Hidupku bahagia, meski harus tinggal di rumah sederhana. Apalagi ada dua anak kembar yang tampan mempesona, meski aku tak tahu siapa bapaknya. Aku hanya ingat ada tato kepala naga di tengkuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Pembuktian
"Kamu ini PMS apa? Sedari bangun tidur ngomel mulu," ucap Hayden membuat Helena melengos ke arah lain.
"Atau?" jeda Hayden.
"Atau apa?"
"Cemburu," Hayden pun terbahak.
"Iisssshhhh sebal gue," gerutu Helena.
.
Di tempat lain Clara sudah bersiap dengan riasan paripurna.
Prepare untuk bertemu Hayden haruslah perfecto, itu menurut Clara.
Cathleen dan Alice ikut diberitahu.
Malam sebelumnya mereka telah mengadakan rapat bersama.
Sebuah kemajuan besar bagi Clara, karena Hayden berinisiatif mengajaknya bertemu duluan.
"Lo harus dapatin paus yang kamu incar," kata Alice.
"Bodoh lo kalau nggak bisa ngedapetin dia," imbuh Cathleen.
Obrolan semalam membuat Clara berjanji dalam hati, Hayden tak boleh lepas dari tangannya.
Semua jadwal telah dikosongkan oleh asistennya demi menemui seorang Hayden Frederick Sampson.
Clara memanggil sang asisten.
"Tom, anterin gue sekarang. Tak sabar rasanya ketemu Hayden," kata Clara dengan mata berbinar.
"Nggak usah terlalu berharap, ntar malah kecewa," sang asisten menguatkan.
"Sirik aja sih lo," balas Clara.
Dengan baju seksi, dan belahan dada yang terlihat Clara masuk mobil dengan diantar Tom.
"Baju kamu nggak ada yang lain apa? Seperti wanita penggoda saja," olok Tom seraya melihat lewat kaca mobil.
"Issshhh nggak papalah. Yang aku goda kan seorang Hayden. Kalau aku beneran jadian sama dia, nggak perlu repot-repot lah aku kerja," balas Clara.
"Matre!" seru Tom.
"Mana ada jaman sekarang cewek nggak matre Tom?" ucap Clara.
"Sudah tampan, kaya pula. Hayden sosok yang sempurna," kata Clara dengan membayangkan sosok Hayden.
Tom mencibir ucapan Clara.
"Di mana Hayden ngajakin bertemu?" tanya Clara.
Tom menyebutkan sebuah resto mewah di tengah kota.
Di sana juga ada ruangan privat untuk para pebisnis melakukan rapat.
"Lekaslah Tom, gue nggak sabar nih ketemu dengannya," kata Clara antusias.
Ponsel Clara berbunyi. Dan itu panggilan bersama antara Alice dan Cathleen.
"Clara, gimana? Sukses nggak nih? Mana Hayden?" seru Cathleen.
"Belum juga bertemu, sudah nanyain gimana...," jawab Clara.
"Pokoknya lo harus ngedapetin dia bagaimanapun caranya. Seperti Alice mendapatkan Andrew," kata Cathleen.
"Alice aja bisa ngalahin wanita itu, maka lo pun harus bisa," lanjut Cathleen.
"Ha...ha...pakai cara apapun say," ujar Alice menimpali seraya terbahak.
"Kalian juga tahu apa yang aku lakukan buat mendapatkan Hayden. Bahkan dari lima tahun yang lalu. Gue juga nggak mau kalah dengan wanita udik alias kampungan itu," seru Clara.
"Lo aja yang bodoh Clara," olok Alice.
"Sialan kalian,"
"Lagian, apa sih istimewanya wanita itu hingga Andrew dan Hayden tergila-gila padanya?" seloroh Clara.
"Asal lo tahu, wanita itu hanya masa lalu Andrew. Dan aku lah masa depan seorang Andrew" Alice memperingatkan.
"Apa lo nggak mau hidup seperti Alice tuh? Bagai ratu dalam hidup Andrew. Semua yang Alice katakan, Andrew pasti menurut," kata Cathleen.
"Iya... Aku pastikan, Hayden akan berada di bawah kendali ku," niat bulat dalam hati Clara.
"Oke, sampai bos ku," sela Tom dari balik kemudi.
"Oh ya? Makasih Tom," kata Clara.
Clara pun menutup panggilan telpon dengan teman-temannya.
Semua arah mata yang ada di resto, memandang kagum ke arah Clara yang juga seorang model terkenal.
Banyak pasang kamera mengarah kepada Clara.
Clara pun tersenyum seolah tebar pesona.
"Tuan Hayden?" Clara menanyakan ke seorang pelayan.
Karena yang melakukan reservasi adalah asisten Hayden.
"Baik Nona, silahkan!" pelayan itu mengantar ke ruangan yang dimaksud.
Saat Clara berdiri di depan pintu, ternyata Hayden telah duduk menunggunya.
