Ketika cinta berubah menjadi luka, dan keluarga sendiri menjadi pengkhianat. Dela kehilangan segalanya di hari yang seharusnya menjadi miliknya cinta, kepercayaan, bahkan harga diri.
Namun dalam keputusasaan, Tuhan mempertemukannya dengan sosok misterius yang kelak menjadi penyelamat sekaligus takdir barunya. Tapi apakah Dela siap membuka hati lagi, ketika dunia justru menuduhnya melakukan dosa yang tak pernah ia lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiyah Mubarokah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Lebih Baik Mati
Rena dan kedua anaknya, Eka dan Rian, masih dipenuhi kehebohan setelah Dela dan Arsen berlalu. Pikiran mereka terus berkutat pada transformasi Dela yang mendadak begitu memukau, cantik, dan bergelimang kemewahan.
"Perubahan Dela benar-benar drastis dalam waktu sesingkat ini Bu. Walaupun semua itu hanya dari hasil menyewa, bayangkan saja berapa banyak anggaran yang terkuras! Biaya salonnya, biaya sewa gaun, tas, dan sepatu bermereknya. Belum lagi untuk mobil mewah itu," desis Eka dengan nada iri yang begitu kentara. Adiknya kini tampil sangat berkelas, dan itu membakar hatinya.
"Menurutku mustahil itu hanya sewa. Mobilnya itu harganya tak ternilai, mungkin edisi terbatas. Mana ada tempat penyewaan yang menyediakan mobil semewah itu? Pemilik mobil seperti itu pasti bukan orang biasa, dan tidak mungkin bersedia menyewakan harta kesayangannya," ujar Rian, analisisnya sangat masuk akal.
"Eh benar juga ya Mas. Jangan-jangan ucapan Bapak dulu memang ada benarnya, kalau Arsen itu memang orang penting," duga Eka mulai bimbang.
"Ah omong kosong! Itu tidak mungkin! Paling-paling semua itu punya atasannya, dan dia hanya meminjamnya. Kalian ingat kan Dela pernah bilang suaminya ada tugas bertemu klien di luar kota? Dia sengaja meminjamnya hanya untuk pamer di resepsi Tika. Sekarang mereka pasti merana karena sudah berusaha tampil mewah, tapi pernikahan Tika malah batal total," bantah Rena keras, menolak kenyataan bahwa Arsen adalah pria kaya. Eka dan Rian sesungguhnya ingin memercayai Rena, namun ada gejolak keraguan yang terus mengganjal di hati mereka.
Sementara itu di rumah sakit, hati Dela terasa tercabik. Melihat ayahnya terbaring sakit tanpa ada satu pun sanak saudara yang menunggu di sisinya, padahal sang Ayah masih memiliki istri dan anak-anak.
"Mereka benar-benar keterlaluan Mas. Mereka tau Ayah dirawat di rumah sakit, tapi tidak ada satu pun yang mau bergantian menjaganya," keluh Dela.
"Iya, mereka sungguh tega meninggalkan Ayah sendirian di sini. Tapi sudahlah yang penting kini kita sudah ada di sini bersamanya." Dela hanya menganggukkan kepala sedih.
Di rumah sakit, Arsen tanpa membuang waktu langsung mencari dokter penanggung jawab ayah mertuanya untuk mendapatkan informasi medis terkini.
"Tuan Arsen, silakan duduk Tuan dan Nyonya," sapa sang dokter dengan sangat hormat, bahkan sedikit tergagap.
Dia mengenal betul sosok Arsen Mahendra. Di dunia bisnis, nama Arsen adalah sinonim dari kekayaan yang tak terhingga dan pengaruh yang sangat besar di kota itu. Berada di hadapan Arsen, yang auranya begitu dominan, membuat sang dokter spesialis merasa sangat tegang dan salah tingkah.
"Suatu kehormatan besar bagi saya, seorang pengusaha hebat seperti Anda mau menemui saya secara langsung. Ada yang bisa saya bantu Tuan?" Tanyanya.
