Elena Rosalina Smith memiliki seorang tunangan yang tiba-tiba di rebut oleh saudari tiri nya. Dan sebagai ganti nya, Elena terpaksa harus menikahi tunangan dari saudari tiri nya- seorang miliarder kaya yang telah di tolak oleh saudari nya karena pria itu cacat.
Terikat oleh perjanjian antar keluarga dan ingin merebut kembali pusat perbelanjaan mendiang ibu nya, membuat Elena setuju untuk menggantikan saudari nya menikah dengan CEO cacat.
Elena tidak menyadari jika diri nya telah melempar batu dan mengambil berlian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
Butiran keringat mengalir di dahi Elena, seperti nya demam telah menurun. Malvin mengeluarkan sapu tangan nya dan menyeka kulit Elena dengan lembut. Hati nya terasa sakit saat melihat pipi Elena yang membengkak.
Dokter pribadi nya telah merawat luka nya dan mengatakan jika bengkak nya akan segera sembuh. Namun, meski mengetahui Elena akan sembuh, hal itu masih tak bisa meredakan amarah dalam diri Malvin.
Pria itu ingin segera menemukan dalang di balik semua ini dan membuat mereka membayar kesalahan terbesar mereka.
Malvin menatap Elena dengan tatapan teduh nya, ia menghela napas sembari menyisir rambut panjang Elena, kebelakang.
" Aku berjanji, aku tidak akan pernah meninggalkan mu sendirian lagi ". Kata Malvin.
Seolah bisa merasakan kehadiran Malvin, Elena terlihat tertidur dengan lebih damai setelah kerutan di antara ke dua alis nya menghilang.
**
Beberapa jam berlalu, Elena terbangun dari tidur nyenyak nya. Elena merasa bingung saat pertama kali diri nya membuka mata nya, namun gadis itu teringat jika sebelum nya ia pernah di bawa ke tempat ini saat Malvin menyelamatkan nya dari David yang akan merenggut kesucian dari nya kala itu.
Kilasan tentang apa yang telah terjadi pada diri nya, kembali teringat. Terlebih saat ia harus menginap dan di tahan oleh para preman di ruangan yang gelap dan juga pengap.
Elena juga teringat dengan seseorang yang menginginkan diri nya mati, apakah dalang dari semua ini adalah Maya ? Mengingat gadis itu sangat menginginkan Malvin kembali pada nya.
Hingga rela membayar preman untuk menculik nya.
Elena menggigil karena ketakutan, jika mereka sampai tega menculik nya. Apalagi yang bisa mereka lakukan pada nya, setelah ini ?.
' Aku harus pindah dari rumah, aku gak bisa lagi tinggal satu atap sama mereka'. Pikir Elena.
Pikiran nya di penuhi oleh pemikiran yang tidak ia sadari, hingga kemudian Malvin masuk ke dalam kamar Elena. Dengan membawa nampan berisi makanan dan minuman untuk gadis itu.
" Kamu sudah bangun ? Aku ingin membangunkan mu karena kamu sudah tidur berjam - jam ". Kata Malvin sembari menggerakkan kursi roda listrik nya maju.
Elena mengubah posisi nya menjadi duduk saat Malvin berada di dekat tempat tidur nya.
Saat itu Elena teringat momen di mana Malvin masuk bersama dengan para polisi yang datang menyelematkan diri nya. Elena ingat jika saat itu diri nya berada di dalam pangkuan Malvin, namun yang di pertanyakan oleh gadis itu, mengapa kaki Malvin bisa begitu kuat untuk menopang berat tubuh nya saat Elena ada di dalam pangkuan nya?.
Bukan kah jika seorang yang lumpuh dan tidak pernah berjalan sama sekali, kaki nya akan lemas dan daya bertahan nya akan lemah? Tetapi mengapa Malvin tidak ?.
Jika kaki itu tidak pernah di gunakan untuk berjalan, pasti nya akan lemas karena suatu beban berat?
Pikiran Elena kemudian tertuju pada seorang pria yang sebelum nya pernah berdansa dengan nya, yang menurut nya sangat mirip dengan Malvin.
Mungkinkah pria itu sebenarnya memang Malvin?.
Elena menatap ke dua mata Malvin. " Tuan Malvin sudah bisa berjalan?". Elena sangat ingin mempertanyakan hal seperti itu pada Malvin, namun ia akan terlihat seperti orang bodoh karena telah menanyakan pertanyaan sensitif seperti itu. " Terima kasih karena sudah menyelamatkan aku dari para preman itu ". Kata Elena kemudian.
