Leona tiba-tiba diculik dan dibunuh oleh orang yang tidak ia kenal. Namun ketika berada di pintu kematian, seorang anak kecil datang dan mengatakan bahwa ia dapat membantu Leona kembali. Akan tetapi ada syarat yang harus Leona lakukan, yaitu menyelamatkan ibu dari sang anak tersebut.
Leona kembali hidup, namun ia harus bersembunyi dari orang-orang yang membunuhnya. Ia menyamarkan diri menjadi seorang pria dan harus berhubungan dengan pria bernama Louis Anderson, pria berbahaya yang terobsesi dengan kemampuan Leona.
Akan tetapi siapa sangka, takdir membawa Leona ke sebuah kenyataan tidak pernah ia sangka. Dimana Leona merupakan puteri asli dari keluarga kaya raya, namun posisinya diambil alih oleh yang palsu. Terlebih Leona menemukan fakta bahwa yang membunuhnya ada hubungan dengan si puteri palsu tersebut.
Bagaimana cara Leona dapat masuk ke dalam keluarganya dan mengambil kembali posisinya sebagai putri asli? Bagaimana jika Louis justru ada hubungannya dengan pembunuhan Leona?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yhunie Arthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14. PEKERJAAN
Raymond tidak bisa berhenti tertawa ketika melihat ekspresi yang Leona tampakkan saat melihat bengkel milik William. Pria itu sudah tahu kalau Leona akan terkejut karena tidak menyangka bahwa bengkel milik William adalah bengkel mewah empat lantai yang memiliki ruang luas bak lapangan, ditambah parkiran yang juga tak kalah luas di luar. Mengagetkannya adalah bengkel tersebut lebih mirip kantor modern dari segi bangunannya.
"Herry seharusnya melihat ekspresimu," ujar Raymond di sela-sela tawanya.
Mereka berjalan masuk ke dalam bengkel, membuat Leona semakin terkejut ketika melihat interior di dalam. Di sisi kanan ada bagian perbaikan, dan disi kiri ada mobil-mobil mewah terpajang.
"Kau puas sekali tertawa. Aku hanya terkejut karena baru ini melihat bengkel semewah dan sebesar ini. Aku bahkan berpikir tadi kalau ini pabrik," jawab Leona sedikit sebal karena mendengar Raymond tertawa begitu keras.
"Tenang saja. Bengkel ini bukan hanya memperbaiki kendaraan, tapi juga jual beli kendaraan dan permak kendaraan sesuai dengan keinginan customer," jelas William.
Leona mengangguk mengerti, paham kenapa bengkel ini begitu besar dan mewah sekarang.
"Kau sedang apa di sini? Bukankah seharusnya kau kuliah?" tanya Leona pada Raymond.
"Aku ingin mengambil mobilku, kemarin rusak radiatornya," jawab Raymond melihat nanar sekitar untuk mencari mobil miliknya berada. Dan ketika menemukan mobilnya berada, cepat-cepat pria itu berada berlari kecil ke sana.
Leona melihat ke atas, lagi-lagi terkejut ketika melihat kalau bengkel ini memiliki empat lantai sungguhan dengan area terbuka di setiap lantai. Dapat dilihat dari pagar pembatas pada setiap lantai.
"Lantai empat adalah kantorku dan urusan internal bengkel ini. Lantai tiga tempat istirahat karyawan, dan lantai dua tempat para pelanggan menunggu," jelas William ketika melihat Leona yang penasaran.
"Lalu aku akan kerja di bagian apa?" tanya Leona sopan.
"Kau pernah bekerja dan paham di bagian apa?" tanya William yang ingin mendengar secara spesifik bagian yang Leona bisa kerjakan.
"Ehmm ... untuk perbaikan aku lebih handal di motor. Kalau di bagian mobil aku lebih handal dalam permak dan test drive," jawab Leona.
"Good, kebetulan di bagian permak yang sedang kurang orang. Kau bisa bekerja di bagian itu. Dan jika ada motor yang memang perlu diperbaiki, kau bisa membantu," kata William.
"Baik," sahut Leona.
"Sam?!" panggil William ke seorang pria bertubuh tinggi yang sedang bicara dengan salah satu karyawan lainnya.
Mendengar atasannya memanggil, buru-buru pria bernama Sam itu berlari kecil ke arah William.
