Perjodohan adalah sebuah hal yang sangat
di benci oleh Abraham, seorang pengusaha
muda penerus kerajaan bisnis keluarga nya.
Dia adalah sosok yang sangat di puja dan di
damba oleh setiap wanita, dia merupakan
calon menantu yang sangat ideal dan di
impikan oleh setiap pengusaha dan para
bangsawan yang memiliki anak gadis, jadi
baginya hanya dengan menjentikkan jari
saja, wanita manapun akan dengan senang
hati memasrahkan dirinya untuk merangkak
di bawah kakinya.
Tapi..justru kakeknya, sang pemilik dan
penguasa serta pemegang kendali penuh
dari semua kekayaan keluarganya malah
memilihkan jodoh untuknya.
Dan sialnya lagi..wanita pilihan kakeknya
bukanlah wanita dengan kriteria dan tife
yang selama ini selalu menjadi standard nya.
Abraham sangat membenci keputusan sang
kakek. Namun demi warisan dan kendali penuh
atas segala kekuasaan yang telah di janjikan
padanya. Dengan terpaksa Aham menerima
semua keputusan kakeknya tersebut..
Dan bagi wanita yang juga terpaksa menerima
perjodohan ini..bagaimana kah dia akan bisa
menjalani hidupnya bersama seorang pria yang
sama sekali tidak menginginkan kehadirannya.?
Takdir seakan menjungkir balikan kehidupan
seorang gadis biasa terpaksa yang harus
masuk ke dalam kehidupan sebuah keluarga
yang di penuhi dengan keangkuhan dan
kesombongan akan dunia yang hanya
tergenggam sementara saja..
**Tetaplah untuk selalu di jalanNya..**
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Bertemu Mantan
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
♥️♥️♥️♥️♥️
Dengan sedikit mengendap-endap Naya keluar
dari kamar mandi. Dia mengedarkan pandangan
dan akhirnya membuang napas setelah yakin
sosok Aham tidak ada di kamar itu.
Naya kembali bingung, rasanya dia tidak akan
sanggup kalau harus tidur di atas kasur. Dia
berjalan ke arah sofa kemudian perlahan mulai membaringkan tubuhnya di sana. Ohh..ini juga
sudah sangat nyaman. Bahkan lebih nyaman
dari tempat tidur di kamar belakang.
Naya masih melihat kearah pintu, takut Aham
tiba-tiba muncul di sana. Tidak terasa matanya
kini semakin terasa berat. Dan akhirnya rasa
kantuk mengalahkan segala nya. Beberapa
saat kemudian dia sudah terlelap dalam tidur
nyenyak nya.
Sementara itu di ruang kerja..
"Apa kau yakin dengan pengakuan mu.?"
Aham menoleh kearah suara. Noah berdiri tidak
jauh di belakang nya.
"Kenapa ? apa kau benar-benar berharap bisa
mendapatkan nya ?"
"Kalau saja Kakek tidak memberikannya padamu
dia mungkin sudah aku miliki sekarang."
Aham mengetatkan rahang nya. Tangan sebelah
kirinya terkepal kuat. Dia kembali meneguk
minumannya di gelas kecil yang sedang di pegang
nya. Noah ikut menuangkan minuman itu, lalu
meneguknya perlahan dengan tatapan intens
terfokus pada reaksi Aham.
"Kau bisa mendapatkan wanita manapun. Wanita
seperti apapun. Tapi dia adalah cinta pertamaku.
Aku sudah mencintainya sejak dia kecil. Saat
pertama kali kakek membawaku ke Panti.."
Aham semakin mengepalkan tangannya.
Tatapan nya lurus ke lukisan Tuan Adiyaksa
yang terpasang menjulang di dinding ruang kerja.
"Apa yang sudah Kakek putuskan tidak bisa di
rubah lagi.."
"Kau tidak pernah menginginkan nya. Dari dulu,
kau sudah menolaknya.!"
Noah berjalan, berdiri di samping Aham. Ikut
menatap lurus kearah lukisan .
