NovelToon NovelToon
A Thread Unbroken (Three Brothe'Rs)

A Thread Unbroken (Three Brothe'Rs)

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Identitas Tersembunyi / Keluarga
Popularitas:672
Nilai: 5
Nama Author: BYNK

Sejak bayi, Kim Areum menghilang tanpa jejak, meninggalkan tiga kakaknya—Kim Jihoon, Kim Yoonjae, dan Kim Minjoon—dengan rasa kehilangan yang tak pernah padam. Orang tua mereka pergi dengan satu wasiat:

"Temukan adik kalian. Keluarga kita belum lengkap tanpanya."

Bertahun-tahun pencarian membawa mereka pada sebuah kebetulan yang mengejutkan: seorang gadis dengan mata yang begitu familiar. Namun Areum bukan lagi anak kecil yang hilang—ia tumbuh dalam dunia berbeda, dengan ingatan kosong tentang masa lalunya dan luka yang sulit dimengerti.

Sekarang, tiga kakak itu harus membuktikan bahwa ikatan darah dan cinta keluarga lebih kuat daripada waktu dan jarak. Bisakah mereka menyatukan kembali benang-benang yang hampir putus, atau Areum telah menjadi bagian dari dunia lain yang tak lagi memiliki ruang untuk mereka?

"Seutas benang menghubungkan mereka—meregang, namun tidak pernah benar-benar putus."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BYNK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 29: Bersama Jungwoo

Setelah merasa sedikit tenang dari pikiran yang benar-benar kacau, Areum memutuskan untuk pergi dari kafe tersebut. Niat awalnya memang ingin kembali ke rumah orang tuanya, namun ketika ia teringat bahwa ternyata mereka bukan orang tua kandungnya, langkahnya terasa semakin berat. Areum akhirnya memutuskan untuk menjauh, mungkin hanya untuk menenangkan diri. Ia benar-benar hancur—tidak menyangka bahwa orang yang merawatnya sejak kecil ternyata bukan darah dagingnya, dan lebih menyakitkan lagi… bahwa ia adalah anak yang tidak diinginkan, sampai-sampai dibuang oleh orang tua kandungnya sendiri.

Jalanan malam di Mapo-gu tampak lebih sendu dari biasanya, seolah mengiringi kesedihan Areum yang tengah rapuh. Lampu jalan memantul di genangan air, membentuk bayangan bergetar yang menambah suasana muram. Angin berembus lembap, menusuk kulit. Areum berulang kali berhenti, tidak tahu ke mana harus melangkah. Semuanya terasa begitu berisik di kepalanya, hingga rasanya ia ingin memecahkannya sendiri. Lagi dan lagi air matanya jatuh tanpa bisa ia tahan. Tangisnya pecah bersamaan dengan turunnya hujan deras malam itu—seolah alam ikut menangis bersamanya.

Di tengah tangisan dan derasnya hujan, pandangan Areum tertuju pada seekor anak kucing kecil yang tampak kebingungan di tengah jalan. Nalurinya membuatnya refleks berlari ke arah kucing itu tanpa peduli pada dingin hujan yang mengguyur tubuhnya. Ia berjongkok, hendak meraih si kecil berbulu putih itu. Namun tiba-tiba, suara klakson mobil terdengar keras—sebuah sedan melaju cukup kencang ke arahnya.

“Ah!” seru Areum spontan. Tubuhnya kaku, jantungnya berdegup hebat. Mobil itu berhenti tepat beberapa sentimeter di depannya. Hujan menetes deras di wajahnya yang pucat, nafasnya tersengal, nyaris terisak karena shock.

Pintu mobil terbuka, seorang pria keluar sambil membawa payung. Areum menunduk, sudah bersiap dimarahi karena ulahnya. Tapi saat suara itu terdengar, ia langsung menoleh kaget.

“Maafkan aku… aku mengemudi tidak fokus. Tapi wae kamu ada di tengah jalan hujan-hujan begini?” tanya pria itu bingung, menatapnya dengan khawatir. Areum menatap kucing kecil yang masih digendongnya, lalu berkata pelan.

“Aku menolong kucing ini.” Ia menunjukkan kucing putih itu, yang kini meringkuk ketakutan di pelukannya.

“Ya ampun… kau,” ujar pria itu, nadanya berubah lembut, seolah baru mengingat sesuatu. Matanya membulat kecil. “Jinjja? Kau gadis di halte waktu itu, kan?” lanjut nya hampir tidak percaya, Areum pun tersenyum tipis meski wajahnya masih basah oleh hujan.

“Ah… iya. Anda adiknya Ji-Sung Sajangnim, bukan?” tanyanya ragu. Pria itu—Jungwoo—mengangguk pelan.

“Itu aku. Ayo masuk ke mobil, aku antar pulang. Anggap saja ini balas budiku. Waktu itu aku bahkan belum sempat berterima kasih.” Nada suaranya tulus, membuat Areum sedikit bingung. Namun Areum cepat-cepat menggeleng.