"Sam, ini Leon. Dia akan bekerja di sini mulai sekarang. Kau bilang bagian permak sedang kurang orang, dia bisa membantu di bagian itu," kata William pada pria bernama Sam tersebut.
Sam mengulurkan tangannya ke arah Leona dengan wajah ramah, dam memerkenalkan diri, "Samuel, senang bertemu denganmu."
"Leon," ucap Leona singkat dengan wajah sama ramahnya.
Setelah itu, Leona memulai pekerjaannya di bengkel tersebut. Memerhatikan dan mendengarkan semua arahan dari Sam. Merasa berterima kasih kepada pria tersebut karena mau meluangkan waktu untuk menjelaskan apa saja yang harus Leona kerjakan. Beruntung karena pekerjaannya di bengkel ini tidak jauh berbeda dengan pekerjaan paruh waktunya dulu.
Leona bahkan langsung diberi kesempatan untuk mengurusi satu mobil sport yang hendak mengganti warna mobilnya. Dengan teliti dan sigap Leona mengerjakannya dengan cukup baik, hingga ia mendapat pujian dari Sam dan juga beberapa karyawan di sana karena kerja Leona yang bagus. Sehingga di hati pertamanya Leona telah akrab dengan rekan-rekan kerjanya di bengkel tersebut.
Dan ketika waktu pulang tiba, Leona pulang bersama William setelah mereka menutup bengkel.
"Kudengar dari anak-anak pekerjaanmu cukup bagus dan cepat. Bahkan pelanggan perempuan yang kau urusi mobilnya cukup menyukaimu kata mereka," ucap William, tersenyum senang karena tidak menyangka kalau Leona akan cepat beradaptasi di tempat kerjanya padahal baru hari pertama.
"Aku dibantu yang lain juga. Dan mereka melebih-lebihkan soal perempuan itu hanya hanya karena dia bertanya namaku," kata Leona, merasa malu mendengar pujian dari orang yang bukan lain adalah ayah kandungnya sendiri.
"Mereka bilang dia sampai meminta nomor ponselmu," goda William.
Obrolan kecil terus terdengar sepanjang perjalanan pulang. William terkejut ketika mendengar kalau Leona memiliki banyak pengalaman dalam bekerja paruh waktu dalam setahun belakangan. Tapi selebihnya obrolan santai tentang bagaimana bengkel itu dibangun dan berkembang hingga sebesar itu.
Sayangnya, ketenangan dan rasa santai itu terganggu ketika mereka berdua pulang dan Leona mendapati Louis ada di rumah itu, sedang menikmati makan malam yang dibuat oleh Noah.
"Kenapa menatapku begitu?" tuntut Louis pada Leona.
"Kau sendiri sedang apa di sini?" tanya Leona dengan air muka penuh kecurigaan.
"Aku hanya bertamu apa urusannya denganmu?" tukas Louis dengan wajah mengejeknya seperti biasa.
"Kalian berdua saling kenal?" tanya Luna yang kebetulan juga ada di sana, duduk di samping Louis dan menatap Leona serta Louis bergantian.
"Tidak," jawab Leona dan Louis bersamaan.
"Berhenti bertengkar setiap kali kalian bertemu. Leon segera bersihkan dirimu lalu turun untuk makan malam. Kau juga Will," perintah Noah menunjuk mereka dengan sendok di tangan.
"Kau ini sebenarnya polisi atau tukang masak. Jam segini kau sudah ada di rumah dan memasak makan malam. Jangan bilang kalau kau bolos kerja," ujar Leona.
"Diam kau, Bocah. Pergi mandi saja sana dan segera makan malam atau kau tidak dapat jatah makan malam," gerutu Noah.
"Baik, baik. Jahat sekali," Leona ikut menggerutu seraya berjalan ke lantai dua ke kamarnya berada.
Leona merasakan sepanjang punggungnya dingin seperti tersiram es ketika ia berjalan keluar dapur. Dan ketika menoleh, ia melihat Luna sedang menatap Leona dengan pandangan tajam. Pura-pura Leona tidak melihat itu, tahu kalau Luna saat ini tidak suka dengan Leona yang akrab dengan orang-orang di ruangan itu.
Begitu selesai membersihkan diri dan mengganti pakaiannya, Leona keluar dari kamar dan hendak berjalan menuju lantai bawah sebelum ia mendengar suara Kanna memanggil Leona.
