Saking posesifnya orang-orang sampai mengira jika Devano mencintai kembarannya sendiri.
'Jangan terlalu tanggepin Alex dia gak baik untuk kamu'
'Jangan dikuncit rambutnya'
'Jangan pakai baju kayak gitu, ganti!'
'Nanti pulang tunggu di parkiran'
Mereka beranggapan jika Devano mencintai Devina, padahal tidak sama sekali dia juga memiliki wanita yang dicintainya.
Perasaannya pada Devina hanya kasih sayang mereka sebagai saudara kembar.
Semua sikap posesifnya hanya untuk melindungi Devina dari luka yang bisa menyakitinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wida Dwi Oktafiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27 : Obat Tidur
Kedatangan kembali orang tuanya ke rumah membuat Adara merasa takut apalagi ketika Juan memaksanya untuk ikut ke rumahnya dan meninggalkan rumah yang dia tinggali sekarang. Sebuah alasan Juan keluarkan dengan mengatakan bahwa Adara tidak seharusnya tinggal di rumah orang lain dan ikut dengan Ayah nya ke rumah mereka, rumah yang seperti neraka baginya.
Saat Adara pulang dari membeli makan malam dia dikejutkan dengan kehadiran Juna sendirian yang berdiri di depan pintu rumahnya lalu memaksa Adara untuk membuka pintu. Setelah masuk ke dalam Juan pergi ke kamarnya lalu mengambil koper dan memasukkan semua baju-bajunya ke dalan sana hingga membuat Adara berseru kesal lalu menjauhkan tangan besar Juan dari baju-bajunya.
"Pulang Adara! Ini bukan rumah kamu lagi saya sudah jual rumah ini!" Bentak Juan
"Pemilik rumah ini membolehkan saya untuk tinggal apa urusan anda?!" Tanya Adara dengan suara tinggi
"Tidak tau diri kamu ya?! Saya bilang pulang dan tinggal sama saya!" Bentak Juan lagi
"Saya tidak akan pernah mau tinggal di sana bersama kalian!" Teriak Adara
Plak
Adara tersentak mendapat tamparan di pipinya apalagi tatapan mata Juan yang begitu tajam menatapnya.
"Kamu dan wanita itu sama saja! Tidak tau diri dan murahan! Apa kamu menjadi simpanan orang itu?!" Tanya Juan membuat Adara menatapnya dengan tidak percaya
"Jaga bicara anda dan jangan pernah bicara buruk soal Bunda!" Bentak Adara tidak terima
"Kenapa? Wanita itu memang murahan kalau tidak ada dia saya pasti sudah hidup bahagia kamu dan dia memang benar-benar pembawa sial!" Kata Juan
Tangis Adara pecah ketika mendengarnya, berani sekali pria tidak tau diri ini mengatakan hal buruk tentang Bundanya padahal Bunda selalu mengatakan sesuatu yang baik tentangnya.
Tidak pernah sekalipun Bunda mengatakan hal yang buruk tentang Juan.
'Ayah kamu itu sangat menyayangi kamu Dara, dia hanya sibuk, tapi kalau semuanya sudah selesai nanti dia pasti akan menemani kamu'
Tangan Adara terkepal ketika mengingatnya dan tanpa aba-aba dia memukul Juan hingga membuatnya tersungkur kebelakang karena tidak siap.
"Anda yang brengsek!" Kata Adara marah
Wajah Juan memerah dia segera berdiri dan mencengkram kuat rahang Adara hingga membuatnya meringis kesakitan.
"Baik kalau kamu memang tidak mau ikut saya, tapi berikan semua tabungan yang sudah Ayah saya berikan ke kamu karena kamu sama sekali tidak pantas mendapatkannya!" Kata Juan marah
Adara menggelengkan kepalanya dengan kuat.
"Tidak tabungan itu Kakek berikan untuk saya!" Kata Adara membuat dia kembali mendapat tamparan di pipinya
"Itu semua uang ayah saya dan kamu serta wanita sialan itu tidak pernah pantas untuk mendapatkannya!" Kata Juan
Adara tetap menggelengkan kepalanya lalu menatap Juan dengan rasa marah, pria dihadapannya benar-benar tidak memiliki hati nurani.
"Sampai saya mati saya tidak akan memberikannya! Kakek memberikan itu untuk Bunda dan saya!" Tegas Adara
Terlalu cepat bagi Adara untuk memberontak atau menghindar dari Juan yang kini mendorongnya hingga dia tersungkur.
Pasti wanita itu meminta sesuatu lagi pada Juan makanya pria paruh baya itu kembali mendatanginya.
Setelah Kakeknya meninggal harta miliknya memang dibagi menjadi dua sebagian untuk Juan dan sebagian lagi untuk Adara juga Bunda nya, tapi Juan tidak pernah terima dia marah dan selalu mengusik mereka berdua.
Kalau bukan karena uang dari Kakeknya Adara tidak mungkin bisa sekolah sebab Juan tidak pernah sekalipun memberikan uang untuk mereka.
