NovelToon NovelToon
Tetanggaku Malaikatku

Tetanggaku Malaikatku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa
Popularitas:8.5k
Nilai: 5
Nama Author: Proposal

Kevin cuma anak SMA biasa nggak hits, nggak viral, hidup ya gitu-gitu aja. Sampai satu fakta random bikin dia kaget setengah mati. Cindy cewek sejuta fans yang dielu-elukan satu sekolah... ternyata tetangga sebelah kamarnya. Lah, seriusan?

Cindy, cewek berkulit cerah, bermata karamel, berparas cantik dengan senyum semanis buah mangga, bukan heran sekali liat bisa bikin kebawa mimpi!

Dan Kevin, cowo sederhana, dengan muka pas-pasan yang justru dipandang oleh sang malaikat?!

Gimana kisah duo bucin yang dipenuhi momen manis dan asem ini selanjutnya!? daripada penasaran, mending langsung gaskan!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Proposal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Malaikat Dan Pertemuan Tiba-Tiba

"Selamat Natal!"

Akhirnya tibalah malam Natal yang dinanti-nanti.

Liburan musim dingin sedang berlangsung, dan di hari spesial ini, setiap orang memiliki cara masing-masing untuk merayakannya. Revan dan Melia datang ke apartemen Kevin dengan membawa berbagai barang perlengkapan pesta.

Jam baru menunjukkan pukul 1 siang.

Di atas meja sudah terhidang pizza dan jus dari tempat langganan mereka. Mereka sengaja memesan agak siang karena toko tersebut sedang ramai pesanan, sehingga pengiriman pun molor.

Tapi bagaimanapun ini masih waktu yang tepat untuk makan siang. Kedatangan mereka yang agak siang tidak menjadi masalah besar.

"Ya ya selamat natal," ucap Kevin dengan nada datar sambil mengangkat gelas jusnya.

"Kevin, kamu harus lebih semangat! Sekali lagi!" teriak Melia sambil melompat-lompat kecil.

"Selamat natal."

"Pengucapannya benar, tapi tetap aja lesu banget," keluh Melia sambil menghempaskan diri ke sofa.

Kevin hanya bisa menghela napas. Membandingkan energinya dengan Melia yang hiperaktif memang tidak adil.

Revan yang memperhatikan situasi ini segera menengahi dengan senyum khasnya yang hangat tapi agak nakal. "Sudah-sudah, yang penting kita makan, main, dan bersenang-senang, oke?"

"Jangan sampai kalian tidur di sini," gerutu Kevin.

"Bercanda tentu saja aku akan tidur di rumah Melia," sahut Revan sambil menyeringai.

"Pastikan orang tuanya tidak ada," sergah Kevin.

"Wah Kevin sedang membayangkan adegan begituan ya..?" Melia menyipitkan mata penuh arti.

Kevin mengabaikan komentar itu dan berbalik menuju dapur untuk mengambil peralatan makan dan gelas tambahan.

Wajahnya berkerut kesal ketika Melia tiba-tiba muncul di belakangnya. "Aku bantu ya," ujar gadis itu dengan nada menyebalkan.

Dapur Kevin terlihat sangat rapi dan bersih wilayah kekuasaan Cindy yang tak terbantahkan. Semua peralatan dan bumbu dapur tertata rapi sesuai standarnya.

"Bersih banget ya," komentar Melia tiba-tiba.

"Terima kasih pujiannya," jawab Kevin kering sambil mengambil beberapa piring kecil dan gelas.

Ketika dia hendak memberikan sebagian ke Melia, Kevin mendapati gadis itu sedang memperhatikan lemari dapur dengan tatapan aneh.

"Apa?" ucap Kevin.

"Tidak ada apa-apa"

Tapi senyum licik Melia membuat bulu kuduk Kevin meremang. Dia berusaha mengabaikan firasat buruknya, meski tahu pasti Melia sedang merencanakan sesuatu.

