NovelToon NovelToon
Dinikahi Untuk Dibenci

Dinikahi Untuk Dibenci

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Playboy / Konflik etika / Angst / Romansa / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:18.5k
Nilai: 5
Nama Author: 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒

“Pastikan kau sembuh. Aku tidak menikahimu untuk jadi patung di rumah ini. Mulailah terapi. Atau…” Edward menunduk, berbisik di telinganya, “...aku pastikan kau tetap di kamar ini. Terikat. Tanpa busana. Menontonku bercinta dengan wanita lain di tempat tidur kita.”

Laras gemetar, tapi matanya tak lagi takut. “Kau memang sejak awal… tak lebih dari monster.”

Edward menyeringai. “Dan kau adalah istri dari monster itu.”

Laras tahu, Edward tidak pernah mencintainya. Tapi ia juga tahu, pria itu menyimpan rahasia yang lebih gelap dari amarahnya. Ia dinikahi bukan untuk dicintai, tapi untuk dihancurkan perlahan.

Dan yang lebih menyakitkan? Cinta sejatinya, Bayu, mungkin adalah korban dari semua ini.

Konflik, luka batin, dan rahasia yang akan terbuka satu per satu.
Siap masuk ke kisah pernikahan penuh luka, cinta, dan akhir yang tak terduga?

Yuk, baca sekarang: "Dinikahi Untuk Dibenci"!
(Happy ending. Dijamin!)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29. Nekat

Tanpa aba-aba, Edward menghampiri Laras dengan tatapan liar. Sebelum Laras sempat mundur, pria itu sudah mencengkeram pinggangnya, mengangkat tubuhnya kasar seperti karung beras.

"LEPASKAN AKU, BRENGSEK!" teriak Laras, meninju punggung Edward, meronta sekuat tenaga.

Sherin yang bersembunyi di balik pilar hanya bisa membeku, keringat dingin mengalir di pelipisnya. Ia menggigit bibir, ragu antara maju atau tetap diam. Tapi akhirnya ia memilih diam — ini bukan urusannya.

"EDWARD, GILA KAU! TURUNKAN AKU!" Laras meraung, kakinya menghentak-hentak di udara, sia-sia.

Edward tak berkata apa-apa. Dengan langkah cepat, ia membawa Laras menuju kamarnya. Satu hentakan keras dengan kakinya membuat pintu kamar terbanting menutup, menggema menyeramkan.

Sherin meremas roknya, bergumam takut, "Apa dia mau... memaksa Laras?"

Di dalam kamar, Edward membanting tubuh Laras ke ranjang. Kasur berderit keras. Laras meringis kesakitan, mencoba bangkit, tapi Edward lebih sigap — menindih tubuh mungil itu dengan berat badannya.

"Jangan sentuh aku! JANGAN SENTUH AKU, BAJINGAN!" Laras meraung, tangan kecilnya memukul-mukul dada Edward.

"Aku tak peduli!" dengus Edward, napasnya memburu. "Vaginismus, Ehlers-Danlos, atau gen cacatmu itu — aku tidak peduli! Kau tetap milikku! Malam ini, aku akan mengukirkan namaku di tubuhmu, Laras!"

"BODOH KAU, EDWARD! Aku BUKAN MILIKMU! Aku manusia, bukan barangmu!!" Laras menjerit, matanya berair karena marah dan takut.

Edward berusaha menahan kedua pergelangan tangan Laras, mencoba menundukkan wajahnya untuk mencium, tetapi Laras menoleh cepat, menghindar.

"Tidak! Aku gak boleh kalah! Aku harus lawan! Aku harus keluar dari neraka ini!" monolog Laras menggema dalam kepalanya.

Dengan kekuatan panik, Laras menghimpun semua keberaniannya. Ia menghentakkan kepalanya ke arah wajah Edward — meleset — lalu tanpa ragu, jari-jarinya menusuk mata Edward sekuat tenaga.

"ARGGHHH!!!" Edward mengaum keras, menggeliat kesakitan, memegangi matanya yang terasa terbakar.

Tak membuang waktu, Laras mendorong tubuh Edward yang terhuyung, dan dengan naluri bertahan hidup, ia mengangkat lututnya dan... menendang tepat ke arah selangkangan Edward.

"AARRGGH!!!" jeritan Edward menggema hingga ke lorong.

"RASAKAN ITU, BRENGSEK!!" teriak Laras, terengah-engah, matanya liar mencari jalan keluar.

Dengan cepat, Laras berlari ke pintu, membantingnya keras, lalu mengunci dari luar dengan tangan gemetar.

Dari dalam, terdengar teriakan Edward, "Arghh... Laras sialan!"

Suara pekikannya bercampur geraman marah. Matanya terpejam, panas dan perih karena cakaran kuku Laras yang menusuk tepat di bola matanya.

"Sakit...!" desis Edward, jatuh terduduk di lantai, kedua tangannya memegangi bagian tubuh kebanggaannya yang baru saja dihantam keras oleh lutut Laras.