"Sejak pertama kali aku melihatnya. Sudah aku
pastikan kalau dia adalah milikku. Dia begitu
cantik, manis memiliki pribadi yang hangat dan menyenangkan. Aku begitu terpesona padanya. Sampai aku tahu kalau kakek sudah menjodohkan
dirinya dengan mu. Aku terpaksa harus mengubur
semua perasaan ku padanya."
Aham terdiam. Tapi pegangan di gelas kecilnya
semakin kuat. Dia seakan ingin meremas gelas
itu. Noah meliriknya sekilas.
"Ambil saja kalau kamu memang menginginkan
nya ! Siapa yang butuh wanita seperti itu.!"
Geram Aham dengan intonasi suara yang kuat.
Bibir Noah tersenyum sinis.
"Kita buat kesepakatan.! biarkan dia menjatuhkan
pilihan hatinya sendiri. Tidak boleh ada yang memaksakan diri padanya.!"
"Dia sudah menjadi istriku sekarang. Tentu saja
hati nya akan dia serahkan padaku.!"
"Apa kau yakin dengan hal itu ?"
Aham terdiam. Tapi tatapannya semakin dingin.
Tangan kirinya juga semakin terkepal kuat.
"Tidak ada wanita yang akan menolak pesonaku.
Apa kamu yakin dia bisa bertahan berada di
sisiku, apalagi aku bebas melakukan apapun
padanya, karena dia sudah sah menjadi
milikku.!"
Kali ini Noah yang terdiam. Ada kilatan api
kecemburuan yang besar dari sorot matanya.
"Kalau kau merasa mampu bersaing denganku
baiklah, kita lihat siapa yang akan menang !"
Ketus Aham, kali ini dia benar-benar meremas
gelas kecil di tangannya.
"Oke.! Tapi kau harus berani melepaskan nya
seandainya dia lebih menjatuhkan hatinya padaku.!"
Prang !
Aham melempar gelas kecil yang tadi di pegang
nya ke dinding kamar hingga pecah berkeping-
keping. Matanya masih menatap lurus kearah
lukisan. Noah hanya melirik sekilas kearah
pecahan gelas tersebut.
"Ambilah kalau kau bisa !"
Desis Aham sambil kemudian dia mengambil
mantel setelah itu beranjak keluar dari ruangan
meninggalkan Noah yang hanya tersenyum tipis.
Di depan pintu Aham berpapasan dengan Pak Ali
yang sudah siap dengan alat pembersih. Aham
berjalan acuh keluar dari rumah. Pak Ali hanya
bisa menatapi punggung Tuan nya itu. Mau
kemana Tuan Muda malam-malam begini ?
Pak Ali hanya bisa menggeleng resah.
----- -----
Adzan subuh berkumandang. Naya menggeliat
dan membuka matanya perlahan. Dia segera
bangkit dari sofa. Kemudian bergegas menuju
ke kamar mandi, saat melintas ke tempat tidur
Naya menautkan alisnya karena dia tidak melihat
sosok Aham ada di sana. Kemana laki-laki itu ?
Apa semalam dia tidak tidur di kamar ini ??
Hati Naya tiba-tiba menjadi resah.
Dia menggeleng dan mencoba menepis semua
pikiran buruk yang kini memenuhi kepala nya.
Dengan cepat dia masuk ke kamar mandi.
Sampai pagi Aham belum juga muncul ke dalam
kamar. Mungkinkah dia tidur di kamar sebelah ?
Ya..bisa saja seperti itu. Naya membuka gorden,
kemudian merapihkan tempat tidur.
Hari ini dia harus ke kantor. Ada banyak hal yang
harus di kerjakan nya. Ponsel Naya berdering.
"Assalamualaikum.. Monica..?"
"Hari ini Nona ke kantor ?"
"Iya Mon saya ke kantor."
"Baiklah, saya ke tempat Nona sekarang."
"Kamu masukan saja mobilnya ke dalam ya
Mon.? bilang saja mau menjemput saya pada
penjaga pintu gerbang.."
"Baik Nona."
