Elena
"Pria itu unik. Suka menyalahkan tapi menerima saat disalahkan."
Elena menemukan sosok pria pingsan dan membawanya pulang ke rumah. Salahkah dia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emma Shu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Ketabrak
Elena mendorong gerobak menuruni trotoar ketika gerobaknya berpapasan dengan penjual gorengan yang mangkal tepat memenuhi trotoar. Tiba-tiba terdengar suara nyaring klakson berkali-kali. Elena tersentak kaget melihat mobil merahdi depan meluncur cepat ke arahnya. Mobil berusaha mengelak dan mengerem. Tapi….
Brak!!
Mobil menabrak gerobak dari arah samping. Meski proses tabrakan tidak begitu kuat, namun tekanan mobil membuat gerobak Elena terdorong. Terguncang. Kuah di dalam gerobak bergoyang.
Sekilas Elena meneliti kondisi gerobak kesayangannya. Papan bagian samping sedikit retak.
Pemilik mobil merah turun dari pintu belakang. Tak lain sepasang suami istri. Penampilan keduanya sangat elegan. Pakaiannya mahal, rapi, dan wangi. Seorang supir juga turun.
Elena memasang pandangan tajam. Siap membidik supir dan sepasang suami istri yang tentunya majikan si supir. Orang kaya itu bisa saja memakinya duluan dan menyalahkannya karena menganggap gerobaknya memakan badan jalan yang akan dilalui mereka. Dan sebelum itu terjadi, Elena merasa harus marah terlebih dahulu.
“Apa-apaan ini? Apa nggak bisa pake jalan sebelah sana?” ketus Elena menunjuk badan jalan yang masih lebar. “Jalan lebar, kenapa lo tabrak gerobak gue?” gertaknya pada supir.
“Maaf. Maaf,” jawab supir dengan ekspresi merasa bersalah. Ia mengeluarkan segumpal uang dari saku kemeja di dada.
“Nggak usah, Pak Kasim,” lembut perempuan paruh baya yang wajahnya bening karena selalu tersentuh perawatan wajah itu melarang supirnya mengeluarkan uang. Wajahnya jauh lebih muda dibanding usianya. Kemewahan hidupnya jelas terlihat dari rambut yang selalu tersentuh peralatan salon, kulitnya yang cerah, pakaiannya yang mewah, sepatu high heel yang cantik, dan tas branded yang ditentengnya. Perempuan paruh baya itu beralih menatap Elena. “Maafin supir saya, semua ini kecelakaan. Nggak sengaja,” lanjutnya kalem, keibuan. Kemudian ia mengeluarkan uang dari tas dan menyerahkannya pada Elena.
“Ambilah. Ini sebagai ganti rugi,” lanjut perempuan itu. Seulas senyum lebar di bibir berpoles lipstik merah menyapa cerah. Tatapannya teduh. Tak ada sinar kemarahan di matanya. “Semoga kamu maklum, ini kecelakaan.”
Seorang lelaki paruh baya yang berdiri di sisi perempuan itu diam saja. Agak cuek.
Silih berganti Elena memandangi wajah-wajah orang-orang kaya itu. Tak ada keculasan di wajah-wajah itu. Tak ada ketajaman di mata mereka. Senyum cerah dan pandangan teduh menjadi saksi kerendahan hati mereka. Seketika hati Elena terbuka, ini adalah jawaban dari ungkapan Revan hari itu. Bahwa memang benar tidak semua orang kaya itu kejam.
“Ayo, ambil. Ini ungkapan permintaan maaf kami, juga sebagai ganti rugi,” paksa perempuan tangah baya dengan senyum ramah. Ia meletakkan uang di telapak tangan Elena.
Perlahan keculasan di wajah Elena memudar. Mulai menyadari kebaikan sepasang suami istri itu.
“Uang cash yang ada cuma itu,” lanjut perempuan tengah baya.
Elena mengamati uang di tangannya. Wow... banyak. Lebih dari sekedar cukup untuk perbaikan papan gerobaknya yang retak.
“Makasih,” ujar Elena mantap.
“Iya. Panggil aja saya Tante Vira, dan ini suami saya, namanya Antoni.” Perempuan itu merengkuh lengan tangan suaminya. Keduanya saling pandang dan tersenyum.
“Makasih Tante Vira, Om Antoni,” ulang Elena senang.
“Sama-sama,” jawab Tante Vira. “Siapa namamu?”
“Elena,” singkatnya. Ia menangkap pemandangan buruk di moncong mobil merah. Sedikit tergores akibat proses tabrakan.
Tante Vira mengikuti arah pandangan Elena. Dia tersenyum tipis dan berkata, “Udah, nggak apa-apa. Kami akan memperbaikinya.”
Elena tak menyangka Tante Vira berkomentar sedemikian ringan.
“Baiklah, kami permisi,” kata Tante Vira sembari memegang lengan Elena.
Mereka berlalu memasuki mobil.
TBC
kan revan hampir dirampok crita'a