Alika tak pernah membayangkan hidupnya bisa berubah secepat ini. Semua berawal dari satu permintaan sepele saudari tirinya, yang menyuruh Alika pergi ke sebuah hotel.
Karena sebuah kekeliruan, Alika justru masuk ke kamar hotel yang salah dan menghabiskan malam dengan Sagara, sang CEO dingin dan arogan yang selama ini hanya dikenalnya dari jauh.
Apa yang terjadi malam itu seharusnya dilupakan. Tapi takdir berkata lain.
Saat Alika mengetahui dirinya hamil. Ia dihadapkan pada pilihan yang sulit, menyembunyikan semuanya demi harga diri, atau menghadapi kenyataan dengan kepala tegak.
Namun, yang paling mengejutkan, justru adalah keputusan Sagara. Pria yang katanya selama ini tak tersentuh, datang kembali ke dalam hidupnya, menawarkan sesuatu yang lebih dari sekadar tanggung jawab.
Cinta perlahan tumbuh di antara keduanya. Tapi mampukah cinta bertahan saat masa lalu terus menghantui dan realita kehidupan tak berpihak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 06 Babu
Alika duduk di tepi ranjang. Rambutnya masih basah dan tubuhnya pun sangat lelah. Tapi, Alika harus segera bersiap untuk pergi bekerja.
Alika bekerja sebagai office girl di sebuah perusahaan properti ternama. Tugasnya adalah membersihkan kantor dan membuatkan kopi juga hal-hal kecil lainnya.
Pekerjaan itu memang terlihat sederhana, namun Alika bersyukur. Setidaknya ia masih memiliki pekerjaan. Daripada terus berada di rumah yang tidak pernah memberikan Alika kedamaian sama sekali.
“Sabar Alika. Yakinlah suatu saat kamu akan mendapatkan kebahagiaan.”
Alika menatap bingkai foto yang ada di atas meja. Dimana pose seorang pria sedang tersenyum.
“Aku rindu ayah. Kenapa ayah begitu cepat pergi dan meninggalkanku sendirian?” Alika kembali menangis mengingat cinta pertamanya yang kini sudah tiada.
Lantas, ia buru-buru menghapus air matanya. Tak mau riasan sederhana itu terhapus sia-sia.
**
**
“Ayo semangat, Alika!” gadis itu menyemangati dirinya sendiri.
Sesampainya di kantor, Alika langsung disambut dengan suasana kantor yang nampak sibuk seperti biasanya. Para karyawan berlalu-lalang dengan cepat, membawa dokumen, menyiapkan presentasi dan sibuk dengan komputer mereka.
Bagi Alika, dunia mereka terasa begitu jauh dan tidak terjangkau. Ia hanyalah lulusan sekolah menengah atas sementara mereka berpendidikan tinggi.
“Alika!” panggil seseorang.
Alika menoleh. “Pak Ridwan?” gumamnya.
“Kenapa baru datang? Nggak lihat ini jam berapa?” tanya Ridwan menunjuk arloji yang melingkar di tangan kirinya. “Kamu pikir kantor ini milik bapak moyangmu dengan seenaknya sendiri kamu datang terlambat!”
Suara Ridwan terdengar lantang dari belakang. Membuat Alika membeku di tempat karena malu. Lagi-lagi Ridwan memarahi Alika dan menjadi tontonan karyawan lain.
“Kamu terlambat lima belas menit dan ini yang bukan pertama kalinya!” seru Ridwan berdiri dengan wajah marah, tangannya menyilang di depan dada.
“Maaf, Pak. Saya ada urusan mendadak di rumah,” jawab Alika sembari menundukkan wajah, berusaha menghindari tatapan Ridwan.
“Aku tidak mau dengar alasan kamu! Kalau kamu tidak bisa mengikuti aturan perusahaan ini, lebih baik cari kerja di tempat lain saja!” seru Ridwan membuat beberapa karyawan lain melirik ke arah mereka berdua.
Alika semakin malu, tapi ia hanya bisa pasrah karena memang ini adalah kesalahannya.
“Saya benar-benar minta maaf, Pak. Saya janji, ini terakhir kali saya terlambat dan tidak akan mengulanginya lagi,” ucap Alika.
Meski dalam hati, Alika tidak yakin bisa menepati janjinya itu. Di rumah selalu saja ada masalah yang membuat Alika sulit untuk fokus pada pekerjaannya.
Ridwan mendengus, lalu melambaikan tangan dengan tidak sabar. “Sudahlah! Jangan terlalu banyak janji kalau kamu tidak bisa menepatinya! Cepat selesaikan pekerjaanmu. Dan ingat, kalau sampai kamu terlambat lagi, kamu bisa langsung angkat kaki dari perusahaan ini. Mengerti!”
Alika mengangguk cepat. Ia bisa bernafas lega saat melihat Ridwan meninggalkannya tanpa mengatakan apapun lagi.
“Syukurlah aku nggak dipecat,” gumam Alika.
Dengan langkah berat, Alika berjalan menuju pantry untuk memulai tugas pertamanya. Menyapu ruangan, membersihkan meja, mengelap dan memastikan semua ruangan bersih.
“Shh…” Alika meringis menahan sakit di bagian in-timnya.
Gadis itu kembali mengingat kejadian buruk yang menimpanya semalam hingga kejadian di rumahnya tadi pagi.
“Kenapa kak Keisha menjebak ku? Apa salahku padanya sampai-sampai dia tega melakukan ini pada adiknya sendiri?” Alika bertanya-tanya dalam hati.
Sibuk membersihkan meja di salah satu ruangan kantor, seseorang menghampiri Alika.
“Sepertinya ada yang kelelahan,” ucap Keisha dengan nada menyindir. “Lelah karena pekerjaan atau malam yang panjang bersama pria asing semalam?”
Alika menoleh.
“Kak, tolong jangan mengganggu. Aku sedang bekerja,” ucap Alika.
“Cih! Babu aja belagu kamu,” maki Keisha sembari mendorong pundak Alika.
“Kak Keisha!” seru Alika.
“Nggak terima? Kamu memang babu kan? Pekerjaanmu ini nggak ada apa-apanya dibandingkan denganku yang ada diatas kamu!” Keisha tersenyum dan itu terlihat menyebalkan di mata Alika.
“Cukup kak!” Alika membentak tertahan.
“Malang sekali nasib adikku ini. Bukankah aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Kenapa kamu marah? Aku yakin kamu juga menikmatinya kan? Enak malam pertamanya? Berapa ronde?” ejek Keisha, sengaja memancing kemarahan Alika.
Alika mengepalkan tangannya, menahan emosi yang terus meluap dalam dirinya. Alika ingin meminta penjelasan pada Keisha, tapi tidak mungkin sekarang karena sedang di kantor.
“Aku nggak bisa membayangkan kalau seluruh kantor tahu gimana kelakuan Alika yang polos ini di luar sana.” Keisha menepuk pipi Alika. “Semoga harimu menyenangkan, adikku,” ucap Keisha sebelum melangkah pergi dengan angkuh.
Alika menghela nafas panjang. Air mata yang sejak tadi ia tahan tumpah membasahi pipinya.
“Kenapa hidup ini nggak pernah adil padaku? Apa salahku Tuhan…”
lain di bibir....
lain di hati..
bisa2 disuruh manfi kembang 7 rupa dan tidur di luar kamar RS...
😀😀😀❤❤❤❤
bisa saja cindy bohong...
❤❤❤❤❤