"Rasakan!!" bentak Laras dengan napas memburu, suaranya bergetar menahan amarah dan jijik.

Sherin yang mengintip dari ujung lorong masih membeku, tak mampu berkata apa-apa. Ia hanya memandang Laras yang berlari ke kamarnya dengan mata membelalak.

"Apa yang terjadi? Apa yang ia lakukan pada Edward?" batin Sherin bergemuruh, namun tubuhnya tak mampu bergerak.

"Aku harus pergi... Harus pergi sekarang..." Laras bergumam panik pada dirinya sendiri. Ia menyerbu masuk ke dalam kamar, menyeret koper dengan tangan gemetar, hampir merobek pakaiannya sendiri saat memasukkan barang-barangnya tergesa-gesa.

Wajah Laras beku seperti batu: dingin, kaku, penuh luka dan dendam membara.

"Keluar dari rumah ini. Aku harus pergi. Aku gak akan jadi korban. Gak akan pernah! Sampai kapan pun!"

Pikirannya berteriak-teriak, memukul-mukul kesadarannya dengan panik.

Dari kamar sebelah, terdengar suara dentuman keras. Edward membentur pintu, berusaha mendobrak keluar.

"LARASS!! BUKA PINTU! KURANG AJAR!!"

Teriakannya menggema memenuhi lorong.

Laras menoleh sejenak ke arah suara itu — matanya penuh benci — lalu kembali fokus mengunci kopernya dan menyeretnya keluar kamar.

Ia tidak akan menoleh lagi. Tidak akan kembali.

Beberapa menit kemudian, Sherin melihat Laras menyeret kopernya ke pintu depan. Tak ada tangis, tak ada ragu.

"Laras..." panggil Sherin pelan, setengah hati.

Tapi Laras tak menoleh. Tak ada waktu untuk rasa kasihan.

Tak lama setelah Laras pergi, suara gedoran brutal terdengar dari kamar Edward.

"BUKAA!! BUKA PINTU INI!!!" teriak Edward, suara serak penuh amarah dan sakit.

Pelayan tua yang mendengar itu berlari terbata-bata, tangan gemetar mencari kunci cadangan. Dengan napas memburu, ia membuka pintu kamar itu.

Begitu pintu terbuka, Edward menerobos keluar, matanya merah, wajahnya penuh kebencian.

"DI MANA LARAS?!!" raungnya, membanting punggung kursi ke dinding hingga pecah berkeping-keping.

Pelayan tua itu ketakutan, hampir menangis. "N-nyonya Laras... pergi... membawa koper, T-tuan..."

Sherin menahan napas, memeluk dirinya sendiri di sudut ruangan.

Edward menggeram, tangannya bergetar menahan amarah. Ia meraih ponsel di sakunya, menekan nomor cepat.

"Temukan Laras," perintahnya dengan suara mengancam. "Selidiki setiap jalan, setiap bandara, setiap terminal! Aku mau dia di hadapanku malam ini juga!"

Sherin membeku, sadar sepenuhnya: malam ini Edward takkan berhenti sebelum berhasil memburu Laras. Dan ketika mereka bertemu lagi... tidak akan ada belas kasihan.

Laras mengemudikan mobilnya secepat mungkin, matanya liar menatap ke jalanan malam yang semakin gelap. Tangannya gemetar di setir. Beberapa kali ia hampir menabrak mobil lain, klakson bersahutan, tapi Laras tak peduli.

"Cepat! Cepat! Aku harus pergi jauh dari neraka itu!" pikirnya panik.

Matanya mencari-cari tempat aman — hotel? Rumah teman? Rumah sakit? Tapi tak ada satu tempat pun yang terlintas. Semuanya tampak terlalu dekat dari cengkeraman Edward.

Tiba-tiba, di jalanan sepi yang hanya diterangi lampu jalan, suara mendesis keras terdengar.

"Ah, tidak..." Laras memekik. Mobilnya melambat drastis, goyah. Ia membanting setir ke pinggir jalan.

Bannya kempes.

"Kenapa sekarang? SIALAN!" Laras memukul setir, hampir menangis.

Tanpa pikir panjang, ia keluar dari mobil sambil menyeret koper. Malam makin mencekam. Angin dingin menusuk kulitnya.

Saat ia menarik napas panik, suara raungan mobil lain mendekat dari belakang.

Laras menoleh.

Matanya membelalak.

Mobil Edward.

Tanpa pikir, Laras berlari sekuat tenaga, menyeret koper beratnya, berlari menjauh dari mobil mogok itu. Helaan napasnya terdengar parau. Keringat dingin membasahi punggungnya.

"BERHENTI, LARAS!" terdengar teriakan Edward di belakangnya, diikuti suara pintu mobil yang dibanting keras.

Laras hanya bisa berlari, jantungnya berdegup seperti genderang perang.