Naya mengakhiri percakapan nya. Dia berbalik
dan langsung memekik saat melihat kini tubuh
Aham sudah terbaring terlentang di atas kasur.
Bagian kakinya masih menjuntai ke bawah.
Naya mendekat, berdiri di pinggir tempat tidur.
Menatap lekat wajah Aham yang terpejam kuat.
Debaran kuat di dadanya tiba-tiba saja kembali
muncul membuat Naya merutuki diri sendiri .
Perlahan Naya membuka sepatu yang di pakai
Aham. Kemudian membuka mantel yang masih
membungkus tubuhnya. Ini sedikit sulit karena
tubuh Aham yang tinggi tegap. Naya harus
bersusah payah untuk bisa melepaskan nya .
Akhirnya mantel itu terlepas. Sejenak Naya
menghela napasnya. Habis dari mana laki-laki
ini sebenarnya.? Mata Naya membulat ketika
dia melihat noda merah di beberapa bagian
kaos putih polos yang di kenakkan Aham.
"Lipstik.."
Lirih Naya dengan wajah sedikit pias. Apakah
semalam laki-laki ini menghabiskan waktunya
bersama dengan wanita lain.?
Tidak tahan dengan itu, Naya bergerak, dia harus
membuka kaos itu dan membuang nya.! jadi
semalam dia habis bersenang-senang dengan
wanita lain.? Oke, baiklah, terserah.! Hati Naya
saat ini di penuhi dengan hawa panas.
Dengan kasar dia membuka paksa kaos yang
di kenakkan Aham. Tapi posisi dirinya saat ini
sangatlah rawan. Dia membuka baju Aham
dengan posisi badannya berada di atas tubuh
Aham. Karena gerakan tangannya yang sedikit
kasar, pria itu tampaknya sedikit terganggu.
"Feli.."
Gumam Aham. Gerakan tangan Naya terhenti.
Feli ?? jadi semalam dia bersama dengan Feli ?
Naya mengatupkan bibirnya. Hawa panas di
dada nya kini semakin terasa. Pantas saja dia
tidak pulang semalam ?
Naya mencoba melepaskan kaos itu. Namun
gerakannya yang kasar dan tergesa-gesa rupanya
membuat laki-laki itu sangat terganggu. Tiba-tiba
Aham bergerak membuat kaki Naya kehilangan keseimbangan dan tiada ampun tubuhnya kini
jatuh di atas tubuh Aham.
Mata Aham terbuka seketika. Dia menatap intens wanita yang kini sedang menindih nya. Matanya sedikit merah, bibirnya menyeringai tipis, Naya
tersadar dari kekagetannya saat tangan Aham
menarik pinggangnya dengan kuat hingga kini
tubuh mereka benar-benar rapat. Wajah mereka
hampir bersentuhan.
Aroma alkohol bercampur dengan wangi
parfum wanita kini menyeruak memenuhi
indra penciuman Naya membuat kekesalannya kembali muncul.
"Apa kau begitu bernapsu padaku ?"
Suara berat Aham membuat wajah Naya berubah semerah tomat. Dia segera menarik dirinya ingin bangkit. Tapi telapak tangan Aham makin kuat menahan pinggangnya.
"Maaf..aku tidak sengaja."
"Sengaja atau tidak, kau memang terlihat sangat
bernapsu padaku. !"
"Tidak ! jangan sembarangan.! sudah lepas !"
"Kalaupun benar tidak apa-apa.! Kau bebas
melakukan nya ! Hanya kamu yang bisa ! wanita
lain harus berjuang dulu untuk bisa bersamaku.,!"
Apa ?? berjuang.? dasar pembohong ! buktinya
semalam kamu menghabiskan waktu bersama
dengan kekasihmu itu.!
"Tidak ! Aku sungguh tidak sengaja ! aku hanya
ingin melepaskan kaos mu.!"
Naya mengutuk Aham dalam hatinya.
"Baiklah, kau boleh mencari alasan apapun.!
Sekarang biarkan aku tidur sebentar lagi.
Semalam kamu sudah membuatku tersiksa."
Apa tersiksa ? dasar pembual.!
