Nizma Aida Mahfud, gadis cantik putri sulung dari Ustad Yusuf Mahfud, pemimpin pondok pesantren Al Mumtaz. Berparas cantik dan lulusan Al-Azhar Kairo membuat dirinya begitu didamba oleh semua orang.
Namun dia harus menerima kenyataan ketika sang Abah menjodohkannya dengan seorang pria bernama Bagas Abimana. Pria menyeramkan penuh tatto di sekujur tubuhnya dan merupakan ketua geng preman penuh masalah dan jauh dari Tuhan.
Sebagai seorang putri yang berbakti akhirnya Nizma menerima perjodohan itu meski banyak pihak yang menentang.
Akankah Nizma mampu menaklukkan hati seorang Bagas yang sekeras batu? mungkinkah Bagas akan berubah menjadi sosok imam yang baik bagi Nizma? ikuti terus kisah rumah tangga dengan bumbu cinta didalamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Dewi Annisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 tak sabar bertemu
Hari yang ditunggu akhirnya tiba. Pagi ini Nizma begitu bersemangat untuk menyambut kedatangan suaminya setelah satu minggu harus berpisah sementara karena pekerjaan.
Nizma benar-benar se semangat ini. Bahkan dia sudah bersiap dengan pakaian kesukaan Bagas.
Memoles wajahnya dengan riasan natural saja membuatnya tampak memukau. Dasarnya Nizma sudah cantik dan memakai apapun dia akan tetap cantik.
Terakhir Bagas menghubunginya subuh lalu bahwa siang mungkin akan sampai di Jakarta.
Nizma juga begitu semangat menyiapkan masakan spesial untuk Bagas. Katakanlah jika dirinya tengah bucin akut. Itulah yang dirasakan Nizma saat ini.
Di langit yang sama namun tempat berbeda Bagas sedang sibuk mengemasi barang-barangnya. Tak lupa beberapa buah tangan dia beli untuk diberikan kepada kedua mertuanya tentu juga spesial untuk sang istri.
Tak pernah sebelumnya dia menyiapkan hal seperti ini. Biasanya Bagas hanya akan memikirkan dirinya sendiri. Tapi kini ada tujuannya untuk pulang.
Bayang-bayang wajah cantik sang istri terus membuat hatinya terasa membuncah. Tak sabar ingin bertemu dengan wanita yang sukses mencuri hatinya itu.
"Ini akan menjadi hadiah pertama untukmu." gumam Bagas sembari memandang sebuah cincin berlian yang begitu indah. Khusus dia beli dengan harga yang fantastis.
Bagas pun tak habis pikir. Dirinya kini begitu bersemangat setelah menikah. Ternyata hal itu tak buruk juga menjalani biduk rumah tangga seperti ini. Bahkan Bagas sendiri merasa lebih bahagia.
Rasa kesepiannya selama ini mengantarkan dirinya menjadi sosok yang bebal dan keras. Namun kehadiran Nizma perlahan mampu menghancurkan batu itu.
Bagas yang semula merasa dirinya paling terpuruk dan frustasi dengan segala permasalahan di masa lalunya hingga membuatnya membenci Tuhan. Dengan mudahnya dia luluh dan kembali dekat dan menyentuh yang namanya ibadah.
Gadis itu dengan terang-terangan menyatakan perasaan cintanya yang tak main-main dengan pembuktiannya. Kesabarannya luar biasa dan hal itu pantas untuk mendapatkan hasil yang luar biasa pula.
"Aku begitu mencintaimu Nizma. Aku telah jatuh dalam pesonamu dan aku akan terus mempertahankanmu." itulah ungkapan perasaan Bagas yang terus menggema didalam hatinya.
"Sudah siap Bos? Apa ada barang lagi yang harus saya bawa?" Roy mengambil dua koper milik Bagas.
Sesuatu yang baru untuk Roy sebab tak biasanya bosnya itu membawa pulang barang sebanyak ini. Biasanya hanyalah sebuah koper berukuran kecil berisi pakaiannya.
"Sudah cukup. Berapa lama lagi kita berangkat?"
"Setengah jam lagi Bos. Apa anda ingin sesuatu?" tanya Roy.
"Tidak Roy. Kita langsung pulang saja. Dan antarkan aku ke rumah abah." ujar Bagas.