" Kamu gak perlu berterima kasih, ini salah ku . Seharusnya aku melindungi mu ". Kata Malvin sembari meletakkan nampan ke atas nakas.
Terlihat jika Malvin masih marah dengan diri nya sendiri, bagaimana bisa ia begitu ceroboh? Malvin tidak akan memaafkan diri nya sendiri jika sampai terjadi sesuatu pada Elena.
Setelah membawa gadis itu ke dalam kehidupan nya, sudah menjadi tugas Malvin untuk menjadi tameng bagi Elena. Mengingat betapa berbahayanya isi dunia nya.
Rasa bersalah merayapi diri nya saat Malvin menatap luka di sudut bibir Elena, dia merasakan jantung nya berdegup kencang.
Melihat betapa khawatir nya Malvin, Elena meraih nampan berisi makanan dan langsung memakan makanan tersebut hingga habis.
Dulu, Elena berfikir ia tak pernah merasakan keberatan jika tidak ada yang mau merawat nya, selama ia bisa menjaga diri nya sendiri.
Tetapi sekarang, Malvin telah datang ke dalam hidup nya dan selalu bersikap baik pada nya, Elena ingin selalu di perhatikan oleh Malvin. Ada sesuatu di dalam diri Malvin yang membuat Elena merasa aman dan nyaman.
Beberapa menit setelah Elena menghabiskan makanan nya, ia menatap Malvin sembari meletakkan nampan di atas nakas. " Aku perlu ke kamar mandi, kalok tuan Malvin gak keberatan".
Karena Elena merasa jika tubuh nya lengket, mengingat gadis itu memang tidak mandi beberapa jam lama nya.
Malvin mengangkat sebelah alis nya ke atas. Pria itu bersandar pada sandaran kursi roda nya dan menatap bola mata hijau Elena. " Kamu tidak perlu meminta izin untuk menggunakan kamar mandi kita ".
Degh!
" Kamar mandi kita ?".
" Apa kamu lupa ? Aku pernah bilang jika kamu akan tinggal bersama ku mulai sekarang. Kita akan tinggal di penthouse ini dan kemudian pindah ke mansion setelah kita menikah ". Seru Malvin lalu menyeringai menatap Elena yang diam tak bergerak setelah mendengar perkataan Malvin.
Elena terlihat tidak begitu hati - hati saat berada di dekat Malvin, itu sebab nya pria itu gampang dengan mudah membaca gerak gerik tubuh Elena.
Itu adalah salah satu alasan mengapa Malvin menyukai Elena.
" Apa boleh kita tinggal serumah?". Tanya Elena, mengingat hubungan yang akan mereka jalin itu hanya karena kontrak.
" Memang nya ada apa ? Kita akan menikah dan itu bukan kejahatan". Malvin menatap mata Elena dengan lekat. " Kamu tidak perlu meminta izin untuk menggunakan kamar mandi di penthouse ini ". Malvin menunjuk ke arah lemari besar di dekat kamar mandi. " Kamu akan menemukan apa yang kamu butuhkan di sana, aku akan memberi privasi dan aku ingin mengajak mu pergi ke sesuatu tempat setelah kamu selesai membersihkan diri".
Elena mengangkat sebelah alis nya ke atas. " Kita mau pergi kemana?". Tanya Elena penasaran.
" Itu rahasia ". Balas Malvin dengan suara serak nya.
Pria itu melihat Elena membasahi bibir nya dengan menjilat bibir bawah nya. Tanpa pikir panjang, Malvin bangkit dari kursi roda nya dan berpindah duduk di atas tempat tidur.
" Ada apa ?". Tanya Elena tak mengerti.
" Sekarang untuk menyegel kesepakatan kita sebagai teman serumah....". Malvin mengangkat dagu Elena dan mendekatkan diri nya pada Elena, memiringkan kepala nya sebelum akhir nya mendaratkan bibir nya tepat di bibir Elena.
Sementara itu Elena yang terkejut hanya diam saja melihat Malvin mencium nya kembali. Beruntung hanya sebuah kecupan karena jantung Elena sudah berdegup kencang, tak jelas.
Tak lama Malvin kembali menjauh diri nya dari Elena, melepaskan kecupan yang ada di antara mereka. " Nah... kesepakatan sudah tercapai, kita sekarang resmi menjadi teman serumah dan aku harap kamu bisa merasa nyaman dan jangan merasa asing ". Kata Malvin setelah mencium Elena tanpa merasa dosa.