"Yes, Ma'am?" jawab Leona ketika melihat Kanna berjalan ke arah Leona dari tangga lantai tiga.
"Bisa bantu aku sebentar," pinta Kanna.
"Tentu."
"Bisa, bantu aku menurunkan resleting bajuku. Aku tidak sampai," kata Kanna seraya menunjukan punggungnya untuk menunjukan resleting gaun yang berada di punggung wanita tersebut.
Leona mengangguk dan dengan perlahan menurunkan resleting di punggung Kanna hingga ke pinggang wanita tersebut.
Kanna terdiam, seolah melamun akan sesuatu atau berpikir hal yang hanya wanita itu sendiri yang tahu.
"Ma'am?" panggil Leona ketika mendapati Kanna hanya diam saja seraya memegangi bagian depan pakaiannya.
"Ah, maaf. Aku melamun. Terima kasih bantuannya," kata Kanna tersenyum lembut kepada Leona ketika ia memutar tubuh untuk melihat gadis tersebut.
"Sama-sama," ucap Leona yang juga tersenyum.
"Pergilah ke bawah untuk makan malam, setelah itu kau istirahat. Ini hari pertamamu bekerja kau pasti lelah, dan tolong bilang ke William kalau aku memanggilnya ke kamar," kata Kanna.
"Oke."
Leona langsung turun ke bawah dan menuju ke ruang makan tempat yang lain berkumpul. Menyampaikan pesan Kanna untuk William tadi, kemudian duduk di kursi kosong sebelah Noah.
"Bagaimana hari pertamamu bekerja?" tanya Noah, seraya memberikan makan malam gadis itu.
"Baik, orang-orang di sana baik dan ramah. Mereka banyak membantuku juga," jawab Leona jujur.
"Baguslah. Tadi Raymond mencarimu," kata Noah.
"Kenapa?" tanya Leona heran.
"Dia ingin mengajakmu keluar untuk yah ... bermain kurasa atau berkumpul dengan teman-temannya. Tapi karena kau belum pulang kerja juga, jadi dia pergi sendirian karena sudah ditunggu katanya," jawab Noah.
Mereka berdua mengobrol santai seperti itu untuk beberapa saat, seraya mendengar Leona bercerita tentang yang ia kerjakan hari ini dan juga perempuan yang meminta nomor ponselnya. Mendengar hal itu Noah pun ikut menggoda Leona seperti yang William tadi lakukan.
"Jauhkan tanganmu itu dariku atau kupatahkan sekarang juga. Sudah kukatakan aku benci orang yang menempel denganku sembarangan," tukas Louis kepada Luna yang sejak tadi bersikeras ingin menyuapi pria tersebut.
Mendengar hal itu, Noah dan Leona langsung menengok ke arah Louis dan Luna. Mereka mendapati Luna menatap kesal Louis karena diperlakukan dengan kasar seperti itu.
"Tapi kau tunanganku, bukankah wajar kalau aku ingin dekat denganmu?" protes Luna.
"Tunangan? Kau dan aku tidak ada hubungan apa-apa. Kau yang bermimpi ingin bertunangan denganku. Orang sepertimu berani sekali menganggap dirinya begitu tinggi dengan berpikir kalau kau adalah tunanganku. Aku tidak tertarik dengan perempuan bermake up tebal tebal dan berpakaian minim layaknya wanita murahan sepertimu," tukas Louis tanpa ada rasa bersalah sedikit pun.
Luna yang mendengar hal itu langsung berdiri dan pergi meninggalkan ruang makan dengan wajah merah karena marah.
"Wow. Aku tahu kalau mulutmu itu tajam, tapi tidak menyangka akan setajam itu," ujar Leona terkejut dengan ucapan sarkas Louis pada Luna barusan.
"Dia bahkan bisa lebih kejam dari itu, Princess," kata Noah, tidak terkejut lagi dengan ucapan tajam dari Louis.
"Berhenti bicara yang tidak-tidak. Aku ke sini karena ingin meminta bantuan dari keponakanmu, Noah," kata Louis.
"Bantuan apa?" tanya Leona.
"Lusa, berikan tubuhmu untukku," kata Louis.
Dan karena kalimat yang dilontarkan oleh Louis, Noah langsung membuat keributan di rumah hingga sampai mengusir Louis namun berujung Noah memarahi Leona karena termakan imingan duit yang ditawarkan oleh Louis dalam jumlah besar.