Sarah adalah perempuan ABG yang belum mengenal cinta, dia siswi SMP yang beranjak remaja. Di dalam kelasnya Sarah termasuk siswi yang berwajah hitam manis diantara teman temannya namun mempunyai sifat cuek dan jaim
Diantara beberapa siswa bahkan menyukainya, dan berharap mendapat tempat yang spesial di hati Sarah
Bagaimana kisah selanjutnya dan siapakah yang berhasil mendekati Sarah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yusnia nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
lagi lagi Zia mengabaikan pesan itu, Dia ingin menikmati perjalanannya yang di kelilingi oleh pemandangan perkebunan. Ia memejamkan matanya, rasa kantuk telah menghinggapi setelah semalam tidur terlalu larut bersama adiknya, Sarah.
Setelah beberapa jam perjalanan, mobil yang membawanya memasuki pelabuhan Bakauheni dan masuk ke dalam kapal.
ketika berada di dalam kapal, Zia berfoto selfie dengan pemandangan laut. Foto itu dikirimkan kepada Sarah
Suara dering telpon berbunyi, Zia menekan tombol terima
"Hallo dek" ucap zia
"Hallo mba, kamu dah sampai kapal?" tanya Sarah dari seberang telpon
"sudah nih sebentar lagi sampai" jawab Zia
"oh ya mba tadi mas Satria datang kesini kira kira sepuluh menit kamu berangkat, dia minta nomer kamu, apa dia sudah kirim pesan mba?
"Sudah sar, cuma aku belum balas. Aku sengaja biar dia penasaran" Zia terkekeh
"Kamu lagi apa dek?"
"Aku lagi makan mie ayam mba"
"enak ga? Kok waktu mba disana kamu ga ngajak sih"
"enak mba, oh ya aku lupa karna ibu masak terus sih, sayang kalau makanannya ga di makan" sahut Sarah
"yasudah kamu lanjutin makannya, mba juga mau makan siang, nasi yang tadi ibu bungkusin, bentar lagi kapalnya sampai di merak"
"oke mba dah dulu ya, assalamualaikum " ucap Sarah mengakhiri percakapannya
"Waalaikum salam" sahut Zia
Zia membuka makanan yang di bekali oleh ibunya, lalu ia menyantap dengan lahap. Setelah selesai makan, ia bergegas turun ke parkiran mobil, sebelum turun ia sempat membeli oleh oleh berupa kerupuk kemplang khas Lampung.
"ini yang selalu di bawa ayah kalau ke jakarta" batinnya
......................
Kapal menepi, mobil sudah mengantri untuk keluar. Mobil melaju lancar membelah jalan
Setelah 4 jam menempuh perjalanan darat, Zia telah sampai dirumah paman Herman.
paman Herman yang keluar dari rumahnya membatu Zia menurunkan barang barang.
"Terimakasih ya pak" ujar zia kepada sang supir
Supir mengangguk dan tersenyum ramah
"iya sama sama mbak"
lalu mobil melaju meninggalkan halaman rumah paman Herman
Dini yang sedari tadi menunggu kepulangan Zia muncul diambang pintu, dia menghampiri Zia dan memeluknya
"Mba Zia udah pulang, aku kangen gada teman" ujar Dini
"Eh itu mba mu masih capek Din" ujar Bi yati
Mereka tertawa melihat tingkah Dini yang manja.
Mereka berempat masuk ke dalam rumah, Zia menaruh tas dan beberapa kardus lalu dengan cekatan ia membuka tali rapia. Berbekal sebuah gunting akhirnya dus itu terbuka, Tara aaa....Berbagai jenis buahan, jeruk lemon, jeruk limo, rambutan, mangga dan lainnya. Ia memberikan sebagian isinya untuk keluarga pamannya dan separuhnya lagi untuk diberikan kepada Beni.
" Nanti mas Beni mau kesini paman" ujar zia
"oh Beni yang kesini bukan kamu yang antar? Tanya Bu Yati
"Enggak bi, aku masih capek. Aku kesananya hari libur aja. Lagipula kalau kelamaan takutnya buahan ini keburu busuk"
"yasudah kalau gitu yang buat disini bibi bawa ke dapur ya" ujar Bi yati
Bi yati dan Dini membawa buahan tersebut ke dapur.
"Gimana kabar ayah dan ibu serta adikmu sehat?" tanya paman Herman
"Alhamdulillah sehat paman"
"Paman aku mau bersihin badan dulu ya" ujar Zia lalu bangkit dari kursinya dan berjalan menuju kamar. Zia mengeluarkan pakaian dari tas ranselnya dan mengambil setelan baju di lemari lalu ia bergegas menuju kamar mandi.
...-----...
Suatu sore yang tenang ketika hujan rintik rintik jatuh membasahi pekarangan, zia duduk di teras rumah. Ia mengetik balasan singkat untuk Satria
("Assalamualaikum mas Satria, maaf baru balas. Aku baru saja sampai di jakarta")
Pesan dikirim, tak lupa Zia juga memberi kabar kepada orang tuanya bahwa ia telah sampai dirumah paman herman
Sepersekian menit notifikasi masuk
Zia membuka kunci ponselnya, dia membaca pesan yang di balas oleh Satria, Satria memberikan kabar kalau besok ia pun akan kembali ke jakarta. Mereka saling berbalas pesan.