Suatu yang wow dirasa oleh Clara.
Kemajuan yang sangat berarti karena Hayden bersedia menunggunya datang.
Clara melangkah mendekat dengan sengaja menunjukkan gesture menggoda.
"Sudah lama sayang," Clara duduk di dekat Hayden tanpa rasa sungkan.
Dirangkulnya lengan Hayden yang masih tak bergeming.
"Ada apa mencariku? Apa kamu ingin dipuaskan? Aku siap kapanpun sayang," Clara menyandarkan kepala di bahu Hayden Frederick Sampson.
Dengan cepat Hayden menepis hingga membuat Clara hampir terjengkang.
"Kamu kasar banget sih," kata Clara sewot.
Hayden tersenyum sinis.
"Come on sayang. Lama sekali kita tak melakukannya," suara Clara dibuat mendesah.
Helena yang berada di ruangan lain, merasa jijik mendengar semua.
Dan Helena hendak beranjak, karena merasa Hayden mengajaknya cuman untuk mendengar dua orang yang bicara menjijikkan.
"Anda mau kemana nyonya? Tuan Hayden melarang anda untuk pergi dari sini," para pengawal Hayden sigap menjaga Helena.
Helena memutar bola matanya malas.
Helena merasa bagai sangkar emas. Tak bisa terbang bebas karena ada pengawal di dekatnya.
"Bosen gue," kata Helena sekenanya.
Helena tetap memaksa hendak keluar, karena tak mau mendengar obrolan ruangan sebelah.
"Gimana sayang? Kita ke hotel kamu aja gimana?" terdengar kembali suara Clara yang mendayu.
"Duduklah! Ada suatu hal yang ingin kutanyakan," seru Hayden tegas.
"Apa sayang?" Clara menurut.
"Sejak kapan kamu hamil anakku? Kamu tahu kan, apa yang aku lakukan jika kamu memfitnahku?" tandas Hayden membuat Clara terhenyak.
"Jangan dianggap serius sayang, aku hanya gurau aja. Mana aku berani mengandung anak kamu tanpa ijin" balas Clara.
Helena kembali duduk saat mendengar semuanya.
"Satu lagi," kata Hayden.
"Apa kamu akan melamarku?" tukas Clara.
"Tidak," tegas Hayden.
"Apa kamu tak ingin memperjelas hubungan kita?" kejar Clara.
"Ha...ha... Tentu saja tidak. Kita tak pernah ada hubungan. Dan asal kamu ingat, kamu sendiri yang menyerahkan diri," kata Hayden ketus.
"Dari awal aku tak ingin ada komitmen, dan kamu tahu sekali akan hal itu," ucap Hayden berikutnya.
"Lantas? Apa maksud kamu mengundangku hari ini?" cerca Clara dengan nada kecewa.
"Tentu saja, ingin bilang ke kamu. Jangan terlalu berharap menjadi istriku. Apalagi setelah kamu memfitnahku di depan wanitaku," seru Hayden.
"Wanitamu?" netra Clara memicing.
"Hhhmmmm," gumam Hayden.
Di belakang Hayden kini tengah berdiri sosok Helena yang barusan masuk ke ruangan itu karena paksaan para pengawal.
"Nah, kini tak ada alasan lagi kamu menolakku. Kamu dengar sendiri, wanita ini tak pernah sekalipun mengandung anakku," tatap tajam Hayden ke arah Helena.
"Hanya kamu wanita satu-satunya yang dengan beraninya melahirkan keturunan Sampson. Oleh karena itu kamu harus mempertanggung jawabkannya dengan menjadi istriku," Hayden membolakbalikkan fakta dan membuat Helena seolah berada di pihak yang bersalah.
Clara dibuat terbengong oleh perkataan Hayden.
"Tunggu... Tunggu. Jadi kamu menyuruhku ke sini hanya karena ingin membuktikan kepada wanita udik ini?" sela Clara berasa tak percaya.
"Yap. Karena kita sudah tak ada urusan, maka kamu disilahkan pergi," Hayden menunjuk pintu keluar mengisyaratkan agar Clara segera pergi.
"Kamu akan menyesalinya tuan Hayden," Clara pergi dengan kaki menghentak sebal.
Hayden membalas dengan senyum sinis.
Helena hendak mengikuti Clara, tapi tangan Hayden menahan.
"Kita pergi ke tempat Hanny," kata Hayden, dan tak ingin ada penolakan lagi dari Helena.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Nah lo, baru ada update lagi kan? Sorry dorry stroberi, maafin author yang selalu banyak alesan karena lambat up 🙏
lanjut thor...
jngn berharap terlalu tinggi bu..klo jatuh nti sakitnya ga ada obat..hahaha
ingin bls pantun tapi ga bisa thor.../Grin/
bisa nya kasih semangat untuk mu thor...
lanjuuut...