Melihat betapa dihormati dan disegani suaminya oleh seorang dokter spesialis, Dela semakin merenungi, siapakah suaminya ini sebenarnya? Sepengetahuan Dela suaminya hanya orang kaya, sudah itu saja.
"Apa semua orang kaya selalu diperlakukan sehormat ini?" Gumam Dela, baru pertama kali merasakan perlakuan begitu istimewa, apalagi dari seorang dokter spesialis jantung.
Dela tidak tau bahwa hanya dengan satu gerakan, Arsen dapat menggulung reputasi dokter itu. Bukan hanya dokter, tetapi siapa pun yang berani mengusik hidupnya atau orang-orang yang dicintainya.
"Tidak perlu berlebihan. Apakah Anda yang menangani pasien atas nama Surya Adiputra?" Tanya Arsen langsung tanpa basa-basi.
"Maksudnya Bapak Surya Adiputra yang menderita penyakit jantung?" Tanya balik dokter itu, dan Arsen mengangguk singkat.
"Ya betul Tuan kebetulan saya yang menanganinya saat beliau dilarikan ke rumah sakit ini," jawabnya.
"Bagaimana kondisi Ayah saya Dok?" Tanya Arsen yang membuat dokter itu terperanjat kaget.
Dokter itu tidak menyangka pasiennya, Surya, adalah ayah dari seorang pengusaha besar, mengingat keluarganya menempatkan Surya di ruang perawatan kelas tiga. Setelah selesai memasang ring jantung, dokter sempat mencari keluarga pasien untuk mengabarkan kondisi Surya. Namun, sayangnya tidak ada satu pun anggota keluarga yang menunggu, membuatnya berasumsi pasien ini kurang dipedulikan.
"Ja... jadi beliau adalah Ayah Anda?" Tanyanya lagi. Arsen mengangguk sebagai jawaban.
"Iya Dok. Bagaimana kondisi Ayah saya saat ini? Apakah penyakitnya parah?" Tanya Dela, tidak sabar ingin tau kabar Ayahnya.
"Setelah kami berhasil melakukan pemasangan ring jantung, alhamdulillah kondisi pasien sudah jauh membaik," jawab dokter itu, seketika membuat Arsen dan Dela merasa lega.
"Semalam, pasien mengalami tekanan parah pada bagian dada yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke jantung. Keadaan seperti itu tidak bisa lagi dikendalikan hanya dengan obat-obatan, sehingga kami menyarankan tindakan pemasangan ring jantung," jelasnya.
"Syukurlah kalau begitu Dok. Apakah kami sudah diperbolehkan menjenguknya?" Tanya Dela.
"Tentu Nyonya mari saya antar." Dokter itu lantas mengantarkan Arsen dan Dela menuju kamar Ayahnya yang berada di ruang perawatan kelas tiga ruangan yang terdiri dari satu kamar besar yang menampung tiga hingga empat pasien. Di sana tidak ada fasilitas AC maupun TV, hanya kipas angin yang menempel di dinding.
Sesampainya di sana, Arsen terkejut melihat Ayah mertuanya dirawat di ruangan umum, atau kelas ekonomi.
"Ayah saya dirawat di sini?" Tanya Arsen heran.
"Iya Tuan. Maaf semalam pihak keluarga yang meminta untuk menempatkannya di ruang perawatan kelas 3 saja."
"Baiklah, kalau begitu saya ingin Ayah saya segera dipindahkan ke ruang VVIP. Urusan administrasi dan pembayaran akan diurus oleh asisten saya," pinta Arsen tegas.
"Baik Tuan. Pasien akan segera kami pindahkan ke ruang rawat VVIP." Dokter itu bergegas mengurus kepindahan Surya.
Sementara itu, Dela dan Arsen langsung menghampiri sang Ayah. Terlihat Surya sudah sadar, dan ia sendirian. Berbeda dengan pasien lain yang dikelilingi keluarga masing-masing.
"Bapak," Dela langsung mendekat dan menggenggam tangan Ayahnya yang tak terpasang selang infus.
"Dela, Arsen kalian sungguhan datang Nak?" Tanya Surya, merasa pangling dengan penampilan anak dan menantunya.