Melia justru semakin bersemangat, pipinya mengembang seperti hamster. Mereka kembali ke ruang tamu tempat Revan sedang menunggu.

"Rumahmu luas dan rapi banget," komentar Melia sambil mengunyah pizza.

Musik Natal mengalun lembut dari speaker. Dengan hanya tiga orang di ruangan yang cukup luas ini, suasana terasa cukup intim.

Kevin tidak berkomentar bahwa apartemennya luas karena orang tuanya yang menyewakan, atau bahwa kerapiannya adalah jasa Cindy. Dia hanya mengangguk singkat.

"Iya dulu kan berantakan banget hebat deh bisa merapikannya," sambung Melia.

"Diam."

"Tapi ada bau wanita di sini lho.."

"Apa hubungannya?" Kevin benar-benar tidak mengerti logika Melia.

Melia mengedipkan mata. "Nggak ada yang spesifik sih. Tapi kan kamu tipe yang malas bersih-bersih, Kevin. Lihat tuh cara kamu nata buku, kabel, sampai cara nyimpen barang biar nggak rusak. Beberapa peralatan juga bukan seleramu kan?"

Kevin tercekat.

"Ibuku." ucap Kevin.

"Hmm?"

Memang benar beberapa peralatan dapur itu disimpan di bagian paling belakang, tapi Kevin terkejut Melia bisa memperhatikan detail sekecil itu saat mengambil peralatan makan.

Sebenarnya peralatan makan itu milik Cindy yang dibawa dari apartemennya, tapi Kevin tidak menyangka Melia yang biasanya ceroboh bisa sesensitif ini.

"Gapapa kan? Iya kan, Rev?"

Kevin terdiam sejenak. Melia menatapnya penuh arti sebelum tiba-tiba menyandar ke Revan.

Seperti sudah menjadi kebiasaan, Revan langsung menyambut kekasihnya itu dengan memeluknya erat. Kevin mengerutkan hidung.

"Jangan mesra-mesra di rumah orang."

"Cemburu ya..?"

"Sama sekali tidak." ucap Kevin.

Yang Kevin rasakan bukan iri, tapi lebih ke keinginan agar mereka bisa mengendalikan diri. Tapi nasihat seperti itu pasti masuk telinga kanan keluar telinga kiri bagi pasangan ini.

Melia terus memeluk Revan dengan girang, sesekali menatap langit-langit atau wajah pacarnya.

"Apa semua orang jadi sensitif saat Natal?"

"Jangan lupa ada banyak orang yang nangis darah saat ini." ucap Kevin.

Tentu tidak semua orang berperilaku sama. Sebagian merayakan dengan keluarga, sebagian dengan teman, dan ada juga yang sendirian.

Banyak yang menganggap status jomblo sebagai aib, dan komentar Melia bisa berbahaya jika terdengar publik.

"Apa semua cowok pengen punya pacar?"

"Mungkin. Tapi aku nggak terlalu kepengen." ucap Kevin.

"Itu karena kamu aneh, Kevin."

"Diam."

"Orang-orang jadi gelisah banget saat Natal, terutama para jomblo. Ngomong-ngomong, banyak cowok yang ngajak si Malaikat untuk Natal, tapi ditolak semua. Katanya dia sudah ada janji sama seseorang."

"Oh, gitu?"

Kevin sadar bahwa "seseorang" itu adalah dirinya.

Meski menjadi alasan penolakan Cindy, Kevin tidak keberatan. Setidaknya Cindy tidak menyebut namanya, jadi aman.

"Wajah mereka pas ditolak lucu banget. Aku sampai ketawa."

"Jangan kejam gitu." ujar kevin.

"Tapi kan nggak mungkin diterima kalau nggak ada hubungan dekat, terus tiba-tiba mau mesra saat Natal doang? Udah telat kalau nggak bangun hubungan yang bener dari awal. Apalagi yang ngajak cuma buat cari kesempatan berduaan. Ngeri banget kan buat cewek?"