"Ini sudah siang, aku harus pergi bekerja.!"
Aham membuka matanya. Kesempatan ini
di gunakan Naya untuk segera melepaskan
dirinya dari pelukan Aham. Tidak sengaja dia
menyentuh dada polos Aham karena saat ini
kaos yang tadi dipakainya sudah berhasil Naya
lepaskan dari tubuhnya. Naya tertegun saat
tangannya menyentuh kulit tubuh Aham.
Ini gila ! kulit laki-laki ini memang sangat halus.
Sangat tidak masuk akal, dia dengan tubuh yang
penuh otot , tapi bisa memiliki kulit sehalus ini.
Naya lagi-lagi di buat terheran- heran dengan
kondisi fisik laki-laki ini.
Aham akhirnya membiarkan Naya bangkit. Dia
masih merasakan kepalanya saat ini pusing.
Sudut matanya melihat Naya bergegas masuk
kedalam kamar mandi.
***** *****
Mobil mewah yang membawa Naya kini berhenti
di loby sebuah kantor yang cukup megah. Hari ini
dia akan bertemu dengan agen advertising yang
akan menggarap iklan dan promosi untuk produk
perhiasan baru nya.
"Maaf Nona, apa saya bisa bertemu dengan Pak
direktur ?"
Naya bertanya dengan sopan pada resepsionis
yang ada di loby.
"Apa anda sudah membuat janji sebelum nya
Nona ? "
"Sudah, saya Kanaya dari Az Zahwa Jewelry.."
"Ohh.. baiklah silahkan anda langsung naik saja
ke lantai 20. Nanti di sana sekretaris Direktur
akan menyambut anda."
"Terimakasih banyak.."
Resepsionis itu hanya mengangguk sopan.
Naya dan Monica langsung melangkah menuju
ke arah lift khusus yang akan membawa mereka
ke lantai 20.
Naya memasuki ruang kantor direktur PT Inios
Advertising.
"Silahkan Nona..Pak Direktur sebentar lagi datang.
Dia baru saja selesai meeting."
"Terimakasih.."
Naya tersenyum pada sekretaris cantik itu.
Dia duduk dengan tenang di sofa. Monica duduk
tidak jauh dari dirinya.
Tidak lama ke dalam ruangan muncul dua orang
pria. Pria yang satu kelihatannya sangat sibuk,
dia masih terfokus pada berkas di tangannya.
Naya berdiri menyambut kedatangan dua orang
yang di yakini sebagai direktur perusahaan ini.
Dan orang itu kini berdiri di hadapan Naya dengan
mata dipenuhi rasa terkejut. Begitupun Naya.
"Kanaya..?"
"Kak Rey..?"
Mereka saling menunjuk satu sama lain. Mata
laki-laki muda itu tampak berbinar.
"Apa kabar Nay ? kok..kamu bisa datang kesini.?
Apa kamu klien yang ingin bertemu dengan ku.?"
Naya tampak tersipu. Tuhan..kenapa dia harus
di pertemukan kembali dengan laki-laki ini.
"Iya Kak..saya mewakili Pak Robin.."
'"Ohh.. baiklah. Silahkan duduk."
Naya mengangguk kemudian duduk kembali di
tempatnya semula. Tatapan pria muda itu masih
belum lepas dari wajah cantik Naya. Jantungnya
kembali berdetak kencang, tidak pernah berubah,
masih sama seperti 2 tahun yang lalu.
Pria itu adalah pemilik perusahaan advertising
ini. Richard Rahardian Wijaya, atau yang biasa
di panggil Rey oleh Naya, dia adalah senior di
kampus nya Naya dulu. Cinta pertama nya Naya
juga. Hanya saja dua tahun ini laki-laki itu tidak
pernah lagi bertemu dengan dirinya, sejak
kejadian terakhir.
Lagi-lagi perbedaan strata sosial membuat nasib
cintanya terhalang dinding pemisah yang sangat
kokoh. Dan Naya sadar betul akan keadaanya.
"Jadi Nay..? sekarang kamu bekerja di perusahaan
ini ? sebagai asisten pribadi Direktur ?"
