Zona Khusus Dewasa + Slowburn
Drasha Season 2
Adriel (28), sosok CEO yang dikenal dingin dan kejam. Dia tidak bisa melupakan mendiang istrinya bernama Drasha yang meninggal 10 tahun silam.
Ruby Rose (25), seorang wanita cantik yang bekerja sebagai jurnalis di media swasta ternama untuk menutupi identitas aslinya sebagai assassin.
Keduanya tidak sengaja bertemu saat Adriel ingin merayakan ulang tahun Drasha di sebuah sky lounge hotel.
Adriel terkejut melihat sosok Ruby Rose sangat mirip dengan Drasha. Wajah, aura bahkan iris honey amber khas mendiang istrinya ada pada wanita itu.
Ruby Rose tak kalah terkejut karena dia pertama kali merasakan debaran asing di dadanya saat berada di dekat Adriel.
Bagaimana kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yita Alian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 ACICD - BunnyChat
Malam harinya, di antara garis pit sebuah sirkuit balapan, Adriel tampak melangkah keluar dari mobil setelah memenangkan challenge balapan dari salah seorang CEO perusahaan pesaingnya.
Tanpa menoleh pada lawan, Adriel terus berjalan dengan derap langkah yang begitu berkharisma sambil melepaskan helm.
Setelan balapnya dibiarkan turun sampai pinggang, lengan bajunya terikat longgar di sana, memperlihatkan kaos hitam tipis yang menempel pada tubuh berototnya. Rambut hitam legam pria itu sedikit acak-acakan dan basah karena keringat.
Di belakang Adriel, Hougan menyusul dengan berlari kecil, menerima helm atasannya, lanjut memberikan botol minuman pada Adriel yang tidak berhenti melangkah.
"Anda keren, Pak," ujar Hougan terkekeh kecil, "Pak Devon frustasi sampai nendang-nendang ban mobilnya tuh."
Adriel menggigit sedotan santai di sudut bibirnya, menyesap minuman lalu menoleh setengah pada asistennya.
"Ada kabar mengenai Ruby Rose?"
Hougan sempat melongo sepersekian detik. Ternyata tuan mudanya ini memang sudah terjerat pesona Ruby Rose. Kalau dia komentar kenapa Adriel menanyakan soal wanita itu, pasti dia kena amukan Adriel. Hougan akhirnya menjawab berdasarkan informasi yang sudah dikumpulkan.
"O-oh iya Pak, mengenai dugaan Nona Ruby mencari informasi soal Nona Drasha dengan mendekati keluarga Alveroz itu keliru, Pak."
"Jadi maksud kamu, pemikiran saya keliru?"
"T-tidak begitu, Pak… mm…maksudnya belum ada bukti kuat mengenai itu. Karena satu tahun belakangan ini, Nona Ruby sibuk liputan, untuk kegiatan lain hanya ditemukan dia sering masuk ke toko kue membeli cake cokelat, ke perpustakaan, kadang ada di klub malam atau melakukan kegiatan harian lainnya, tapi kebanyakan memang melakukan liputan, Pak."
"Kamu yakin? Sudah diperiksa baik-baik?"
"Iya, Pak, informasi lengkapnya sudah saya kirimkan ke email Anda."
"Kemarin, dia ke toko kue dan sorenya dia masuk ke toko penjahit, malam harinya dia tidak terlihat keluar dari kontrakannya."
Adriel menghentikan langkahnya tiba-tiba, otomatis Hougan berhenti hampir menabrak punggung Adriel. "Kalau hari ini?" tanya pria itu.
"Dia liputan di beberapa tempat, Pak. Terakhir, sekitar pukul 7 tadi, dia masuk ke kontrakannya dan terlihat tidak ada pergerakan lagi."
Adriel mendesis kesal. "Dia beneran pinter tarik ulur. Dia sengaja deketin aku jor-joran di awal terus sekarang keliatan kayak gak peduli, sampai bilang aku bukan tipenya!" gumamnya kesal. "Dia pikir aku nggak tau trik kayak gitu!"
Hougan mengernyitkan kening ingin tertawa tapi ditahan. Dia pura-pura tidak mendengar saja.
Adriel kemudian melanjutkan langkahnya dengan sorot mata dingin yang tajam.
"Hubungi pimpinan Redaksi Golden Media Group sekarang, bilang saya mau bicara!" titah Adriel.
"Baik, Pak," ujar Hougan menahan senyumnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Keesokan harinya, Ruby berdiri di samping meja Rion. Entah dia punya kesalahan apa lagi sampai dipanggil ke kantor di tengah liputannya.
Sementara itu, Rion masih tampak fokus pada layar monitor dengan jemari yang aktif menari di atas keyboard. Ruby melirik sedikit. Itu naskahnya yang sedang di edit oleh sang redaktur.
Apa naskahnya itu yah yang ada kesalahan?
Ada sekitar lima menit, Ruby berdiri di sana tanpa satu kata pun yang keluar dari mulut Rion. Ini sebenarnya ada apa?
"Ruby…" akhirnya Rion buka suara.
"Iya, Kak?" Ruby semakin meluruskan punggung. Dia sudah siap dimarahi, apapun itu kesalahannya.
