Ini kelanjutan cerita Mia dan Rafa di novel author Dibalik Cadar Istriku.
Saat mengikuti acara amal kampus ternyata Mia di jebak oleh seorang pria dengan memberinya obat perangsang yang dicampurkan ke dalam minumannya.
Nahasnya Rafa juga tanpa sengaja meminum minuman yang dicampur obat perangsang itu.
Rafa yang menyadari ada yang tidak beres dengan minuman yang diminumnya seketika mengkhawatirkan keadaan Mia.
Dan benar saja, saat dirinya mencari keberadaan Mia, wanita itu hampir saja dilecehkan seseorang.
Namun, setelah Rafa berhasil menyelamatkan Mia, sesuatu yang tak terduga terjadi diantara mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
"Ya sudah, aku berangkat, ya. Kamu yakin tidak apa-apa ditinggal sendirian di sini?" tanya Rafa hendak memastikan.
"Tidak apa-apa." Mia mengusap cairan bening di ujung mata.
"Kalau begitu aku mau pergi dulu. Kalau butuh sesuatu hubungi aku saja."
Mia hanya mengangguk.
Setelah kepergian Rafa dari apartemen itu, ia mulai meneliti rumah itu.
Hal pertama yang ia lakukan adalah menggeledah kamar suaminya untuk mencari sesuatu yang dapat dijadikan bukti untuk meyakinkan dugaannya.
Sebuah rahasia yang mungkin disimpan oleh Rafa.
Ketika membuka lemari, sepasang matanya terpejam saat aroma lembut yang sama dari tubuh suaminya menguar dari dalam lemari.
Hal yang membuatnya selalu teringat akan pelukan lelaki itu.
Mia terdiam sejenak memandangi lemari pakaian suaminya.
Lemari pakaian Rafa terbilang sangat bersih, semua pakaian tersusun dengan sangat rapi.
Berbeda dengan lemari pakaian dua adik laki-lakinya yang sangat berantakan. Bahkan Mia dan bunda kerap merapikan lemari pakaian mereka.
"Tidak ada apa-apa," gumamnya saat membuka lipatan demi lipatan pakaian.
Wajah Mia yang semula datar itu pun mendadak berubah merah saat menemukan dalaman milik Rafa yang terlipat rapi di antara lembar pakaian.
Tertera ukuran XL di sana, hal yang membuat pikiran nakalnya menjelajah ke hal lain.
"Astaghfirullah. Aku mikir apa?" Ia mengusap wajah. Melempar dalaman tersebut ke sembarang arah.
Lalu, kembali melanjutkan penyelidikan.
Hingga pada saat ia sampai ke lipatan pakaian terbawah.
Kedua alis Mia saling bertaut ketika menemukan selembar foto yang diyakininya sudah sangat lama.
Foto seorang pria dengan anak lelaki berusia dua tahunan di pangkuannya.
"Siapa ini? Apa dia Ayahnya Kak Rafa? Dan anak ini, apa Kak Rafa?"
Jika diperhatikan dengan benar, anak lelaki itu sepintas memang mirip Rafa. Mia termenung dengan pikiran melayang.
Foto itu akhirnya ia letakkan kembali ke tempat semula.
Memastikan lemari dalam keadaan rapi seperti sebelumnya.
**
**
Rafa sedang mengikuti sebuah seminar di kampus saat pikirannya tertuju pada Mia di rumah.
Sejenak ia melirik ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul satu siang.
Mengeluarkan ponsel dari saku jaket, ia mengetikkan sebuah pesan.
Meminta karyawan restorannya untuk mengirim beberapa menu andalan ke apartemen.
"Tolong kirim teriyaki chicken rice bowl ke apartemenku."
Rafa tahu itu makanan kesukaan Mia, karena itulah ia menjadikannya menu utama di restoran miliknya.
Bahkan, Mia sendiri tak mengetahui bahwa Rafa adalah pemilik restoran favoritnya. Ia juga tidak tahu jika Rafa memiliki beberapa bisnis lainnya.
Sementara itu di apartemen, Mia masih sibuk menggeledah rumah saat mendengar suara bel.
Wanita itu beranjak sesaat dan melihat siapa yang datang melalui monitor. Seorang pria dengan seragam berlogo restoran favoritnya.
Sebelum membuka pintu, ia lebih dulu menggunakan hijab untuk menutupi rambutnya. Lalu, segera beranjak membuka pintu.
"Selamat siang, ini ada paket makanan atas nama Mia Aurora Hadiwijaya," ucap lelaki itu ramah.
"Dari siapa, ya?" tanyanya.
"Yang kirim atas nama Rafa, Mbak," balas lelaki itu.
Mia mengulas senyum tipis, meraih paper bag.
"Terima kasih."
"Sama-sama. Permisi, Mbak."
Mia kembali menutup pintu. Duduk di sofa dan mengeluarkan makanan yang masih terasa hangat.
Aroma lezat yang menguar dari sana membuat perut terasa lapar.