“Ahh, tidak perlu… aku bisa pulang sendiri, Jungwoo-ssi.” Suaranya pelan, tapi tegas. Ia belum siap kembali ke rumah, belum siap menghadapi siapa pun di sana. Jungwoo menatapnya lama, matanya menelusuri wajah Areum yang tampak lelah, matanya sembab, pipinya basah bukan hanya karena hujan.

“Kenapa? Kamu baik-baik saja?” tanyanya pelan, khawatir sedangkan Areum menunduk. Tangannya mengelus pelan bulu kucing di gendongannya, mencoba menyembunyikan getaran suaranya.

“Aku… hanya butuh waktu sendiri,” ujarnya nyaris berbisik.

“Aigoo… hujan begini, nanti kamu sakit. Arasseo, setidaknya biarkan aku antar sampai tempat yang aman,” ucapnya lembut, membuka payung lebih lebar sambil menatap Areum penuh empati.

Areum menatap pria itu sekilas, lalu kembali mengarahkan pandangan ke hujan yang masih turun deras. Rintik air yang jatuh di wajahnya seolah menyamarkan air mata yang belum kering. Di balik tatapan bening matanya, ada rasa sesak yang belum reda—antara luka, bingung, dan sedikit rasa hangat dari seseorang yang tiba-tiba hadir di tengah kehancurannya.

“Tidak apa-apa, hanya saja aku belum mau kembali… nanti saja. Lagipula aku bingung harus ke mana,” ujar Areum pelan, menunduk dalam.

“Begitu? Aku mengerti… aku juga pernah merasa seperti itu,” ucap Jungwoo lirih, menatap gadis di depannya dengan tatapan yang penuh pengertian. “Bagaimana kalau kita pergi ke tempat yang lebih tenang?”Tawarnya namun Areum menolak cepat.

“Tidak perlu…” tolak Areum cepat, namun Jungwoo hanya menggeleng pelan dan, tanpa banyak kata, menarik lembut tangan Areum, membawanya menuju mobil.

“Cepat masuklah… aku bukan orang jahat,” katanya seraya membuka pintu mobil untuknya. Suaranya lembut tapi tegas, seperti tak memberi ruang bagi Areum untuk menolak lagi. Areum ragu sejenak.

“Pakaian ku basah…” ujarnya pelan, matanya tak berani menatap langsung.

“Tidak masalah. Cepatlah, udara malam ini dingin sekali,” ucap Jungwoo, tersenyum kecil di balik payung yang mulai miring karena angin.

Akhirnya Areum mengangguk pelan dan masuk ke dalam mobil. Ia duduk di kursi penumpang depan, memeluk anak kucing berbulu putih yang tadi ia selamatkan. Bulu kucing itu lembap, namun terasa hangat di tangannya—setidaknya ada sesuatu yang bisa ia peluk malam itu.

Sepanjang perjalanan, hanya ada keheningan. Hujan di luar mobil menimbulkan suara ritmis di kaca, berpadu dengan dengung mesin yang halus. Areum menatap keluar jendela, melihat lampu-lampu jalan yang buram tertelan air hujan.

Sementara Jungwoo sesekali melirik ke arahnya, seolah ingin bicara tapi menahan diri.

Akhirnya, mobil itu berhenti di depan sebuah rumah bergaya minimalis modern. Dindingnya berwarna hitam pekat, dengan garis arsitektur yang tajam namun elegan—sesuatu yang terasa asing bagi Areum. Gerbang rumah terbuka otomatis dan menutup kembali begitu mobil melaju masuk. Areum menelan ludah, sedikit gugup.

Begitu mobil berhenti di garasi, Jungwoo keluar lebih dulu, lalu menatapnya sambil tersenyum menenangkan.

“Gwaenchanha, kau aman di sini,” ujarnya pelan.

Areum hanya diam. Tangannya refleks mengelus kepala anak kucing di pangkuannya, mencoba menenangkan dirinya sendiri yang tiba-tiba merasa gugup tanpa sebab.

“Ayo…” ujarnya lembut, membuat Areum turun dan mengikutinya.

Sepanjang langkahnya, pandangan Areum menyisir sekeliling, mengamati interior rumah yang didominasi warna gelap. Mulai dari pajangan, lantai, hingga dinding bercat abu kehitaman—semuanya berwarna senada. Dari sini, Areum tahu pria ini benar-benar menyukai nuansa kelam. Bahkan setelah sadar mobil sport yang mereka tumpangi tadi juga berwarna hitam, keyakinannya semakin kuat bahwa pria di hadapannya adalah pecinta warna gelap sejati.

“Heiyy… kau melamun?” suara Jungwoo memecah lamunannya. Areum sedikit tersentak, baru menyadari bahwa kini mereka sudah berada di sebuah kamar di lantai dua. Ia bahkan tidak sadar bagaimana kakinya bisa melangkah sejauh itu.

“A-akh… iya, maaf. Aku hanya terkejut dengan interiornya yang serba hitam,” ujarnya canggung namun Jungwoo hanya tersenyum kecil.

