Bumi serasa akan runtuh menerpa Kirana ketika dia mengetahui fakta bahwa Bryan, suaminya, ternyata berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, Maudy.
Tak tebersit sedikitpun dalam benak Kirana kalau sahabatnya itu akan menjadi duri dalam rumah tangganya.
Sepuluh tahun menikah dengan Bryan kini diambang kehancuran. Tidak sudi rasanya Kirana berbagi suami dengan wanita lain apalagi wanita itu adalah sahabatnya sendiri hingga dia memutuskan untuk bercerai.
Lantas, bagaimana Kirana menghadapi hidupnya setelah berpisah dengan Bryan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon REZ Zha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 - Nabila
Sandra mendengarkan dengan serius apa yang diceritakan Kirana tentang kecurigaannya terhadap Bryan. Mulai dari tanda merah di lengan Bryan juga kebohongan Bryan tentang bisnis dengan Andrew yang sebenarnya tidak ada.
Apa yang sedang dialami oleh Kirana, tentu saja membuat Sandra terkejut dan hampir tak percaya, karena selama ini ia melihat Kirana dan Bryan adalah pasangan yang serasi dan harmonis. Tidak pernah terdengar ada konflik atau pertengkaran dalam rumah tangga sahabatnya itu.
"Apa kamu yakin, Na? Aku kok nggak percaya Mas Bryan tega melakukan hal itu. Mas Bryan kelihatan sayang banget sama kamu dan keluarga. Kalian itu couple goal, masa dia sampai berselingkuh?" Memang sulit diterima oleh Sandra kemungkinan Bryan selingkuh.
"Aku juga berharap kalau ini hanya kecemasanku saja, San. Tapi, perasaan hatiku nggak enak, nggak tenang." Kirana sudah berusaha berpikiran positif terhadap suaminya. Namun, jika teringat akan tanda merah dan kebohongan Bryan, rasa cemas itu kembali muncul di hatinya.
"Lalu bagaimana sekarang? Apa kamu punya petunjuk? Kamu sudah menanyakan hal itu ke Mas Bryan?" tanya Sandra.
"Kalau soal tanda merah, Mas Bryan mengaku terbentur meja di kantor. Kalau soal bisnis dengan Mas Andrew, aku sengaja nggak bilang kalau aku tahu dia bohong. Aku ingin tahu sejauh mana kebohongan dia itu, San." Kirana menghela nafas panjang. Sepuluh tahun rumah tangganya bersama Bryan, Baru kali ini ia merasakan riak dalam rumah tangganya.
Kirana menatap Sandra seolah ingin minta pendapat dari sahabatnya itu. "Sekarang apa yang harus aku lakukan, San? Aku ingin menyelidiki, tapi bagaimana caranya tanpa membuat Mas Bryan curiga," tanyanya kemudian.
"Satu-satunya jalan, ya harus minta bantuan orang yang nggak Mas Bryan kenal untuk menyelidiki apa yang dilakukan dia di belakang kamu yang mencurigakan," saran Sandra. "Sebab, kamu sendiri kerja dan nggak bebas bertindak," lanjutnya.
"Menyuruh orang yang nggak dikenal? Maksudnya ...."
"Sewa detektif, kayak Intel tapi yang swasta saja. Ada, kok. Aku pernah lewat di jalan apa gitu!? Ada kantoran plang nya tertulis Agen Penyidik Swasta. Coba saja kita tanya-tanya, bisa nggak membantu menyelidiki masalah kamu ini." Sandra menyarankan Kirana untuk menyewa penyidik untuk membantunya menguak tentang dugaan perselingkuhan Bryan.
"Tapi, kalau ternyata Mas Bryan nggak melakukan itu, gimana? Aku bersalah banget karena nggak mempercayai dia." Ada rasa tak enak hati ia melibatkan orang lain untuk menyelidiki suaminya.
"Setidaknya kamu sudah mendapatkan kejelasan, Na. Tapi, kalau Mas Bryan terbukti nggak bersalah, sebaiknya nggak usah cerita ke dia kalau kamu sampai menyewa detektif buat mengawasinya. Karena Mas Bryan pasti akan kecewa kamu meragukannya." Sebagai seorang sahabat, Sandra mencoba menasehati Kirana untuk mengambil tindakan yang tepat.
"Tapi, kalau ternyata kecurigaanmu benar, kamu harus sabar dan mengontrol emosi, Na. Kamu harus ingat, kamu punya dua anak yang masih kecil. Mereka masih butuh kamu." Sandra menempatkan dirinya sebagai seorang sahabat yang memberi dukungan agar Kirana menentukan langkah terbaik.
"Iya, San." Kirana menganggukkan kepala.
"Kamu pikirkan lagi saja soal saranku menyewa detektif. Na." Sandra menggenggam tangan Kirana, memberikan semangat agar Kirana kuat.
"Kamu lihat kantor detektif itu di mana?" tanya Kirana.
"Aku lupa di mana, tapi bisa cari di internet kantor detektif swasta, pasti ada," jawab Sandra.
"Oke, San. Thanks untuk sarannya," balas Kirana.
Selepas makan siang, Kirana dan Sandra berpisah. Kirana kembali ke mobilnya yang ia parkiran di seberang cafe tempat bertemu dengan Sandra tadi, sementara Sandra menggunakan mobilnya yang terparkir di halaman cafe.
"Jambreeett!!"
Ketika Kirana membuka mobil, dia mendengar seorang wanita berteriak, hingga membuat ia menoleh ke arah suara tadi.