"Kamu ada berapa liputan nanti sore?"
"Umm… ada dua kak."
"Liputan itu kasih ke anak magang, di ruangan meeting ada empat yang masuk hari ini. Saya sudah kasih materi dasar, jadi kamu sisa arahkan mereka soal liputan sore nanti."
Ruby mengangguk pelan. Ini dia tidak punya kesalahan ataupun dimarahin yah?
"Baik, Kak, kalau begitu saya ke ruangan meeting dulu." Ruby baru mau membalikkan badan tapi Rion meliriknya tajam. "Saya belum selesai bicara, Ruby."
"O-oh, iya Kak, maaf."
Rion menggeleng pelan lalu meraih mouse dan mengarahkan kursor membuka sebuah website. Di layar besar itu kemudian muncul foto delapan orang cowok muda yang good looking dengan kharisma masing-masing, memakai jaket jersey berwarna hitam.
Ruby seperti familiar dengan wajah-wajah ganteng itu. Pernah lihat di mana yah?
Namun, begitu manik matanya tertuju pada sebuah logo yang ada di belakang mereka, Ruby langsung ingat. Mereka para player divisi Warrior Legends dari Aerox Esports.
"Itu…"
"Ya, mereka ini pemain profesional WL dari tim Esports milik Adriel, CEO Shariel Tech yang pernah kamu wawancarai."
Terus? Kaitannya sama Ruby apa?
"Selama tiga hari ini kamu fokus meliput mereka, besok lusa mereka ada pertandingan final."
Bola mata Ruby sedikit melebar. Padahal dia tidak mau berurusan lagi dengan Adriel.
"Tapi, bagaimana dengan liputan saya yang lain, Kak?"
"Liputan pagi tetep jalan, kecuali liputan siang sore kamu sementara arahkan ke anak magang, naskahnya tetap kamu olah dulu terus kirim ke saya."
Tidak ada gunanya mencari alasan untuk menolak.
"Baik, Kak." Ruby mengangkat sudut bibirnya kaku. Sebenarnya dia juga tidak pernah meliput soal esports, tapi kalau dia protes seperti yang lalu-lalu, dia pasti malah kena omelan berjilid-jilid oleh Rion lagi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sementara di salah satu lantai tertinggi di Yoseviano Tower, Adriel duduk di belakang meja. Matanya fokus tertuju pada laporan yang ada di layar tablet.
Setelahnya, Adriel meraih hape di meja lalu mendownload sebuah aplikasi bernama BunnyChat.
Adriel teringat sebuah quotes film yang mengatakan keep your enemy close, maka dari itu dia akan membuat Ruby Rose bermain di area kekuasaannya.
Membuat Ruby meliput tim Esportsnya sudah berhasil, selama tiga hari ke depan dia sendiri bisa lebih leluasa memantau pergerakan Ruby. Sekarang, Adriel membuat akun di BunnyChat yang baru saja terinstal.
Waktu Ruby diantar pulang, Adriel menguping pembicaraan wanita itu dengan Hougan. Setelah membahas seputar dunia kerja, si Hougan mengajak Ruby tukaran kontak BC.
Awalnya, Adriel bingung BC itu apa, tapi setelah dia telusuri, ternyata itu aplikasi chattingan yang sedang populer di kalangan anak muda.
Akunnya sudah jadi.
Dia mengetik usernamenya. @coldeverest.
Selanjutnya, dia memanggil Hougan. Tidak butuh waktu lama, asistennya masuk.
"Ada apa, Pak?"
Adriel menjulurkan ponselnya pada Hougan.
"Saya mau memantau Ruby Rose sendiri, biar kerjaan kamu dan yang lainnya berkurang," kata Adriel, matanya tertuju pada layar monitor.
Hougan mengangkat alisnya sekilas lalu meraih hape tuan mudanya. Dia menahan sudut bibirnya yang mau terangkat. Hougan langsung paham kalau Adriel meminta kontak BC Ruby.
"Ini, Pak, saya sudah mengirimkan permintaan berteman dengan Nona Ruby." Hougan meletakkan hape Adriel di meja.
Adriel tidak menoleh sedikitpun, "oke, itu aja, lanjut kerjaan kamu."
"Baik, permisi, Pak."
Setelah memastikan Hougan sudah keluar dari ruangannya, Adriel meraih hapenya dan kembali membuka aplikasi BunnyChat tersebut.
Dan, sebuah notifikasi muncul.
[RubyRA menerima permintaan pertemanan]
Adriel terdiam beberapa saat, menatap pemberitahuan itu. Ibu jarinya kemudian bergerak untuk menekan profil BunnyChat Ruby.
Foto Ruby terpampang di sana. Wajah putih bening, iris honey amber yang menawan dan bibir heart shaped yang lembut dengan rona alami.
Adriel tidak sadar bibirnya terbuka sedikit.
Selanjutnya, dia membuka momen BunnyChat wanita itu. Dan sebuah postingan terbaru muncul.
Foto Ruby bersama dua cowok dan dua cewek dengan caption welcoming new intern.
Bola mata hitam Adriel terpaku pada wajah Ruby, terutama bibir wanita itu. Tidak bisa pria itu tepis kalau perasaannya bergejolak.