Arsa menjalani hidup yang sangat sulit dan juga aneh. Dimana semua ibu akan bangga dengan pencapaian putranya, namun tidak dengan ibunya. Alisa seperti orang ketakutan saat mengetahui kecerdasan putranya. Konfilk pun terjadi saat Arsa bertemu dengan Xavier, dari situlah Arsa mulai mengerti kenapa ibunya sangat takut. Perlahan kebernaran pun mulai terkuat, dimulai dari kasus terbunuhnya Ayah Arsa, sampai skandal perusahaan besar lainnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humble, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Saly Hils
Arsa kangsung kembali ke asrama, begitu keluar dari gedung apartemen tempat dimana Clara tinggal. Namun begitu dia sampai di loby, perhatiannya teralihkan pada tiga orang yang baru saja masuk.
Dua pemuda dan seorang gadis yang dilihatnya itu, baru saja dia lihat duduk bersama Hawk di pesta ulang tahun Irish, sebelum Clara membawanya ke tempat ini.
“Hei, kita harus menyiapkan segalanya! Pastikan Bohim dan Hawk melakukannya dengan benar. Keluarga Carlton sangat terkejut jika kita benar-benar berhasil.”
Sepertinya ketiga orang itu terlalu fokus dengan apa yang mereka katakan, sehingga saat melewati Arsa, mereka sama sekali tidak memperhatikannya.
“Bagaimana dengan Gina?! Apa si bodoh Hawk itu benar-benar pacarnya? Ah.:: aku tidak keberatan jika dia membawa dia juga.”
Arsa memperhatikan ketiganya yang sedang berbincang, hingga menghilang setelah masuk ke dalam lift yang akan membawa mereka ke atas.
Arsa sempat mengerutkan keningnya sebentar, seperti sedang memikirkan sesuatu. Tak lama, dia menggelengkan kepalanya, sebelum akhirnya berbalik.
“Aku tidak punya waktu memikirkan hal-hal seperti ini.” Gumam pemuda itu, sambil melangkah keluar gedung Apartemen.
**
Dalam beberapa waktu ini kadang Arsa masih merasa belum terbiasa dengan apa yang sedang dia lakukan. Meski terdengar mustahi bagi siapapun yang ada di kota ini, akan tetapi dia adalah pemilik perusahaan investasi yang sangat besar.
“Huh..! Kenapa halte bus di blok ini jaub sekali?” Gumam Arsa, sambil terus melangkah.
Dan di saat semua karyawan yang bekerja di perusahaannya setidaknya memiliki satu mobil, sekarang dia masih berjalan kaki menelusuri trotoar untuk mencapai halte bus, agar bisa kembali ke asrama universitasnya.
Arsa tersenyum dan menggelengkan kepalanya sambil terus berjalan. “Mungkin sedikit menaikan standarku, tidak apa-apa.” Gumamnya lagi.
“Biiip Biiip…!”
Arsa tersentak, karena mendengar suara klakson mobil yang cukup sekar dari arah belakangnya. Segera dia berhenti dan berbalik. Namun tepat di delan trotoar tempat dia berdiri saat ini, sebuah mobil sedan berwana hijau baru saja berhenti.
Sama sekali tidak mengenal mobil itu, Arsa kembali berbalik dan ingin lanjut berjalan, namun suara lantang seorang wanita menghentikannya.
“Sudah aku duga! Itu memang dirimu! Hei, Tuan Junior!”
Arsa akan mengabaikan suara itu, meski terdengar sedikit tidak asing. Namun begitu dia menyebut kata junior saat berseru, pemuda itu tidan tahan untuk tidak berhenti dan kembali berbalik.
Seorang gadis di depan pintu kaca mobil itu sedang tersenyum padanya. “Apa kau masih mengingatku?!”
Arsa tahu bahwa gadis itu hanya bercanda. Tentu saja dia mengingatnya. Bahkan Arsa pernah berpikir bertemu dengan gadis ini, adalah sebuah takdir yang membawanya pada seseorang yang akan mengungkap masa lalu keluarganya.
“Nona Saly.” Balas Arsa tersenyum.
Saly sudah melihat Arsa sebelumnya sast mobilnya melewatinya beberapa saat yang lalu. Begitu dia menemukan tempat untuk memutar, gadis itu membawa mobilnya berbalik dan berhenti tepat di belakang Arsa.
“Syukurlah kau mengingatku.. jadi, mau kemana dirimu?” Tanya Saly, sambil menutup pintu dan berjalan mendekat pada pemuda yang pernah menyelamatkan hidup, serta karirnya itu.
Arsa menuju ke belakang, sebelum akhirnya berkata. “Oh, aku hanya ingin pergi ke halte di depan sana.”
Saly menganggukkan kepalanya tanda mengerti, sebelum akhirnya terus berjalan ke pintu penumpang mobil dan membukannya.
Arsa sempat berpikir bahwa seseorang ada disana dan ingin keluar. Namun kata-kata Saly selanjutnya membuat pemuda itu langsung mengerti.
“Naiklah, aku akan mengantarmu.” Pinta gadis itu, sambil memiringkan kepalanya sekali, tanda menunjuk ke dalam sana.
“Nona Saly, tidak perlu. Aku bis—,”
“Ya, tentu saja kau bisa pulang dengan bus. Tapi masuklah! Aku memaksa.” Potong gadis itu, sambil menunjuk sekali lagi kedalam sana.
Dari sekian banyak orang di kota Dreams, Saly adalah salah satu sari segelintir orang yang tahu sebagian, dari siapa Arsa sebenarnya.
Tidak bisa mengelak, lagipula dia sudah sedikit mengenal Saly. Akhirnya Arsa mengangkat bahu dan berkata pasrah.
