisa bukti vidio/potonya perlihatkan
Reni Anjarwani
doubel up thor
Ah Serin
alisa bodoh jangan jadi bayangan kaivan. lupa masalalu dan bina hidup baru dengan rendra
lanjut thorrrr.
Nur Adam
lnjut
Mundri Astuti
cihhhh Diana pake ngomong cinta, mana ada cinta yg diawali perselingkuhan, kamu tu cuma dianggap selingan, bersyukurlah Alisa ngga jadi sama kaivan
Myra Myra
tunjukkan bukti PD semua org sekali...pdn muka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!