"Iya Pak ini kami. Bagaimana keadaan Bapak?" Tanya Dela.
"Bapak sudah baik-baik saja Dela," jawabnya. "Kamu terlihat sangat cantik, dan kamu juga tampak gagah sekali Arsen. Bapak hampir tak mengenali kalian tadi," lanjut Surya, membuat Dela dan Arsen tersenyum hangat.
"Syukurlah kalau Bapak sudah membaik sekarang. Arsen lega mendengarnya Pak," ujar Arsen.
"Maafkan Dela ya Pak. Dela baru tau kalau Bapak masuk rumah sakit," ucap Dela dengan nada sedih.
"Kamu tidak perlu meminta maaf Nak. Seharusnya Bapak yang minta maaf karena sudah merepotkan kalian."
"Jangan berkata begitu, Bapak tidak pernah menyusahkan Dela." Surya tersenyum haru karena ada Dela dan suaminya yang datang mengunjunginya. Padahal tadinya ia hanya terdiam sendirian, tanpa ada yang menjaga. Bahkan istri dan anak-anaknya yang lain sama sekali tak muncul menjenguk.
"Dari mana kamu tau Bapak di rumah sakit?" Tanya Surya.
"Hari ini kan seharusnya pernikahan Tika, jadi tadi Dela dan Mas Arsen datang ke rumah untuk menghadiri acaranya. Tapi sesampainya di rumah malah sepi, kata tetangga pernikahan Tika dibatalkan," jelas Dela.
"Iya Dela pernikahan Tika terpaksa dibatalkan karena Riki ketahuan berselingkuh. Padahal kita sudah habis-habisan mempersiapkan pernikahan mewah sesuai keinginan Tika, bahkan Ibumu sampai menggadaikan sertifikat rumah kita ke Bank demi menuruti kemauan Tika," beritahu Surya, yang sontak membuat Dela amat terkejut.
Sampai sebegitunya Ibunya menuruti keinginan Tika. Mendadak wajah Dela muram, teringat perlakuan Ibunya yang selalu membeda-bedakannya, dan suka menyuruhnya ini-itu layaknya pembantu. Sungguh berbeda dengan kelembutan Ibunya pada Tika dan Eka.
"Sudah,kamu tidak perlu bersedih Dela. Maafkan Ibumu ya, karena ia selalu bertindak semaunya kepadamu," ujar Surya, yang tahu apa yang ada di pikiran Dela.
"Sudahlah Pak tidak perlu dibahas lagi. Yang penting sekarang Bapak harus fokus beristirahat agar cepat pulih." Dela tidak ingin Ayahnya bersedih dan memikirkannya.
"Apa karena masalah itu sehingga penyakit Bapak jadi kambuh?" Tanya Arsen.
"Aku tidak tau Arsen. Hati orang tua mana yang tidak hancur saat mendengar calon menantu mereka ternyata berselingkuh tepat menjelang hari pernikahan. Kesedihan melihat putriku gagal menikah sungguh tak terlukiskan," ucap Surya, suaranya dipenuhi kepiluan.
Tak lama berselang, beberapa perawat datang untuk memindahkan Surya ke ruang rawat VVIP yang telah disiapkan. Ruangan itu jauh lebih mewah, lengkap dengan fasilitas AC, televisi layar datar, dan ruang tunggu pribadi.
Sementara itu, tanpa diketahui Rena yang sedang fokus membuat kue di dapur, Tika diam-diam telah meninggalkan rumah sendirian. Ia berjalan gontai di trotoar, matanya menerawang kosong tanpa tujuan. Ia terus melangkah hingga akhirnya berhenti di sebuah jembatan layang. Ia menatap ke bawah, di mana arus sungai tampak mengalir deras dan bergejolak. Dalam keputusasaan, sebuah pikiran gelap muncul mengakhiri hidupnya adalah jalan terbaik untuk melarikan diri dari rasa malu.
"Lebih baik mati dari pada harus menanggung semua aib ini seorang diri," bisiknya seraya mulai memanjat pagar pembatas jembatan. Tika bersiap melompat ke bawah sana, dan...