Cari ide itu susah ya, jadi please jangan plagiat!
Next season di Anta's Diary.
Kecelakaan itu merenggut nyawa ibu dan adik dari gadis bernama Anandita Mikhaela. Gadis itu mengalami koma selama satu minggu.
Setelah Dita sadar entah kenapa ia jadi bisa melihat penampakan di sekitarnya dan membuatnya jadi terbiasa dengan keberadaan makhluk astral.
Hingga perjumpaannya dengan sosok pocong bernama Ananta Prayoga, sosok pria tampan di balik bungkusan kain putih itu, membuatnya jatuh cinta.
Dapatkah Dita dan Anan memecahkan misteri kematian para hantu itu?
Dan dapatkah kisah cinta Anan dan Dita berakhir bahagia?
So stay tune.
Follow my IG @vie_junaeni
Happy Reading 😘😘😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie Junaeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Darah di kolam
"Kamu udah sarapan ?" tanya Pak Herdi pada Dita.
"Udah pak, barusan." jawab Dita sembari menuang air dispenser pada botol minumnya.
"Gimana tidur kamu semalem?"
"Merem pak tidurnya, telentang kadang-kadang miring kalo tengkurep sempit ada Anita." Sahut Dita tertawa menggoda Pak Herdi yang menepuk jidatnya karena jawaban Dita.
"Maksud saya nyenyak gak gitu betah gak kaya waktu dirumah."
"Ngerti pak ngerti, cuma becanda doang, bapak ngapain pagi-pagi udah disini?" tanya Dita seraya melirik ke arah jam tangannya.
"Saya mau meeting Ta, katanya sih mau kesini orangnya liat-liat wahana kita."
"Jam berapa pak meetingnya?"
"Saya juga gak tau, dia bilang pagi aja mau kesini eh taunya ntar siang lagi yak jam sepuluh hehehe."
"Bentar pak." Dita melihat ke arah dasi pak Herdi. Tangan Dita kini berada di kerahnya pak Herdi sigap membetulkan posisi dasi Pak Herdi.
Tangan pak Herdi reflek berada di bahu Dita yang sudah mengangkat kakiny berjinjit agar terjangkau oleh matanya membetulkan dasi Pak Herdi.
Wangi banget sih pak duh hati saya cenat cenut nih makin gak karuan.
Dita melirik leher mulus putih milik bosnya itu.
"Dah rapih." ucap Dita.
Namun pak Herdi belum melepaskan tangannya dari bahu Dita.
"Pak, maaf pak.." ucap Dita.
"Eh sorry Ta, hampir aja saya khilaf."
Pak Herdi salah tingkah dihadapan Dita.
"Ehm ehm kamu udah sampe mas?" Bu Devi tampak kesel sepertinya melihat pemandangan Dita dan Pak Herdi di depannya itu.
"Sudah." Pak Herdi lalu masuk ke ruangannya.
"Kamu, awas ya jangan coba-coba deketin bos kamu." ucap Bu Devi menatap tajam ke arah Dita lalu masuk keruangan pak Herdi.
"Idih nenek lampir pake ngancem awas-awas dikata palang pintu kali ah awas, untung udah masuk kalo deket aja aku cocol nih pake saos sambel." ucap Dita kesal.
***
"Itu investor yak?" tanya Anita melihat tamu dari Jepang yang disambut hangat oleh Pak Herdi dan Bu Devi.
"Kelihatannya begitu." jawab Dita.
"Kerja - kerja Nenek lampir ngeliatin tuh." sahut Dita.
"Nenek lampir? maksudnya Bu Devi hahahhaha bisa aja kamu Ta."
"Lagian tadi dia marah-marah sama aku katanya awas yak kalo kamu deketin pak bos, emangnya dia siapanya pak bos."
"Pacarnya kali, terus kalo iya emang dirimu cemburu?" tanya Anita melirik ke arah Dita.
"Yee emangnya Pak Herdi siapanya aku pake cemburu." sahut Dita kesal.
"Ya kali Ta hehehe."
"Eh nanti pada lembur yak." ucap Akang Ujang .
"Lah Dita mah lembur gak lembur emang disini tinggalnya." sahut Anita.
"Emang ada apa sih kang?"
"Para atlet renang mau latihan nanti sore kan pasti sampai malam tuh."
"Oh kalo itu Anita mau juga kang, lumayan Ta cakep-cakep deh liatnya seger."
"Huuu giliran cowo cakep aja paling depan antrinya, emangnya Doni kurang cakep apa?" sahut kang Ujang.
"Kali kang ada yang lebih cakep." Anita menggaruk kepalanya.
"Heh ngomongin aku yak? kupingku panas nih." sahut Doni.
"Eh Doni iya tadi masa kata An....awwww..!!"
Anita menginjak kaki Dita menghentikan ucapannya.
"Udah sana kerja lagi awasin anak-anak tuh." ucap Anita mengarahkan Doni dan kang Ujang ke arah kolam.
"Sakit tau." Dita meringis memegang kakinya.
"Lagian punya mulut dijaga jangan iseng aja ngebacot, paham andaaahhh."
"Oh seperti itu... baiklah..." Dita menirukan gaya centil Anita.
***
Sudah jam delapan malam para atlet renang itu belum juga selesai.
"Itu tiga orang kenapa masih disini sih bukannya pulang." tanya Dita pada Kang Ujang.
"Coba saya tanya dulu ya neng, mungkin ada perlombaan jadi belum pulang." Akang Ujang pergi menghampiri ketiga pemuda itu.
"Biarin apa Ta, kan cakep tuh yang namanya Aldo." sahut Anita.
"Kok tau namanya Aldo?"
"Kan udah kenalan itu yang lagi naik tangga ke atas namanya Aldo, terus yang ikutin di belakangnya namanya Sandi yang dibawah lagi berenang dikolam namanya Robi, satu klub tadi juga aku hapal namanya." Anita tersenyum bangga.
"Niat banget kamu ngapalin cowo-cowo ganteng."
Dita berusaha menutup mata Anita yang sudah penuh nafsu pada para atlet renang itu.
Lalu terdengar suara jeritan
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Dita dan Anita bergegas menuju kolam dilihatnya air kolam sudah bercampur dengan darah. Jasad itu sudah mengapung dengan darah segar mengalir dari kepalanya dengan tangan dan kaki yang patah, tulangnya bengkok ke arah luar.
"Aldo..., itu Aldo ..." Anita menyebutkan nama jasad itu..
***
To be continued
Happy Reading...