Safira Maharani hanyalah gadis biasa, tetapi nasib baik membawanya hingga dirinya bisa bekerja di perusahaan ternama dan menjabat sebagai sekretaris pribadi CEO.
Suatu hari Bastian Arya Winata, sang CEO hendak melangsungkan pernikahan, tetapi mempelai wanita menghilang, lalu meminta Safira sebagai pengantin pengganti untuknya.
Namun keputusan Bastian mendapat penolakan keras dari sang ibunda, tetapi Bastian tidak peduli dan tetap pada keputusannya.
"Dengar ya, wanita kampung dan miskin! Saya tidak akan pernah merestuimu menjadi menantu saya, sampai kapanpun! Kamu itu HANYA SEBATAS ISTRI PENGGANTI, dan kamu tidak akan pernah menjadi ratu di istana putra saya Bastian. Saya pastikan kamu tidak akan merasakan kebahagiaan!" Nyonya Hanum berbisik sambil tersenyum sinis.
Bagaimana kisah selanjutnya, apakah Bastian dan Safira akan hidup bahagia? Bagaimana jika sang pengantin yang sebenarnya datang dan mengambil haknya kembali?
Ikuti kisahnya hanya di sini...!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
...***...
Semua orang kini telah duduk di ruang utama menempati kursi masing-masing. Karena Farah sudah mengenal Safira sebelumnya, maka dia memilih duduk berdua di kursi panjang. Farah bahkan memeluk lengan Safira tanpa rasa canggung.
Safira merasa dilema. Perasaan bersalah tiba-tiba hadir membelenggu jiwanya. Apalagi tatapan tajam Nyonya Hanum seakan menghujam dadanya, sehingga membuatnya kesulitan untuk sekedar bernapas.
Sementara itu, Nyonya Hanum sendiri sengaja memilih duduk di dekat Bastian, dan melancarkan protesnya. "Di mana hati nuranimu, Bastian! Seharusnya kamu tidak perlu membawa perempuan kampung yang miskin itu kemari!" bisiknya sambil menahan geram.
Bastian hanya diam, tidak menanggapi perkataan Nyonya Hanum. Dan bersikap seolah tidak terpengaruh oleh ucapan maminya. Dia merasa malas karena hanya itu yang selalu dibahas dan dia memilih mengabaikannya, sehingga membuat sang ibu tampak kesal padanya.
"Apa kabar, Nona? Di mana Anda berada selama ini?" tanya Safira lirih sambil tersenyum manis, meskipun saat ini dadanya terasa bergemuruh.
Namun sebelum Farah menjawab, Nyonya Hanum telah lebih dulu menyela dengan kata-kata sarkasme yang kejam.
"Ck...tidak usah basa-basi, kamu! Bukankah kamu merasa senang jika Farah tidak kembali. Aku tidak akan terpedaya oleh wajah polosmu, tapi penuh tipu muslihat itu!"
"Mami...!"
"Hanum...!"
Bastian dan Tuan Gustav memekik serentak disertai tatapan tajam.
Farah menoleh ke arah mereka sambil mengernyit bingung. Dia tidak tahu prahara apa yang telah terjadi selama kepergiannya. Dia melihat ketegangan terpancar dari wajah orang-orang yang ada di depannya
Sementara itu, bagi Abah Unang dan Emak Entin, yang tidak tahu apa-apa, keduanya hanya diam dan sesekali menyesap minuman yang tersaji tanpa terpengaruh oleh drama yang terjadi.
"Seperti yang Kak Fira lihat, alhamdulillah aku sekarang baik-baik saja."
"Syukurlah, Nona. Tuan sangat mengkhawatirkan Anda." Ucapan Safira sontak membuat Bastian menoleh padanya dengan alis terangkat naik sebelah.
"Oh ya, Kak. Perkenalkan mereka adalah Abah Unang dan Emak Entin. Mereka berdua yang telah menolongku dari musibah itu dan merawatku selama ini." Farah berkata sambil menunjuk ke arah pasutri tersebut.
Bastian dan Safira tersenyum ramah dan mereka saling bersalaman dengan hangat sambil menyebut nama masing-masing.
"Tadi Nona bilang, musibah? Maksudnya musibah apa, Nona?" tanya Safira penasaran.
"Ceritakan pada kami, Farah! Agar kami tahu yang sebenarnya terjadi," pinta Bastian.
"Halaaahhh... Jangan sok pura-pura tidak tahu. Saya yakin kamu pasti dalang di balik insiden yang menimpa Farah, kan?" Lagi-lagi Nyonya Hanum melontarkan tuduhan yang sangat kejam dan tanpa bukti.
"Cukup, Nyonya..!" Safira berdiri dengan wajah merah padam menahan emosi di dadanya.
"Anda sungguh keterlaluan, selalu melemparkan tuduhan keji terhadap saya, untuk sesuatu yang tidak pernah saya lakukan!"
"Tidak sepantasnya seorang wanita terhormat seperti Anda, berkata sarkas yang menyakiti perasaan wanita lain. Anda seperti seseorang yang tidak berpendidikan dan minim etika!" Suara Safira begitu tegas dengan raut wajah dingin menatap Nyonya Hanum.