“Baiklah, terimakasih.” Ucap pemuda itu, sebelum akhirnya masuk kedalam mobil.
Sebelum kembali menutup pintu, Saly menunduk sambil tersenyum melihatnya. “Hohoho, lihat siapa yang bisa aku bawa malam ini. Arsa Arhan Pratama, junior.”
Gadis itu sedikit mendekatkan wajahnya pada Arsa, sebelum akhirnya kembali berkata. “Aku berubah pikiran, apa sebaliknya pemuda ini aku bawa pulang saja?” Ucapnya menggoda.
Arsa harus memundurkan sedikit wajahnya. Karena saat ini dia bahkan bisa merasakan nafas Saly, saking begitu dekatnya.
“Nona Saly, apa kau mabuk?” Tanya Arsa, sambil menautkan alisnya.
“Tapi jika kau mau, kita bisa pergi mencari sebuah tempat dan minum-minum di sana, bagaimana?” Balas gadis itu.
Mendegar itu, Arsa hanya bisa menggelengkan kepalanya. “Gila seperti biasanya.”
“Ya, aku memang gila, tapi kegilaan ini hanya ada saat aku bersamamu.” Ucap Saly sambil tersenyum.
Namun begitu dia melihat Arsa ingin kembali menanggapinya, cepat gadis itu menutup pintu dan berjalan memutar, sebelum kembali masuk lewat pintu pengemudi.
“Tuan Junior. Percayalah, kau adalah satu-satunya pria yang pernah duduk di mobilku ini.” Ujar Saly, sambil kembali menyalakan mesin.
“Ya, aku yakin begitu. Kau pasti membuat pria-pria ketakutan saat bersamamu.” Jawab Arsa, yang membuat Saly melebarkan senyum dan menggelengkan kepala seolah tak percaya.
Saly mengidolakan Arhan Pratama, ayah Arsa. Namun gadis itu menyukai Arsa dari segi apapun. Bahkan, mungkin sejak mengenal apalagi mengetahui siapa pemuda itu sebenarnya, idola gadis itu telah digantikan oleh pemuda ini.
“Ya, kau benar. Dan akau segaja melakukannya.” Balas gadis itu, lalu menginjak pedal gas, dan membawa pemuda itu bersamanya.
Setelah mobil itu berjalan, mereka tidak bersuara cukup lama. Namun, tidak begitu lama hingga akhirnya Saly kembali bersuara.
“Tuan Junior. Maaf soal ayahmu. Ak—,”
Arsa menoleh pada gadis itu sebentar kemudian kembali berbalik menatap jalanan. “Tidak Apa-apa. Seharusnya aku berterima kasih padamu. Akhirnya aku memiliki tujuan pasti dalam hidupku.”
Saly menganggukkan kepala, mengerti. “Aku dengar, kau menolak semua bantuan tuan Adam..”
Mendengar itu Arsa menggelengkan kepalanya. “Aku tidak menolak. Tapi saat ini, memang belum ada yang bisa dia bantu, aku hanya ingin fokus pada persiapan studiku, itu saja.”
Arsa memang sengaja menolak bantuan Adam Xavier. Selain karena sejak awal dia memang sudah memiliki DC, pemuda itu memang berniat untuk meminimalisir resiko akan diketahui orang lain, tentang keberadaan apalagi tujuannya.
Saat Arhan Pratama, ayahnya terbunuh, saat itu sedang bekerja pada Adam Xavier. Bukan tidak mungkin dengan kemiripan yang mereka miliki, orang yang telah mencelakai keluarganya itu, akan cepat mengetahui jika Arsa, terlihat begitu dekat dengan pria tua itu.
Akan tetapi, Arsa tidak menganggap keberadaan Adam tidak penting. Lewat DC, dia bisa mengawasi semua hal di kota ini, Termasuk Xavier Investment, bahkan gadis yang sedang mengemudi di sampingnya.
Namun bagi Saly Hils sendiri, pemuda di sampingnya ini menjadi sedikit atau bahkan sangat misterius. Di saat semua orang ingin memiliki kemampuan seperti dirinya, Arsa terlihat tidak begitu tertarik dengan kekayaan.
Hidup Saly benar-benar berubah, begitu Adam Xavier membawa dan memperkerjakan dirinya. Dan di belakangnya, begitu banyak orang yang ingin menjadi seperti gadis itu.
Akak tetapi, pemuda di sebelahnya ini menolak penawaran Adam, dan lebih memilih hidup sederhana seperti saat ini.
“Baiklah, aku mengerti.” Ucap Saly, tidak ingin menggali lebih dalam tentang bagaimana dan apa tujuan Araa selanjutnya.
Baginya pemuda ini adalah penyelamat hidupnya. Bisa berteman saja sudah lebih dari cukup. Bahkan, Saly tidak keberatan sama sekali, jika suatu saat Arsa membutuhkan bantuannya.
Dan inilah yang membuat arsa merasa nyaman berada di dekatnya. Selain sikap gadis ini yang baginya terlihat sedikit gila, Saly sama sekali tidak ingin ikut campur lebih jauh, padahal dia tahu siapa Arsa sebenarnya.
“Nona Hils, kita mau kemana!”
Arsa baru mengingat bahwa dia belum mengatakan tujuannya. Namun, setelah melewati satu persimpangan yang seharusnya mereka berbelok ke kiri, maka jalanan itu akan membawa dia kembali ke asrama, namu Saly mengemudikan mobil itu lurus.
Saly hanya tersenyum, san menginjak pedal gas lebih dalam. “ kau akan tahu. Lagipula, aku melihat kau sedang tidak buru-buru.”
# tambahkan komen biar bisa membuat author berkembang
👍👍👍