Musuh tapi menikah?
Itulah yang terjadi pada Essa dan Maureen, menjadi rival sejak kecil membuat hubungan mereka seperti Tom and Jerry, bertengkar dan selalu bertengkar tiap kali bertemu. Namun sebuah insiden yang terjadi membuat hubungan mereka seketika berubah dari musuh menjadi sepasang pasutri, padahal Maureen sudah punya kekasih yang akan melamarnya namun semuanya gagal akibat insiden ini.
Mampukah mereka mengarungi bahtera rumah tangga tanpa cinta ini sebagai mana mestinya? Atau kah pernikahan ini akan berakhir begitu saja?
Simak terus ceritanya ya. Boleh kasih like, komen, vote, dan Rate bintang 5 nya jika kalian suka. Segala bentuk dukungan kalian adalah penyemangat bagi author. Terima saran dan komentar membangun, tapi tidak hate komen ya, jika tidak suka skip saja, terimakasih 🙏😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Whidie Arista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30- Perubahan Maureen
“Cie yang mulai bucin ama suami sendiri, gue dukung lu sepenuhnya Reen. Semangat buat dapetin hatinya Bang Essa.”
***
Seperti biasa Essa akan menunggu Maureen di parkiran. Entahlah ada rasa bahagia yang sulit di ungkapkan saat pertama kali melihat punggung itu berada disana.
‘Essa, gue jatuh cinta ama lo, tolong lihat gue dan katakan kalau lo juga suka sama gue.’ Batin Maureen.
Maureen berjalan mendekat, Essa sepertinya belum menyadarinya karena posisi duduknya memunggungi Maureen.
Senyum jahil tersungging di bibir Maureen, ‘heh, anteng banget lagi liatin apaan sih?’
Belum sempat Maureen melihat layar ponselnya, Essa sudah menyadari keberadaannya. Dia terkejut dan hampir jatuh terjungkal dari motornya.
“Reen! Ko kamu datang gak bilang-bilang,” protesnya sambil langsung memasukkan hpnya kedalam saku jaketnya.
“Itu mah lu nya aja yang terlalu fokus liatin hp, sampek gak nyadar ada orang yang dateng,” sahut Maureen.
“Maaf. Kamu cuma sendirian? Temen kamu mana?” tanya Essa yang membuat kening Maureen berkerut.
“Ngapain kamu nanyain Vanya?” Maureen melempar tatapan curiga.
“Nggak, biasanya kan kalian keluar barengan.” Sahut Essa.
“Oh, dia udah balik duluan. Sekarang dia bawa motor sendiri,” ujarnya, ada rasa tak senang di hati Maureen saat perhatian Essa teralihkan pada wanita lain.
‘Sabar Maureen sabar, jangan terlalu kentara kalau kamu cemburu. Entar si Essa malah berpikir yang aneh-aneh lagi,’ Batinnya mengingatkan.
“Oh gitu ya udah ayo.”
***
Maureen dan Essa singgah dulu di rumah sakit sebelum pulang, untuk melihat keadaan Radit pasca operasi.
“Bu, gimana keadaan Radit?” tanya Essa, sedang Maureen hanya diam menyimak di sampingnya.
“Udah lebih baik ko, beberapa hari lagi udah bisa pulang,” jelas Bu Hasna, dia melirik kearah Maureen yang tampak diam saja dan kembali menatap sang putra.
“Gimana keadaan toko, kamu pasti kerepotan jaga toko dan bengkel sendirian?”
“Nggak ko Bu, pas libur Maureen yang jaga dan setelah itu gantian Mamah Arumi yang jaga.”
“Oh ya, sampaikan rasa terimakasih Mamah sama beliau ya dan maaf sudah merepotkan. Untuk kamu juga Maureen, terimakasih banyak.”
“Gak usah berterimakasih Bu, kita kan keluarga,” ucapan Maureen membuat Essa sontak menoleh, namun dia lekas memalingkan wajahnya kembali. Sedang Bu Hasna mengulum senyum, sepertinya dia sudah bisa menebak apa yang terjadi pada Maureen.
“Ya sudah kalau begitu, kalian pulanglah sebentar lagi jam besuk habis. Maureen juga pasti lelah sehabis bekerja.”
“Iya Bu, kami permisi dulu.”
Setelah berpamitan Essa dan Maureen pun beranjak pulang.
***
Malam harinya seperti biasa Essa akan duduk sambil menatap layar laptopnya. Maureen pun masuk, bukan itu yang membuat Essa terkejut tapi secangkir kopi yang dibawakannya.
“Ini apa Reen?” tanyanya bingung.
“Ya kopi lah, masa racun.” sahutnya sambil duduk bertumpang kaki menghadap Essa.
Essa menilik isi di cangkir tersebut, “tumben, ada angin apa nih?” tanyanya sambil tersenyum aneh.
“Bukannya terimakasih udah dibikin kopi, malah nanyain angin segala. Auk ah,” Maureen naik ke ranjang kemudian berbaring dengan perasaan dongkol.
“Ya kan gak biasanya kamu bikinin aku kopi. Jadi aku heran, btw makasih ya, kopinya enak.” Pujinya, sambil menyesapnya sedikit.
“Ck, ya udah pasti enak lah, orang kopi instan buatan pabrik ko,” Ucapnya ketus.
“Oh jadi aku harus berterimakasih sama pabrik kopinya gitu,” kekeh Essa.
“Bodolah terserah kamu.” diam-diam Maureen tersenyum, sejujurnya dia senang berdebat seperti ini dengan Essa.
Sedang laki-laki itu, kembali fokus pada layar laptopnya. ‘Sa, sebenarnya kamu punya perasaan gak sih sama aku? Aku takut kalau ternyata cintaku hanya bertepuk sebelah tangan.’
❤❤❤❤❤😉😀😀😀😀😀
di perusaahaan lain masih banyak...
❤❤❤❤
itu akal2an Arkan aja biar Maureen mau kembali padanya...
hubungan mereka jln di t4 aja...
😀😀😀❤❤❤❤
gak usah pakai kode apa2..
pasti Essa langsung ngerti klao kmu mau diunboxing ama essa..
Mauteen..
😀😀😀❤❤❤❤
daripada penasarannn..
😀😀😀❤❤❤❤❤
cari keeja di tempat lain..❤❤❤❤❤
❤❤❤❤
😀😀😀❤❤❤❤
apa dia niat ceraikan Maureen pas udah setahun..
❤❤❤❤❤
dikit amat .....
btw vanya ngetik apa buat Essa....
terus dibalas apa ya ama Essa...
❤❤❤❤❤
ayo akui kalo syka ama essa..
biar dia gak lari..
❤❤❤❤
segera buka hatimu buat Essa..
kalo gak keburu diembat oeang..
😀😀😀❤❤❤
❤❤❤❤
moga2 hati maureen segera terbuka buat Essa..
❤❤❤❤
mantan nempel Mulu kah kalau iya bagus tapi ga bagus jg sih
kalo gak gtu..
mqireen gak cemburu..
😀😚😀❤❤❤