"Saya tidak tahu kesalahan apa yang saya berbuat, sehingga Anda begitu membenci saya. Tidak pernah sekalipun saya menginginkan pernikahan ini, apalagi mengemis pada Tuan Bastian untuk menikahi saya! Dan saya menerima pernikahan ini demi menyelamatkan kehormatan keluarga kalian!"
"Tapi apa yang saya terima...apa! Aaaahh!" Safira memekik keras sambil menepuk dadanya yang bergemuruh dikuasai emosi.
Safira benar-benar meradang, dan meluapkan apa yang selama ini dipendamnya. Dia merasa tidak terima selalu diintimidasi oleh ibu mertuanya. Dia tidak peduli lagi dengan apa itu tata krama dan sopan santun. Persetan dengan semua itu. Toh, apa yang didapatkannya selama ini lebih menyakitkan dan merusak mentalnya secara perlahan.
Semua orang terhenyak, dengan ekspresi terkejut melihat Safira. Bastian mendekat dan berusaha menenangkan sang istri dengan memeluknya, tetapi kemudian Safira tampak meringis kesakitan, lalu dia pun tak sadarkan diri.
Bastian panik, dia takut terjadi sesuatu pada Safira, apalagi wajahnya tampak pucat, telapak tangannya terasa dingin dan berkeringat. Tanpa sepatah kata Bastian segera berlari keluar mansion sambil menggendong Safira untuk membawanya ke rumah sakit.
Suasana mendadak hening dengan aura mencekam. Ketegangan begitu terasa menyelimuti ruangan hingga tak satupun dari mereka yang berani bersuara. Hanya bunyi dengungan AC, bagaikan alunan musik yang mampu meredam debar jantung mereka yang berdetak kencang di dalam ruangan utama. Mereka saling menatap satu sama lain, hingga akhirnya suara Tuan Gustav memecah kesunyian.
"Puas kamu, Hanum! Sudah lega sekarang kamu telah membuat Safira menderita? Kalau sampai terjadi sesuatu pada menantu dan cucuku, maka lihatlah apa yang akan aku lakukan padamu!" ancam Tuan Gustav kemudian segera berlalu dan mengejar Bastian.
"Halaaah...paling juga drama. Perempuan kampung yang miskin itu memang paling pintar mencari perhatian," cibir Nyonya Hanum tanpa empati.
Kini tinggalah hanya ada Farah dan Nyonya Hanum juga Abah Unang serta Emak Entin. Farah yang merasa kebingungan dan penasaran akhirnya memberanikan diri bertanya pada Nyonya Hanum.
"Mi, katakan pada Farah, apa yang sebenarnya terjadi? Dan benarkah Kak Bastian dan Kak Safira... mereka telah menikah? Tolong, jawab dengan jujur, Mi?" mohon Farah dengan tatapan sendu.
"Sepertinya ini kesempatan bagus untukku meracuni pikiran Farah. Dia harus bisa membenci perempuan kampung yang miskin itu, dan merebut kembali apa yang seharusnya menjadi haknya," batin Nyonya Hanum.
"Sayang, semua ini karena perempuan kampung itu, maksud mami si Safira. Dia selalu menempel pada Bastian dan menerima dengan senang hati ketika Bastian memintanya untuk menggantikanmu." Nyonya Hanum berhenti sejenak memperhatikan bagaimana reaksi dari Farah.
"Dan apa kamu tahu...? Dia bahkan menjauhkan Bastian dari mami dan menguasainya. Dia juga menghasut Bastian agar membangkang pada mami. Sungguh, mami jadi sedih." Wajah Nyonya Hanum tampak sendu, sambil menekan dadanya, seolah merasa terzalimi.
"Sayang, kamu tadi lihat sendiri, kan? Bagaimana perempuan itu membentak mami? Dan Bastian sama sekali tidak membela mami. Itu karena perempuan itu pasti telah mengguna-guna Bastian, sehingga Bastian menjadi tunduk padanya."
Lancar sekali Nyonya Hanum menebarkan ranjau fitnahnya terhadap Safira, padahal wanita malang itu tak pernah sedikitpun berbuat curang.
Farah terdiam, pikirannya berkecamuk antara percaya dan tidak dengan hal-hal klenik seperti yang diungkapkan oleh Nyonya Hanum.
Sementara Nyonya Hanum sendiri, berharap agar Farah termakan oleh hasutannya dan mau menuruti semua keinginannya.
"Aku harus bisa memanfaatkan Farah, dan membuat dia berada di pihakku... harus! Aku tidak mau perempuan kampung yang miskin itu bahagia. Dia harus merasakan apa yang dulu pernah aku rasakan!"
***
Kira-kira ada rahasia apa ya, kenapa Kanjeng Mami begitu membenci Safira? Dikasih flashback setuju gak nih?
Bersambung
Cinta boleh, tapi segitunya banget sampai ngemis dan menawarkan diri jadi simpanan. Tobat deh Hanum😞😞