Hidup dalam kemiskinan tak pernah di harapkan semua orang. Tapi takdirlah yang membawanya kesana tapi kita juga tak tau jika suatu saat takdir itu akan bisa berubah tanpa di sangka - sangka.
Lina gadis belia yang hidup kekurangan terpaksa bekerja sebagai pengasuh bayi seorang pengusaha. Siapa sangka pengusaha yang kesepian malah jatuh cinta pada pengasuh putranya.
Apa yang akan terjadi selanjutnya? apakah cinta mereka kan berjaln mulus?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Sementara itu di sebuah bus anatara kota, Lina duduk termenung dengan pandangan mata sayu menatap keluar jendela.
Hatinya berasa tidak tenang, bayang wajah Bima melintas di matanya. Apakah Ana bisa merawat Bima seperti ia merawatnya? Kembali tetes bening perlahan turun membasahi pipinya.
Tiga jam lebih perjalanan yang harus janganlah dan cukup melelahkan. Lina akhirnya sampai juga di kampung. Sebelum pulang kerumah Lina mengisi perutnya yang terasa lapar dan membeli beberapa cemilan untuk adik - adiknya.
"Assalamualaikum, bu...ibu..." panggil Lina di depan pintu rumah yang tertutup.
"Waalaikumsalam, tunggu bentar." terdengar jawaban daei dalam, sepertinya ibu belum menyadari kehadiran putrinya. Ibu meninggalkan pekerjaannya dan bergegas kedepan melihat siapa gerangan yang datang.
"Ibu."
"Lina." Ibu tidak percaya dengan penglihatannya, apakah ia bermimpi. Beberapa kali ia mengucek matanya mencoba menyangkal tapi bayangan itu nyata di depan matanya.
Lina memeluk wanita yang ada di depannya dengan perasaan terharu. Beberapa saat kemudian keduanya sudah duduk di ruang tamu sambil bercerita.
"Ya sudah ga apa - apa, nak. Sebaiknya kamu istirahat dulu. Kamu pasti lelah." Ibu membelai putrinya lembut.
"Ga kok bu, aku mau bantu ibu saja. Tadi di bus sudah banyak istirahat kok." Lina bergelayut manja di lengan ibunya sambil berjalan menuju belakang membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah.
Lina tidak menceritakan masalah yang sebenarnya pada ibunya tentang penyebab ia pulang kerumah. Ia memberi alasan yang cukup membaut ibunya tidak bertanya lagi.
Sementara itu di rumah Bagas, bik Ratmi di buat sibuk oleh dua pekerjaan sekaligus. Ana tingkatannya bisa merawat anaknya sendiri, pergi entah kemana dan hingga menjelang magrib baru pulang.
"Bima ga kenapa - kenapakan bik?" tanya Ana tanpa rasa bersalah.
"Rewel, nya. Emang Lina kemana, nya? Kok pergi ga pamit dulu sama saya." tanya bibik penasaran.
"Ga tau, itu bukan urusan saya. Kalau ia mau pergi ya silahkan, lagian masih banyak yang mau jadi pengasuh Bima."
"Nya, saya titip den Bima sebentar ya."
"Saya mau mandi, bik. Bibik aja yang jagain Bima.
"Saya masih banyak pekerjaan yang belum saya kerjakan, nya. Mana saya belum sempat masak sama sekali, nya." nampak wajah lelah ibu Ratmi menandakan bahwa wanita itu kerepotan dengan tugas yang seharusnya bukan kerjaannya.
"Sudah biarkan saja, makanan nanti saya pesankan. Bibik mau apa?"
"Ga perlu nya. Biar saya masuk aja sebentar, sayang kalau beli." tolak ibu Ratmi.
"Ga apa - apa, bik. Hari ini khusus bagi bibik saya traktir."
Ibu Ratmi menghela nafas kasar beberapa kali, ia masih kepikiran dengan kepergian Lina yang tiba - tiba disaat dirinya tak ada dirumah dan ia sedikit menaruh curiga bahwa nyonyanyalah yang mengusir Lina. Tapi untuk saat ini ia belum punya bukti.
Sudah beberpa kali ia coba menghubungi nomor ponsel gadis itu tapi tak ada jawaban, hanya operator yang menjawab panggilanya.
Bik Ratmi gusar jika terjadi sesuatu hal yang buruk pada Lina. Lina adalah tanggung jawabnya karna ia yang membawa gadis itu bekerja di rumah ini.
Sementara itu di luar kota, Bagas kesal karna nomor Lina tidak aktif. Sudah panggilan kesekiannya tetap saja hanya operator yang menjawab.
Apakah yang akan di lakukan Bagas saat ia tau Lina sudah pergi dari rumah ?
$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$
Assalamualaikum kk,Terimakasih untuk supportnya
Jangan lupa tinggalkan jejak berupa like dan komen serta vote yang banyak biar thor semakin semangat untuk melanjutkannya bab selanjutnya 👍😘🙏💪
@ima Susanti