Laki-laki yang seharusnya menjadi calon mempelai untuk kakaknya, justru dialah yang menggantikan kakaknya untuk menikah.
Keduanya bukan sepasang kekasih yang saling mencintai tetapi terpaksa harus mengucapkan janji pernikahan demi mengabulkan permintaan orang yang mereka sayangi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ina Warsiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luapan emosi celin
Tak lama setelah itu haidar pun ikut terlelap dalam tidurnya.
Pagi harinya matahari telah bersinar cerah.Suara kicauan burung pun terdengar merdu di telinga orang yang mendengarnya.
Haidar mulai mengerjabkan kedua matanya.
"uhhhh"haidar merenggangkan otot otot tubuhnya.
Haidar mulai tersentak tatkala tangannya tanpa ia sadari menyentuh seseorang. Celin yang merasa terusik pun membuka matanya perlahan.
"kamu"kata haidar yang terkejut melihat keberadaan celin.Sesaat dia baru tersdr bahwa semalam celin mulai tidur di kamarnya.
"sudah kubilang jangan deket deket...jangan melewati batas yang ku buat...dimana gulingnua"bentak haidar mencari keberadaan guling yang kemarin berada di tengah tengah mereka..
"siapa yang deket deket sih kak...ini aku udah di ujung tempat tidur...coba deh kakak lihat dulu...itu guling di sana siapa yang nglempar"kata celin yang kini terbangun dari tidurnya dan menunjukan sebuah guling yang terlempar ke lantai.
Haidar kini memandangi posisinya sendiri lalu melirik posisi tidur celin...kemudian melirik keberadaan guling yang ada di lantai yang celin tunjukan.
Dia begitu malu saat ini,pasalnya dia sendiri yang meminta celin untuk menjaga jarak darinya...tapi justru malah dia yang kini mendekati celin.
Saking malunya haidar memilih untuk bangun dan peegi ke kamar mandi.
"yah kabur deh...udah nyolot gitu...giliran tau dia yang salah nggak mau minta maaf lagii...dasarr"umpat celin kemudian ikut terbangun dari tidurnya.
Celin yang tahu bahwa haidar sedang mandi pun lantas menyiapkan pakaian untuk haidar.
Dia mengambilkan satu set pakaian celana dan kemeja untuk haidar.Tak lupa dia juga menyiapkan jas serta dasi untuk haidar.
Haidar kini telah keluar dari kamar mandi menggunakan bathrobes miliknya.
Dia tak sengaja melirik ke tempat tidur di mana celin menyiapkan pakaian nya,namun yang dilakukan haiadar justru pergi ke wardrobe miliknya. Celin yang melihat langkah haidar pun berusaha menghentikan langkahnya.
"kak...ini aku udah siaapin bajunya buat kakak"kata celin.
"nggak perlu berlagak jadi istri yang baik....aku bisa melakukan nya sendiri"kata haidar memilih melanjutkan langkahnya.
"apa segitu bencinya kamu sama aku kak.... dimana kesalahn aku.... apa beneran tidak ada kesempatan untuk pernikahan ini...apa swgitu nggak berartinya pernikahan ini buat kakak'kata celin yang kini mulai berteriak dan tanpa sengaja air matanya ikut mengalir.
"aku nggak minta kakak buat mencintai aku seperti kakak mencintai kak vika...tapi setidaknya kakak hargai usaha aku buat mempertahankan peenikahan ini.... di sini yang tersiksa bukan cuma kakak aja... pikirin aku di sini yang juga jadi korban semua ini....pikirin aku yang sudah mengorbankan masa muda aku untuk menerima peenikahan ini"lanjut celin dengan air mata yang mulai membanjiri pipinya.
Haidar yang tadi menghentikan langkahnya pun sejenak mencerna apa yang celin katakan.
"apa pernah kakak mikirin perasaan aku sedikit saja kak.... aku juga perempuan yang ber prasaan.... selama masa hidupku aku belum pernah mendapatkan perlakuan sedingin ini oleh seseorang...tapi dengan kakak...aku berusaha bersabar menerima semua ini... aku juga menyayangi kak vika...aku juga mengkhawatirkan nya sama seperti kakak...aku menerima peenikahan ini juga karena kak vika begitu pula dengan kakak kan? tapi aku nggak menginginkan pernikahan seperti ini kak... aku juga menginginkan pernikahan layaknya sebuah pernikahan yang bahagia"kata celin terus meluapkan emosinya yang terpendam.
Sementara haidar hanya terdiam tanpa menjawab apa yang di katakan oleh celin.
Setelah meluapkan semua emosinya celin memilih pergi meninggalkan haidar menuju kamar mandi.