Richard membuka berkas kontrak kerjasama di
tangannya. Dia menatap sebentar ke arah Naya.
"Iya Kak..baru sebentar saja kok."
Richard kembali memeriksa berkas itu. Untuk
sesaat Naya memperhatikan laki-laki yang ada
di hadapannya ini. Tidak ada yang berubah dari
dirinya. Dia tetap seorang Richard yang tampan,
tegas, dan acuh tak acuh.
"Oke, bagaimana kalau kita bicarakan kerjasama
ini sambil makan siang.?"
Naya terdiam, dia tampak ragu. Richard melirik
dan menatapnya.
"Kenapa ? kau keberatan ?"
"Ohh ? Gak kok.?"
Naya tergagap. Senyum gusar tercipta di bibir
indah nya membuat mata Richard terpaku.
"Jadi bagaimana ?"
Naya terdiam berpikir.
"Baiklah.."
"Oke, good ! kita berangkat sekarang ?"
Richard berdiri, Naya juga berdiri. Sejenak mereka
kembali saling berpandangan. Rasa itu masih ada.
Walau tidak sebesar dulu. Itulah yang di rasakan
oleh Naya. Tapi bagaimana dengan Richard ?
Ternyata rasa itu tidak pernah berubah sama
sekali. Apalagi sekarang, dia melihat banyak
hal telah merubah tampilan fisik wanita ini. Dia benar-benar luar biasa sekarang.
Akhirnya mereka memutuskan untuk melakukan
pembicaraan sekaligus makan siang di sebuah
restoran mewah.
Saat ini mereka sudah mulai menikmati makan
siangnya dengan tenang di temani oleh asisten
mereka masing-masing.
"Bagaimana kabar ibu dan anak-anak
panti Nay ?"
"Alhamdulillah baik Kak.."
Richard menatap wajah Naya. Apakah dia
masih punya kesempatan untuk memiliki
wanita ini lagi ?
"Maafkan Mama ku Nay.. Aku sungguh tidak
tahu kalau semua ini akan terjadi."
Suara Richard terdengar sangat menyesal.
Naya menatap Richard sebentar.
"Semua yang sudah terjadi tidak akan bisa di
ubah Kak. Aku yakin Tuhan sudah mengatur semuanya dengan baik.."
"Aku sangat menyesali semuanya Nay.. Aku
sudah mengkhianati cinta kita demi semua ini."
Naya tersenyum getir.
"Sudah lah Kak..tidak perlu di sesali lagi."
Keduanya meneruskan acara makan siang nya
tanpa ada pembicaraan lagi.
Setelah Naya melaksanakan ibadah sholat
dhuhur, mereka langsung melakukan
pembahasan tentang pembuatan iklan
yang akan di garap.
"Baiklah..aku akan memakai model terbaik
untuk proyek iklan ini..Semua model pasti akan berebut untuk membintangi iklan perhiasan ini. "
"Iya Kak Rey atur saja semuanya dengan baik.
Kalau sudah menemukan model yang tepat,
segera lakukan pembuatan iklannya karena
perusahaan akan segera meluncurkan produk
baru ini..
"Oke Nay..nanti aku kabari lagi.."
Keduanya akhirnya mengakhiri pertemuan.
Mereka melangkah keluar dari ruang VIP tersebut.
Saat baru saja keluar dari pintu ruangan,
seorang wanita paruh baya di temani seorang
wanita cantik langsung menyerbu kearah
kedatangan Richard dan Naya. Langkah mereka semua terhenti. Mata Naya dan mata wanita
paruh baya itu beradu dalam keterkejutan.
"Ohh..masih berani menemui putraku kamu ya.."
Wanita itu langsung maju, kemudian mengangkat
tangannya.
"Mama stop..!"
Richard menahan tangan wanita itu yang tadi
hampir saja mendarat di wajah Naya. Mata
wanita itu semakin membulat. Tatapan benci
dan meremehkan dia hunuskan pada Naya yang terdiam tenang dibelakang tubuh tegap Richard.
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
Bersambung.....