"Tidak! Aku tidak boleh makan!" Ia membuang napas kasar dan langsung membuang makanan itu ke tempat sampah.
Memilih beristirahat sebentar setelah aktivitas melelahkan yang ia lakukan.
Setidaknya, ia menemukan satu keanehan, yaitu sebuah foto lama yang ada di antara lipatan pakaian Rafa.
Punggung Mia bersandar pada sofa, matanya menatap langit-langit ruangan.
Hingga beberapa saat berlalu, nada pengingat pesan baru terdengar dari sana.
"Sudah makan, belum? Tadi aku kirim makanan. Jangan lupa minum obat, ya." Isi pesan dari Rafa yang baru saja masuk ke ponselnya.
Mia tak membalas pesan itu. Ia abaikan begitu saja.
**
**
"Maaf, aku telat pulang. Aku ada urusan di luar."
Rafa memeriksa kembali pesan yang ia kirim dua jam lalu, yang sama sekali belum dibalas oleh Mia.
Hanya terlihat tanda dua ceklis berwarna biru di sana, yang berarti pesan sudah terbaca.
Sebelum pulang ke rumah, Rafa memilih mampir ke sebuah toko untuk membeli sesuatu untuk Mia.
Boneka panda kecil adalah hadiah manis yang dipilihnya.
Begitu tiba di apartemen, boneka tersebut ia letakkan di buffet, lalu mencari keberadaan istrinya di kamar utama.
Namun, saat memasuki kamar itu, tidak ada Mia di dalam sana.
Baru saja akan beranjak, perhatian Rafa seketika tertuju pada sebuah benda yang tergeletak di lantai, di sisi tempat tidur.
"Kenapa ada di sini?" gumam Rafa mengangkat dalaman miliknya.
Ia merasa dirinya bukanlah seseorang yang semberono dalam meletakkkan barang-barang pribadi.
"Mungkin aku lupa." Ia menghela napas.
Saat membuka pintu lemari untuk meletakkan benda tersebut, dahinya berkerut menyadari sesuatu yang aneh.
Rafa tahu betul bagaimana barang miliknya. Lemari itu seperti baru saja digeledah seseorang, sebab beberapa benda berpindah dari tempatnya semula.
"Mungkin Mia butuh sesuatu."
Rafa pun beranjak menuju kamar sebelah, mengetuk dua kali. Namun, tak ada jawaban dari Mia.
Hal yang membuatnya memberanikan diri untuk membuka pintu.
Mia tampak sedang berbaring di tengah tempat tidur dengan ponsel yang masih menyala di tangannya.
Rafa mengulas senyum. Memasuki kamar dan membelai rambut sang istri.
"Hai, anak Ayah. Tidak rewel hari ini, kan?" bisik Rafa pelan, sambil membenarkan selimut yang sedikit melorot.
Setelahnya, ia beranjak menuju dapur. Hendak membuat makanan, sebab seharian ini ia belum makan apapun.
Mengeluarkan sebotol air mineral dingin dari lemari pendingin.
Namun, saat itu juga perhatiannya tertuju pada kotak makanan yang masih utuh berada di tempat sampah. Bahkan segelnya sama sekali belum dibuka.
Benar saja, saat mengeluarkan dari tempat sampah, ia menemukan makanan dalam keadaan utuh.
Kepingan rasa sakit mulai menjalar ke hati. Ia merasa sesak.
Makanan yang ia kirim tadi siang malah berakhir di tempat sampah.
**
**
Sementara itu,
"Bee, malam ini aku telat pulang. Kamu tidak apa-apa sendirian di sini?" tanya Raka pada sang istri.
"Tidak apa-apa, Mas. Aku tunggu malam ini, ya," Zahra tersenyum mencium punggung tangan suaminya.
"Dikasih hadiah apa kalau cepat pulang?" tanyanya dengan mata berkedip sebelah.
"Aku akan pakai baju renda hitam yang dibeli minggu lalu." Zahra tersenyum malu-malu.
"Jangan PHP, ya."
Zahra terkekeh. Ia mengenakan cadar dan mengantar suaminya ke depan pintu.
Begitu tiba di luar bersamaan dengan unit milik Syarin yang juga baru terbuka dan memunculkan wanita cantik itu di ambang pintu.
"Hati-hati di rumah," bisiknya sambil membenamkan ciuman di kening. "Assalamualaikum."
"Walaikumsalam, Mas."
Zahra masih memandangi punggung suaminya yang kemudian menghilang di balik pintu lift.
Sementara Syarin hanya memandang kemesraan sepasang pengantin baru itu.
Seminggu setelah kedatangan Zahra ke Jerman, ia sama sekali belum pernah melihat seperti apa wajah istri Raka itu.
Hal yang membuatnya merasa sangat penasaran tentang sosok wanita yang membuat Raka tak dapat berpaling.
"Seistimewa apa dia sampai Raka tidak bisa move on?"
***********
***********
jangan mudah terhasut mia
apa Mia GX tinggal bareng Rafa, terus Rafa gmana
tambah lagi thor..🙏😁🫣