Melia menjulurkan lidahnya, mungkin teringat pengalaman buruk sebelum pacaran dengan Revan.

Meski berbeda dengan Cindy, Melia juga cantik dan pasti sering dapat gangguan. Kevin mulai merasa kasihan pada para cewek populer.

"Iya, Cindy juga dapat banyak gangguan sih."

"Kamu emang nggak tertarik sama si Malaikat ya, Kevin?" ucap Melia.

"Enggak."

"Tetanggamu itu beneran malaikat lho."

"Mau aku usir kamu?" ujar kevin.

"Nggak mau."

"Nyebelin banget sih." Kevin melotot ke Melia yang langsung beraksi dramatis.

"Ngeri amat" keluhnya sambil meringkuk lebih dalam di pelukan Revan.

"Tapi nggak bisa dipungkiri tetanggamu itu merawat kamu ya.."

Kevin terdiam, membuat Melia terkekeh.

"Udah deh jangan melotot maaf ya."

Tapi nada Melia sama sekali tidak terdengar menyesal. Kevin hendak melotot lagi ketika tiba-tiba Melia membeku, matanya tertuju ke jendela di belakang Revan.

Kevin mengikuti pandangannya dan melihat sesuatu yang putih beterbangan di langit biru.

"Revan, lihat! Salju!" seru Melia.

"Wah, Natal putih ya?"

Memang sudah akhir Desember, jadi salju bukan hal aneh.

Tapi salju di siang bolong yang cerah termasuk jarang. Rupanya ini momen spesial bagi si kekasih.

Dengan suhu sekarang, kemungkinan salju akan terus turun sampai malam - menjadikan malam Natal ini benar-benar istimewa.

Kevin membayangkan betapa hebohnya para pasangan di luar sana, sambil diam-diam memperhatikan Revan dan Melia membuka jendela dan melangkah ke balkon.

Dia memutuskan untuk tetap di dalam, tidak ingin mengganggu momen mesra mereka. Tapi tiba-tiba...

"Eh? K-kamu kenapa di sini?" suara Melia terdengar kaget.

"Hah?" ucap Cindy dengan ekspresi kaget.

"Ah."

Suara ketiga itu sangat familiar bagi Kevin akhir-akhir ini - suara lembut dan menenangkan.

Dia segera buru-buru ke balkon, dan menemukan Cindy sedang berdiri di sana, mungkin sedang menikmati salju, dan sekarang bertatapan dengan Revan dan Melia yang terkejut.

1
CALESSYAA
Ditunggu updatenya thorr!!
CALESSYAA
Pertama kalinya!?/Hey/
Azαzel
Ceritanya menggambarkan perubahan positif pada Kevin berkat pola makan teratur yg disediakan Cindy, meskipun Kevin enggan mengakuinya. Aww mereka berdua lucu banget thorr><
Mas Finn
uishh
Mas Finn
waduh mas kepin ngegas
MONALISA
terkejoet akunih bang!😙
MONALISA
memang harus sadar diri.. gaboleh ngerepotin orang terus
MONALISA
siap2 aja renda ketemu bidadari/Scream/
MONALISA
co cweett banget
Mas Finn
Cindy si wanita mahal ni ceritanya
Mas Finn
yapasti ada udang dibalik batu yagesya😝
Mas Finn
Siap bukkk/Bye-Bye/
Mas Finn
Terpanah nih mas kepin kitaa akwkw/Scream/
Cuaksss
Go kevinn!! tenangin malaikat kita/Panic/
Cuaksss
aihh bisa ae cindyy😘
Cuaksss
sedihnyoo, Semangat buat para cowo yg ketolak🫡
Cuaksss
modus😒
Cuaksss
Bukain dong kevvv
Cuaksss
GENDONG! GENDONG!!/Applaud//Curse/
Cuaksss
ringan apa rigan tuh/Frown/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!