"Dengar Adara berikan pada saya semua tabungan itu atau kamu akan menyesal!" Ancamnya
Adara tidak menjawab sampai Juan kembali mendorongnya hingga dia terjatuh lalu pergi begitu saja tanpa melirik ke arahnya.
Tubuh Adara benar-benar sakit karena terbentur meja apalagi bahunya yang dua kali terkena ujung meja dan sekarang dia merasakan asin di lidahnya. Saat tangannya menyentuh sudut bibirnya cairan merah menempel disana, darah bibirnya berdarah karena dua kali tamparan keras.
Tidak, Adara tidak merasa sakit karena itu semua sudah biasa dia rasaka semenjak Bunda nya tidak sadarkan diri di rumah sakit.
Menyembunyikan wajahnya di kedua lutut bahu Adara bergetar menandakan bahwa dia tengah menangis dan terisak, menangisi kehidupannya yang telah hancur berantakan.
Hanya ada dua alasan kenapa Adara masih bertahan.
Bunda nya yang masih terbaring lemah di rumah sakit dan Devano yang selalu ada untuknya.
Devano yang selalu mengatakan bahwa dia akan membuat hidupnya berwarna.
"Vano gue takut"
Adara kembali terisak dia menahan sakit di dadanya juga tubuhnya, kapan semuanya akan berakhir?
¤¤¤
Terbangun dengan luka di sudut bibirnya, mata menghitam, dan kepala yang terasa begitu berat Adara memutuskan untuk tidak pergi ke sekolah, tapi sebelumnya dia mengirim pesan kepada Devano. Setidaknya jangan sampai Devano melihat keadaannya yang sekarang karena Adara benar-benar tidak ingin membahasnya.
Vano gue gak pergi ke sekolah
Gue mau ke rumah sakit katanya gue boleh lihat Bunda
Setelah mengirim dua pesan itu Adara kembali memejamkan matanya berusaha meredakan sakit kepala yang semakin menyerangnya. Pasti karena tangisan dan dia yang hampir terjaga semalaman sekarang Adara serasa ingin pingsan, matanya berkunang-kunang.
'Inget kan kalau lo punya gue? Kalau ada apa-apa kasih tau ya Dar? Jangan disimpen sendiri gue gak mau lihat lo sakit dan sedih'
Dalam hati Adara meminta maaf pada Devano karena tidak bisa berkata jujur untuk masalahnya.
Maaf Van, tapi untuk saat ini gue masih bisa sendiri, batinnya berbicara.
Saat ponselnya berdering Adara kembali membuka dan membacanya dengan mata menyipit.
Naik apa Dar?
Mau gue antar?
Sambil berusaha menghilangkan rasa pusingnya Adara mengetik balasan singkat untuk Devano setelah mengirimnya dia langsung mematikan ponselnya lalu kembali memejamkan matanya.
Gak usah Van gue juga udah naik ojek
Dahi Adara berkerut ketika kepalanya terasa semakin berat dan dia berusaha untuk tertidur agar rasa sakitnya bisa berkurang.
Dia harap ketika matanya terbuka nanti keadaannya sudah membaik.
¤¤¤
"Van kenapa sih?"
Pertanyaan Erick membuatnya tersentak dan menatapnya sebentar lalu menggelengkan kepalanya pelan, dia hanya cemas pada Adara karena sekarang ponsel gadis itu tidak aktif. Meskipun Adara mengatakan kalau dia pergi ke rumah sakit Devano tetap merasa cemas hingga dia ingin kabur dari kelas lagi.
"Mikirin Adara ya?" Tebak Alex yang tidak dijawab dengan Devano
"Ngomongin Adara ya, lo semua tau gak kalau Julian yang berantem sama dia di parkiran waktu itu ternyata saudara tirinya." Kata Yuda membuat yang lainnya langsung menatap pria itu dengan penasaran termasuk Devano
"Tau dari mana?" Tanya Devano
Dia selalu ingin tau kalau masalah Adara.
"Dia sendiri yang ngomong katanya Adara itu anak diluar nikah dan karena Adara sama Ibunya juga orang tua Julian ini sering berantem, mereka satu ayah, tapi beda ibu." Kata Yuda
Mereka menatap Yuda dengan tidak percaya, pantas saja Adara dan Julian tidak pernah akur bahkan bukan sekali dia kali mereka terlibat perkelahian ternyata itu alasannya.
"Gue denger juga ada masalah warisan katanya Kakeknya Julian ini kasih separuh hartanya untuk Adara sama Ibunya." Kata Yuda lagi
"Wah gila sih tau dari mana lo Yud?" Tanya Erick
"Julian sama temen-temennya mereka sering banget bicaraiin hal buruk tentang Adara mungkin kalau Vano tau bisa habis mereka." Kata Yuda sambil tertawa kecil
"Mereka bicara apa memang?" Tanya Devano dengan raut wajah tidak bersahabat
"Banyak Van yang paling sering mereka bilang Adara itu wanita murahan, gue kaget waktu denger mereka ngomong kayak gitu, tapi mereka terlihat biasa aja gak ngerasa habis ngomong sesuatu yang salah." Kata Yuda membuat tangan Devano yang ada di atas meja terkepal kuat
Berani sekali mereka bicara hal buruk tentang gadisnya?