“Aku memang suka warna gelap. Entah kenapa aku merasa tenang dalam kegelapan.” ujar nya yang membuat Areum mengangguk tipis, seolah memahami makna tersembunyi di balik kalimat itu.

“Ngomong-ngomong, siapa namamu?” tanya Jungwoo lembut. Ia memang belum sempat berkenalan dengan wanita itu sejak terakhir kali bertemu di halte bus.

“Aku Mi—Areum. Namaku Areum,” ujarnya pelan, nyaris tergagap. Ia sempat ingin menyebutkan marga keluarga yang membesarkannya, namun mengurungkan niat itu. Ingatan pahit tentang asal-usulnya membuatnya memilih diam.

“Ah, iya… aku Park Jungwoo, adik terakhir Ji-Sung hyung. Kalau aku tidak salah, aku pernah dengar Taeyoon hyung yang mengajakmu bekerja di kafe mereka, bukan?” ucap Jungwoo.

“Itu benar. Aku memang kenal dengan Taeyoon sajangnim. Dia juga yang mengajakku bekerja di sana,” jawab Areum sopan.

“Aku ingat waktu itu mereka mencari banyak karyawan untuk cabang baru kafe itu. Aku juga sempat memasukkan teman ku ke sana, Kang San-ha,” ujar Jungwoo santai.

“Aku tahu dia,” balas Areum, membuat Jungwoo mengangguk pelan.

“Kalau begitu, kamu bisa mandi di kamar ini. Aku akan carikan pakaian ganti untukmu. Jangan sampai sakit, arasseo?” katanya dengan nada lembut namun tegas, membuat Areum hanya bisa menunduk.

“Terima kasih, Jungwoo-ssi,” ujar Areum sambil sedikit membungkuk.

“Jangan panggil Jungwoo-ssi, aku bukan bosmu. Panggil saja Jungwoo oppa, aku lebih menghargai itu,” ucapnya sambil tersenyum tipis.

Areum sempat tertegun, tapi seolah terhipnotis oleh tatapannya yang hangat, ia mengangguk pelan. Jungwoo tersenyum lembut dan mengusap kepala Areum yang masih basah oleh air hujan.

“Terima kasih… Jung—oppa,” ucap Areum, sedikit gugup memperbaiki ucapannya.

“Sama-sama. Kemarikan kucing itu, biar aku yang urus. Kau urus dirimu dulu. Aku akan kembali dengan pakaian ganti,” ujarnya seraya membuka pintu kamar.

Areum menyerahkan anak kucing itu ke tangan Jungwoo, lalu masuk ke kamar. Jungwoo hanya tersenyum tipis dan menutup pintu perlahan begitu Areum menghilang di baliknya.

“Pantas saja Ji-Sung hyung selalu menatapnya seperti itu… dia benar-benar menarik dan cantik. Astagaa…” gumam Jungwoo pelan sambil mengacak rambutnya sendiri dengan ekspresi frustrasi bercampur kagum.

Ia kemudian turun ke lantai bawah untuk mencari pakaian ganti bagi Areum, sekaligus mengeringkan anak kucing yang baru saja dibawa gadis itu dari tengah hujan.

Di dalam kamar, Areum menghela napas panjang sebelum akhirnya melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Sejak siang tadi ia memang belum sempat mandi. Air hangat yang membasuh kulitnya sedikit banyak menenangkan tubuh dan pikirannya yang masih kalut. Entah kenapa, perlakuan Jungwoo yang begitu ramah dan lembut tadi membuatnya merasa sedikit nyaman—ada ketenangan yang perlahan muncul di tengah kekacauan batinnya. Namun, perasaan itu kembali digantikan oleh kebingungan setelah ia selesai mandi.

‘Apa yang harus kupakai sekarang?’ batinnya panik. Ia tidak membawa pakaian ganti, sementara baju yang tadi dipakainya sudah basah kuyup karena nekat berlari ke tengah hujan hanya untuk menolong anak kucing kecil itu.

Areum akhirnya keluar dari kamar mandi dengan mengenakan bathrobe hitam pekat yang terlipat rapi di lemari kamar mandi bersama beberapa handuk bersih. Ia tidak punya pilihan lain selain memakainya—tentu saja ia tidak mungkin keluar tanpa sehelai benang pun, apalagi mengingat di rumah ini hanya ada dirinya dan Jungwoo.

“Kenapa harus berbohong selama ini padaku… Eomma… Appa…” lirih Areum lirih sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk. Tatapannya kosong menembus pantulan diri di cermin. Bayangan masa kecilnya kembali menari di kepalanya—tawa, pelukan, dan kasih sayang yang kini terasa palsu.

Namun lamunannya buyar ketika terdengar suara seorang pria di belakangnya. Refleks, Areum berbalik dan tersudut di meja rias.

“Astaga…” serunya pelan, tubuhnya menegang karena terkejut sekaligus malu. Entah sejak kapan Jungwoo sudah berdiri di sana.

1
Ramapratama
💜
Ramapratama
jangan jangan... adik yang hilang itu di adopsi keluarga Park kah?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!