......................
Malam itu udara lebih terasa dingin dari biasanya. hujan lebat turun membasahi pekarangan rumah pak Herman.
Dari kejauhan terdengar suara motor berhenti, seorang pria turun membawa kantong kresek berisikan dua dus martabak.
Bi yati melongok keluar, paman Herman segera menuju pintu.
terdengar ketukan dari luar, paman Herman segera membukakan pintu, diluar tampak Beni sudah berdiri diambang pintu.
"Assalamualaikum" ucap Beni lalu mencium punggung tangan Herman
""Waalaikum salam"
"Hujan hujanan kamu Ben " ucap herman
"Sini masuk"
"Wah sudah lama sekali aku tidak kesini" ucap Beni
"Iya sudah lama sekali" sahut Herman
Beni membuka mantelnya, Bi Yati, Zia dan Dini keluar dari kamar masing masing lalu menyalami Beni
Beni menyerahkan 2 dus martabak kepada bi Yati
bi Yati bergegas ke dapur untuk membuatkan minuman untuk mereka berlima, dan membawa 2 piring martabak yang dibawakan oleh beni tadi, satu piring martabak keju dan satu martabak kacang.
"minum dulu Ben biar badanmu hangat, ini kamu habis pulang kerja?" tanya bi Yati
"Iya bi, sekalian kesini mau ambil titipan dari ibu" ujar beni
"Gimana kabar istrimu Ben?" tanya bi Yati lagi
""Istriku sudah membaik bi setelah kemarin sempat di rawat dirumah sakit, cuma kecapean" jawab beni yang berusaha menutupi musibah yang dialaminya.
Kebersamaan mereka menghadirkan suasana hangat dirumah Herman. Obrolan mengalir begitu saja.
Lalu Herman mengajak Beni untuk makan malam bersama dirumahnya, ayam goreng, kentang Mustofa yang dibawa oleh Zia sudah tersaji. Mereka menikmati makan malam dengan nikmat.
Jam dinding menunjukan pukul 9 malam, Beni berpamitan untuk pulang. Zia memberikan 2 kantong kresek pada Beni berisikan buah buahan yang ia bawa dari Lampung sebagai oleh oleh. Herman mengantarnya sampai ke depan pintu, motornya perlahan menjauh.
Karena malam telah menyelimuti, Zia meminta izin untuk beristirahat terlebih dahulu.
...****************...
Matahari baru saja menampakkan diri, ketika Dering telpon membuyarkan lamunan pagi.
Suara seorang pria dari sebrang sana mengabarkan bahwa hari ini ia akan berangkat ke jakarta, ya dia adalah Satria.
sebuah senyum mengembang di wajah Zia.
"Ya sudah kamu hati hati ya" ucap zia
Telpon di tutup, Zia bergegas bangun dari kursi meja rias. Hari ini Zia kembali masuk kerja
Zia adalah sosok yang sulit di dekati, ada luka dalam yang membekas dihatinya hingga dia susah untuk membuka hati.
"Pagi Bi" sapa Zia
"eh kamu sudah rapih Zia, sarapan dulu nih bibi buat nasi goreng"
"terimakasih Bi, Dini mana bi?" tanya zia
"Di kamar, masih siap siap, coba kamu panggil biar sarapan bareng" ujar Bu Yati
Zia beranjak pergi menuju kamar Dini dan mengetuk pintu kamarnya
Dini yang sudah rapih dengan seragam putih biru dan berbalut hijab putih di kepalanya keluar dari kamar.
"sudah rapih neng? Yuk kita sarapan habis itu berangkat bareng" ujar Zia
Dini mengangguk dan mereka mulai sarapan.
Pagi itu Dini diantar oleh Zia karena antara sekolah Dini dan tempat Zia bekerja satu arah.
Tiba di sekolah, pintu gerbang utama sudah terbuka, Dini turun dari motor.
Suara ramai siswa siswi berseliweran, sebuah pemandangan yang menarik untuk di perhatikan. Lalu ia mencium tangan Zia dan melangkah ke dalam kelas.
Zia melajukan sepeda motornya meninggalkan sekolah Dini. perjalanan dari sekolah Dini ke toko tempat Zia bekerja memakan waktu hanya 20 menit. Zia bekerja di toko sembako, bahan makanan dan lain lain. Begitu Zia sampai, sudah ada temannya yang datang membuka rolling door toko.
ia memarkirkan sepeda motornya.
"Pagi Zia, gimana cutinya menyenangkan ga? Tanya Budi
"Luar biasa" sahut Zia sambil tertawa
Budi menyalakan lampu, dan Zia mengambil sapu dan kanebo untuk mengelap rak rak.
Satu persatu pembeli mulai berdatangan, suara riuh ibu ibu memecah keheningan pagi, Zia dengan senyum ramah menyapa dan menyambut pembeli.