Saat Edward hampir mencapai punggungnya, sebuah mobil lain melintas.

Tanpa ragu, Laras nekat melompat ke tengah jalan, mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi.

"BERHENTI!! TOLONG!!" jeritnya histeris.

Suara rem mendecit panjang, memekakkan telinga. Sebuah mobil berhenti mendadak hanya beberapa inci dari tubuhnya.

Laras berdiri membeku, syok, napas memburu tak beraturan. Lututnya hampir goyah.

Namun belum sempat ia bergerak, dari arah berlawanan meluncur mobil lain — mobil anak buah Edward. Beberapa pria berbadan besar melompat turun, cepat dan terlatih, mengepungnya dari segala arah.

Jalanan sepi itu seolah berubah menjadi arena berburu. Angin malam menambah dinginnya suasana.

Laras mundur satu langkah... lalu dua langkah... dadanya naik turun liar.

"Ini akhirnya? Di sinikah aku harus menyerah?" pikir Laras dengan getir.

Tawa rendah terdengar dari belakang.

"Mau kabur ke mana, hm?" Edward mendekat, seringai puas tergambar di wajahnya.

Laras berbalik panik, mencari celah, tapi tak ada jalan keluar.

Saat tangan Edward hampir menyentuhnya—

BRAKK!!

Pintu mobil yang hampir menabraknya terbanting terbuka dengan keras.

Seorang pria keluar, tubuh tegap, berseragam militer hitam dengan emblem pasukan khusus bersinar di dadanya. Senapan tersandang di punggungnya. Sorot matanya tajam, wajahnya dingin tanpa ekspresi.

"Ada masalah di sini?" tanyanya, suaranya berat dan tajam seperti mata pisau yang menusuk udara malam.

Semua orang membeku.

Edward yang sudah mengangkat tangannya mendekat langsung menghentikan langkahnya, geram dan gusar.

"Sial... kenapa harus tentara?!" umpat Edward pelan di antara giginya.

Anak buahnya pun refleks mundur setengah langkah.

Laras melihat seragam itu, matanya berkilat. Harapan tipis menyala di dadanya.

"Pak! TOLONG SAYA!! Saya dikejar! Mereka mau culik saya!" Laras berteriak putus asa, langsung berlari mendekati tentara itu, memeluk lengannya erat-erat.

...🍁💦🍁...

.

To be continued

1
Fadillah Ahmad
Hadir Kak Nana. 🙏🙏🙏
Herman Lim
moga arka sang prajurit BS tolong laras
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
bayu, kau harus tau. laras berada di tempat yg aman. sekarang kau bisa lari meninggalkan ayah sombongmu itu. cari laras bayu.
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
semoga arka & rekan2 militernya bisa melindungi laras & menghancurkan Edward.
Khanza Orioncraft
novel pling menantang adrenalin yg prnh aq baca di NT...bkin g sabar dg kelanjutannya,
Siti Jumiati
Alhamdulillah 🤲 Laras dapat perlindungan dari pak militer gk nyangka istri nya baik dan mau ikut melindungi Laras, semoga setelah ini Edward ditangkap masuk penjara karena kdrt dan Laras bisa cerai dari Edward.
semangat kak sehat selalu 🤲
mbok Darmi
semoga edward segera hancur lebur diceraikan laras dan justru dia yg ajan dikuliti sama arka
Agus Tina
Bagus ceritanya, cuma jangan biarkan Edward berhasil menangkap Laras kembali dgn cara menghancurkan orang2 baik yang telah menolongnya ...
abimasta
semoga laras benar2 aman bersama arka dan keluarganya
syisya
psikopet, edward gila
axm
sebenernya laras ditinggalin banyak warisan kasian diambil
Herman Lim
moga yg tolong Laras org yg baik yg BS bawa Laras ke bahagia yg sesungguhnya nya
Siti Jumiati
semoga setelah ini kebahagiaan menyertai mu Laras/Sob//Sob//Sob//Sob/
kamu sudah lama menderita dan kamu pantas untuk bahagia Laras...
Semangatt kak lanjut... sehat selalu 🤲
Dzimar Rezkiansyah
thor satukan Laras dgn Bayu ..kasian mereka saling cinta meskipun mereka sma2 dari 0
abimasta
semoga laras bisa lepas dari edward
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
semangat laras. kamu kuat pasti selamat
mbok Darmi
saat nya pembalasan laras jgn patah semangat kamu hanya sebatang kara ngga ada yg perlu kamu cemaskan dan takutkan seandainya mati pun tidak akan ada yg menangisi jenasah mu yg ada ortu angkat mu seneng dan sherin adik lucknut mu pasti jadi sasaran kemarahan edward
axm
sykurlah larasa selamat,ayo laras tinggal balas mereka semua.bikin edward menangis darah dalama penyesalan
Dek Sri
semoga Laras selamat
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
semoga Edward tidak membunuh laras. andai dia melakukan KDRT, itu akan memudahkan jalan laras
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!