Di Balik Tawa Ibu Mertua

Semua mata tertuju ke arah Darma pagi itu. Keluarga mereka memang sengaja menginap di hotel yang sama, dan ikut sarapan pagi di sana.

Darma yang tidak tahu apapun, merasa biasa saja saat di lihat dengan pandangan seperti itu oleh Mertua dan Orang tua nya sendiri.

Sedangkan Laras, ia malah diam saja dan tampak malas duduk di sebelah Darma. Orang tua nya pun tidak sama sekali protes.

Malah Darma yang merasa heran, karena Istri nya menjauh. Dan, tidak ada yang menegur nya saat itu.

"Istri ku, ada apa? Kenapa tidak mau duduk di samping ku? Apa karena kita tidak memiliki cinta, dan dijodohkan oleh keluarga. Maka dari itu, kamu tidak ingin duduk di dekat ku? Padahal aku sudah berusaha untuk mulai mencintai mu." Ucap Darma yang memulai drama nya.

Ia memang sangat pintar jika menyangkut soal itu. Siapa yang tidak percaya dengan perkataan nya. Untung saja semua yang ada di sana, sudah tahu kebenaran nya.

"Darma, setelah ini kita akan bicara." Ucap Papa mertua nya.

"Baik, Pa."

Mereka semua sarapan dalam diam dan tidak berselera. Hanya Laras yang makan lahap pagi itu. Mungkin karena ia senang, jika sebentar lagi Darma akan ketahuan.

Setelah makan, mereka pun berkumpul di ruangan khusus yang ada di hotel itu. Ruangan VIP ya g biasa di pakai oleh orang-orang tertentu, jika ada acara.

Saat di sana, Darma masih saja berusaha untuk bermanis muka di depan semua orang. Dan Laras, sungguh muak dengan sikap Pria itu.

"Istriku, kamu ini kenapa sih? Sejak tadi tidak mau dekat dengan ku? Apakah tidak cukup, tadi malam kamu cuekin aku dan tidur duluan?" Ucap Darma.

Laras hanya tersenyum di balik cadar nya. Pria yang baru saja ia nikahi kemarin, ternyata penipu yang handal.

Untung saja Laras bukan wanita bodoh. Ia sudah merekam semua perkataan dan perbuatan Darma selama dua hari ini. Dan bukti itu semua, sudah di kirim ke Orang tua dan juga mertua nya.

"Dasar munafik!" Ucap Laras tiba-tiba.

"Munafik? Siapa yang munafik?"

"Siapa yang merasa saja. Suami ku, apa kamu merasa jadi orang yang munafik?" Mata Laras menatap ke arah mata Darma dengan pandangan yang menusuk.

"Aku. Hmmmm.."

"Atau kamu tidak tahu apa artinya munafik?"

"Sudah lah jangan begitu. Aku tahu kamu tidak menyukai ku dan perjodohan ini. Akan tetapi, kamu juga tidak boleh marah-marah di depan kedua orang tua kita. Biar nanti masalah ini, kita selesaikan berdua di dalam kamar."

Mata Larasati, menatap tajam ke arah Darma. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan laki-laki itu.

Jika saja ia tidak merekam kelakuan Pria itu selama beberapa hari ini, bisa di pastikan. Kedua orang tua nya pasti akan mempercayai Pria itu.

"Darma! Saya sungguh kecewa dengan kamu. Saya berpikir, kamu menerima perjodohan ini karena kamu memang menyukai anak saya. Tapi nyata nya, kamu sudah memiliki Istri lain di desa."

Deg.

Jantung Darma berdetak tak karuan. Kepala nya tiba-tiba pusing. Entah bagaimana mertua nya tiba-tiba bisa tahu akan hal itu.

"Ba. Bagaimana mungkin?"

Plak..

"Dasar anak tak tahu diri! Berani sekali kau mempermalukan kami seperti ini." Ucap Ibu nya Darma.

Darma langsung merasa keheranan dengan tingkah laku kedua orang tua nya. Mereka sama-sama tahu tentang apa yang terjadi.