Kirana melihat seorang pria berlari kencang hendak melintasi mobilnya. Sepertinya, pria itu adalah penjambret yang dimaksud wanita tadi.
Kirana langsung mengambil payung lipat yang ada di dashboard mobilnya. Ketika pria itu mendekat kearahnya, dia langsung membuka payung itu tepat di hadapan penjambret tadi, hingga membuat penjambret itu kaget dan menghambat langkah orang itu melarikan diri.
Tentu saja orang yang ada di sekitar dan yang mengejar penjambret itu langsung menyerang si pelaku penjambretan.
"Kembalikan tas anak itu!" Seseorang menarik tas dalam genggaman penjambret lalu menyerahkan pada gadis belia yang menjadi korban penjambretan.
Kirana memperhatikan gadis itu. Dia merasa mengenali remaja belia itu, hingga ia pun mendekat pada gadis yang menjadi korban penjambretan.
"Kamu anaknya Pak Andra, kan?" Kirana ingat kalau gadis di hadapannya saat ini adalah Nabila, anak dari bosnya.
Gadis itu menoleh pada Kirana dengan tatapan mata heran. "Iya, Tante. Kok, Tante tahu papa aku?" tanyanya kemudian.
"Tante kerja di kantornya Pak Andra dan pernah lihat kamu beberapa kali datang ke kantor." Kirana menjelaskan kenapa dia bisa mengenali Nabila.
"Oh, pantesan Tante kenal aku. Makasih Tante udah tolongin aku tadi." Nabila mengucapkan rasa terimakasih karena dia melihat Kirana berhasil menghentikan penjambret yang berniat kabur.
"Sama-sama, kamu sedang apa memangnya di sini? Sendirian saja nggak ada yang antar?" Melihat anak dari bosnya bisa berada di tempat umum tanpa ada yang menemani membuat Kirana terheran, karena papa Nabila adalah seorang bos perusahaan suku cadang ternama, tidak mungkin membiarkan anaknya yang masih belia keluyuran di tempat bebas.
"Aku sengaja kabur, Tante. Soalnya bosen diikuti orang suruhan papa terus." Nabila beralasan.
"Hmmm, sekarang kamu tahu kenapa papa kamu minta kamu diawasi, kan? Karena takut terjadi seperti tadi." Kirana menjelaskan alasan Andra menyuruh orang mengawasi anak gadisnya.
"Iya, Tante. Seram banget dijambret seperti tadi." Nabila mengedikkan bahunya.
"Ya sudah, sekarang kamu mau ke mana?" Karena Nabila adalah anak dari bosnya, Kirana khawatir membiarkan Nabila sendiri di luar seperti saat ini. Apalagi Nabila baru menjadi korban penjambretan meskipun pelaku dapat diringkus.
"Aku mau pulang saja, Tan. Trauma kena jambret kayak tadi," jawab Nabila.
"Hmmm, kamu pulang sama siapa? Tante antar saja, gimana? Daripada kamu lama minta jemput supir kamu. Tapi, mobil Tante memang tak senyaman punya kamu." Tak ada maksud apa-apa di hati Kirana, dia hanya ingin menolong anak bosnya saja.
"Hmmm, boleh, Tan." Nabila dengan senang hati menyambut tawaran Kirana.
Setelah menyelesaikan urusan dengan pelaku penjambretan dan memberi imbalan pada orang yang membantu mengejar penjambret, Kirana dan Nabila meninggalkan tempat kejadian. Kirana menyerahkan kepada warga sekitar untuk mengurus pelaku penjambretan.
"Oya, nama kamu siapa?" Sejak tadi berbincang, Kirana belum mengenal nama anak bosnya itu.
"Aku Nabila, Tan. Tante sendiri siapa namanya?" Nabila memperkenalkan namanya pada Kirana.
"Kirana ..." Kirana pun menyebut namanya.
"Tante sudah menikah belum?" Tiba-tiba Nabila menanyakan status Kirana.
Kirana menoleh dengan mengerutkan keningnya karena heran dengan pertanyaan Nabila.
"Sudah, Tante sudah menikah dan sudah punya anak dua." Meskipun merasa heran, tapi Kirana tetap menjawab pertanyaan gadis itu.
"Yaaa, sayang, dong!" Nabila terlihat kecewa mendengar pengakuan Kirana.
Kirana kembali melirik sepintas ke arah Nabila. Dia harus berbagi konsentrasi dengan jalanan di depannya.
"Kenapa?" tanya Kirana.
"Padahal mau aku jodohin sama papa. Soalnya Tante baik banget sama aku, cantik lagi. Kalau punya mama tiri yang baik kayak Tante, pasti senang banget." Nabila mengungkap alasan kekecewaannya.
Seketika Kirana terperanjat mendengar harapan Nabila. Untung saja hal itu tak membuat konsentrasi mengemudinya buyar.
*
*
*
Bersambung .....
wes gass buruan jadi janda Na
duda tajir melintir sudah menanti kamu,,eeh
dijamin aman dari Bryan
kayanya biarpun Bryan mengemis2 minta balikan
Kirana bakalan ogah2han
selingkuh itu penyakit yah
tat udah di maafkan di kasih kesempatan ke 2 malah di belakang selingkuh lagi,,
ogah lah balikan lagi sama laki² kayak Bryan.jangan jadikan anak² sebagai alasan .mereka akan baik² saja .
ayo na pergi bawa anak2 ke tempat yg gk bryan tau,,,,
Semua sudah jelas Bryan.
Jangan persulit kalau Kirana minta cerai