Setelah ini Devano janji akan memberikan balasan bagi mereka yang merendahkan Adara atau melukainya.
Devano tidak bisa membiarkannya.
¤¤¤
Sepulang sekolah Devano memutuskan untuk pergi ke rumah Adara dan meminta kembarannya untuk pulang bersama dengan Ziko. Secepat mungkin Devano melajukan motornya ke rumah Adara karena sejak tadi perasaannya tidak enak dan dia tidak bisa tenang kalau belum memastikannya sendiri.
Masalahnya sampai sekarang ponsel Adara belum juga aktif dan Devano tidak bisa menahan diri lagi untuk tidak melihatnya sendiri. Setelah sampai dan memasukkan motornya ke halaman rumah Devano bergegas pergi ke pintu utama dan mendapati kalau pintunya tidak terkunci.
Semakin cemas Devano masuk dan memanggil nama Adara hingga berkali-kali, tapi tidak ada jawaban lalu dia memutuskan untuk masuk ke kamarnya. Satu hal yang Devano lihat adalah berantakan ada koper di dekat lemari juga baju yang berceceran dilantai lalu gadisnya terbaring di atas ranjang.
Dengan penuh rasa cemas Devano menghampirinya dan dia semakin khawatir ketika melihat darah mengering di sudut bibir gadisnya juga peluh yang memenuhi wajah cantiknya.
"Dara"
Mata Adara terbuka perlahan, tapi dia kembali meringis sakit ketika kepalanya terasa begitu pusing rasanya seperti ditusuk-tusuk.
Saat tangan Devano menyentuh dahi Adara dia merasakan panas disana hal itu membuatnya sangat cemas lalu dengan cepat melepaskan tasnya dan berlari keluar untuk mengompres dahi Adara.
Tidak butuh waktu lama Devano kembali dan langsung mengompres dahi Adara lalu membersihkan luka di sudut bibirnya dengan kapas yang tadi dia ambil.
"Dar kamu udah makan?" Tanya Devano
Adara menggelengkan kepalanya lemah dan hal itu membuat Devano semakin cemas lalu meraih ponselnya untuk memesan bubur karena dia tidak bisa memasak.
Sambil menunggu Devano mengusap pipi Adara dengan lembut membuat gadis itu berusaha membuka matanya untuk menatap Devano.
"Van"
"Emm butuh sesuatu?" Tanya Devano
"Kenapa disini?" Tanya Adara pelan
"Kenapa gak bilang kalau sakit?" Tanya Devano
"Tadinya gak sakit." Kata Adara pelan
Devano tersenyum tipis dan kembali mengusap pipi Adara dengan begitu lembut.
"Tidur dulu gue lagi pesan makan, gue gak bisa masak." Kata Devano
Adara hanya mengangguk lalu memejamkan matanya lagi membuat Devano tersenyum melihatnya.
Saat matanya tengah menjelajah ke sekeliling Devano menemukan sesuatu yang langsung dia ambil dan genggam dengan sangat erat.
Dia sangat tau apa ini Kakaknya juga pernah memilikinya.
¤¤¤
Keadaan Adara sedikit lebih baik ketika dia sudah makan dan sekarang matanya tidak terasa begitu berat hingga dia bisa menatap Devano yang masih setia menunggunya. Sebenarnya Adara sudah menyuruhnya untuk pulang, tapi Devano menolak dan mengatakan kalau dia akan pulanh sebentar lagi.
"Dar"
"Iya?"
"Gue mau nanya sesuatu." Kata Devano sambil menatap Adara dengan dalam
Adara mendongak lalu mengatakan bahwa Devano boleh menanyakan apapun padanya, tapi ketika Devano mengeluarkan sesuatu dari saku celananya Adara langsung membeku.
Bagaimana bisa itu ada ditangan Devano?
"Ini apa?" Tanya Devano
Awalnya Adara diam, tapi setelah helaan nafas terdengar Adara menjawab dengan jujur.
"Obat tidur"
"Lo sering minum ini?" Tanya Devano lagi
Adara mengangguk singkat membuat tangan Devano mengepal dengan kuat, tidak percaya kalau Adara butuh sebuah obat untuk membuatnya tertidur.
"Ada lagi obat kayak gini?" Tanya Devano
Adara menggelengkan kepalanya pelan membuat Devano merasa sedikit lega dan kembali mengantongi obat yang tadi tergeletak di lantai.
"Jangan diminum lagi"
"Gue gak bisa...."
"Telpon kalau gak bisa tidur gue bakal buat lo tidur tanpa minum obat-obatan kayak gini." Kata Devano tegas
Akhirnya Adara hanya bisa mengangguk patuh, dia tidak bisa menolak keinginan Devano.
Obat-obatan itu memang tidak baik untuk kesehatannya, tapi selama satu tahun belakangan ini obat itu membantunya untuk tidur.
Membantu Adara untuk beristirahat dan melupakan semua masalahnya.
¤¤¤