Namun, Orang tua nya Darma terpaksa berbohong demi wajah mereka di depan sang besan.

"Maafkan aku, Bu. Pak." Ucap Darma tiba-tiba sampai berlutut.

"Sudah bangun lah. Semua sudah terjadi. Sekarang, kamu harus pilih. Pilih Istri mu yang di kampung, atau anak ku?"

Darma menatap ke arah kedua orang tua nya. Mereka berdua, langsung melotot dan tak ingin Darma salah dalam menjawab.

Darma benar-benar berada di ujung tanduk. Ia tak bisa mengatakan apapun. Bagaikan makan buah simalakama. Pilihan nya begitu sulit.

"Apa aku bisa berpikir terlebih dahulu? Semua nya begitu aneh. Mengapa tiba-tiba saja aku di fitnah dengan cara seperti ini."

"Darma! Masih mau mengelak kamu!" Bapak nya Darma berteriak hingga telinga anak nya itu panas.

Dan tidak lama kemudian, Laras melempar kan barang bukti ke depan Darma. Darma masih bingung dan belum mengerti.

"Lihat saja. Semua bukti tentang kebohongan mu ada di dalam ponsel itu."

Darma pun mengambil ponsel itu dan mengikuti arahan orang tua nya. Ia begitu terkejut karena Larasati selama ini diam-diam merekam pembicaraan mereka.

Perkataan buruk yang di tujukan pada Laras, membuat orang tua nya tidak terima. Darma pun melihat dan mendengar semua nya.

Hingga ia begitu terkejut saat melihat video diri nya dan Ayu menikah. Bukan itu saja, percakapan mereka pun di simpan oleh Laras untuk dijadikan bukti.

Tanpa disadari oleh Darma. Video itu di kirim sendiri oleh Ayu. Dan Darma mengira jika Laras pasti tidak akan berani menyentuh ponsel nya.

"Ini."

"Kenapa Darma? Masih mau mengelak? Kamu benar-benar membuat kami kecewa. Laras, kamu belum di sentuh oleh nya, bukan? Kalau belum, kita bisa melakukan pembatalan pernikahan."

"Baik, Ma. Laras pun lebih baik berpisah dengan nya saja."

"Ayo kita pergi kalau begitu. Untuk apa lagi kita membuang waktu di sini. Dan kalian, kalian bertiga harus membayar semua ini!"

Keluarga Laras langsung pergi begitu saja. Semua bukti yang di perlihatkan oleh anak mereka, langsung membungkam keluarga Darma.

Sepeninggal keluarga Laras, Darma langsung di ha-jar oleh orang tua nya.

"Dasar anak ku-rang ajar! Kamu sudah menghancurkan orang tua mu dalam sekejap. Ingat Darma, jika kau tidak bisa mendapatkan Laras, jangan harap kau dan Ayu bisa bersatu."

"Pak."

"Jangan panggil aku. Lebih baik kau tidak usah jadi anak kami lagi. Aku mau lihat, apa kah Ayu masih mau dengan Pria miskin seperti mu?"

"Bapak tega?"

"Kau bahkan lebih tega. Buka mata mu lebar-lebar. Wanita itu hanyalah pembawa si-al."

"Tidak. Aku tidak percaya. Kita lihat saja. Ayu pasti akan menerima ku apa ada nya. Dan aku, pasti akan bahagia tinggal dengan nya dari pada dengan wanita seperti nin-ja itu!"

"Jadi, kau belum melihat wajah asli istri mu? Sungguh kau bodoh. Larasati bahkan seratus kali lebih cantik dari Ayu." Ucap Ibu nya Darma.

"Tidak mungkin. Jika dia cantik, kenapa dia harus berpenampilan seperti itu? Tidak ada wanita yang mau menutupi kecantikan nya. Semua wanita di jaman sekarang ini, berlomba-lomba untuk memamerkan kecantikan mereka."

"Darma, tidak semua wanita sama seperti yang kau lihat. Dan kau, adalah orang yang merugi, karena telah menolak wanita sempurna seperti Larasati."