Namun Bagas mendengar sebuah pesan masuk di ponselnya. Dia bersemangat membukanya dan mengira itu dari Nizma. Namun seketika keningnya mengernyit saat melihat pengirim pesan itu.
"Dira?"
"Bagas, aku ingin kita bertemu. Aku harus bicara denganmu. Ini sangat penting." isi pesan tersebut.
Bagas yang sedang tak ingin moodnya buruk pun langsung mengabaikan pesan itu.
Namun sesaat kemudian ponselnya kembali berbunyi. Pesan masuk dari Dira.
"kalau kau masih mengabaikannya maka jangan salahkan aku jika menemui langsung ustad Yusuf dan keluarganya. Aku akan mencari tahu sendiri."
Bagas yang geram langsung menelepon Dira. Dia tahu bagaimana wanita itu yang begitu terobsesi dengannya. Bahkan dia berani mencari gara-gara demi mendapatkan apa yang diinginkannya.
"Apa maumu?" ucap Bagas ketika Dira baru saja mengangkat teleponnya.
"Aku hanya ingin bertemu Bagas." ucap Wanita itu.
"Aku sudah menikah Dira. Tolong jangan menggangguku lagi. Bukankah aku sudah bilang kepada ayahmu juga." ujar Bagas kesal.
"ya aku tau itu. Justru aku ingin tahu bagaimana pernikahan kilatmu itu. Aku mau bertemu kamu. Terserah kalau kamu tidak mau maka aku akan menemui sendiri istrimu ." Dira tampak tersenyum smirk.
"Sial. Kapan kau mau bertemu." geram Bagas.
"Dua jam lagi kita bertemu. Aku akan tunjukkan tempatnya." ucap Dira.
"Kau gila? Aku bahkan baru sampai di Jakarta itu. Aku bahkan belum bertemu istri dan keluargaku dulu." Bagas mulai tersulut emosi.
"ya aku sengaja agar menjadi orang pertama yang bertemu denganmu. Terserah kalau tak mau aku akan langsung menemui istrimu."
Gadis itu benar-benar menguji kesabaran Bagas. Bukannya dia ingin menyembunyikan tentang Dira kepada Nizma namun Bagas menunggu waktu yang tepat. Gadis itu benar-benar licik dan Bagas khawatir akan mempengaruhi Nizma.
Mau tak mau Bagas terpaksa menuruti kemauan Dira. Dia ingin menyelesaikan urusannya secepatnya dan ini adalah yang terakhir Bagas menemui Dira.
Dengan kesal Bagas bergegas menuju Bandara dan berharap semua akan baik-baik saja. Sementara itu sebuah pesan dia terima dari Nizma.
"Abang hati-hati di perjalanan ya. Semoga selamat sampai tujuan. Aku menunggu abang dengan setumpuk rindu."
Seketika saja senyum indah terpancar dari wajah Bagas. Setidaknya ada sedikit kebahagiaan sebelum dia menghadapi Dira.
Pesawat pun akhirnya mengudara. Perjalanan Singapura-Jakarta yang memakan waktu cukup singkat tak terasa mengantarkan Bagas sampai ke tujuan.
Disaat itu juga Bagas langsung menerima pesan dari Dira. Dia meminta untuk bertemu di sebuah restoran.
"Bos, kita langsung menuju kediaman Pak Ustad?" tanya Roy.
"Tidak, kita ke restoran X dulu. Aku ada urusan mendadak." dengan terpaksa Bagas harus menemui Dira terlebih dahulu.
Sementara disaat yang sama Nizma sedang sibuk menyiapkan segala sesuatu untuk Bagas.
"Umi, kopi kesukaan Abang habis?" Nizma mencari-cari kopi kesukaan Bagas.
"Iya umi lupa, padahal kemarin waktu belanja mau ambil."
"Ya sudah Nizma beli dulu ya. Pinjam motornya umi ya." akhirnya Nizma pun bergegas pergi ke minimarket untuk membeli kopi.
Dengan mengendarai motor matic milik ustadzah Mia kini Nizma sembari menikmati suasana jalanan. Sejak menikah dengan Bagas dia jarang sekali pergi mengendarai motor sendirian. Bagas selalu menemani dirinya kemanapun dia pergi.
Akhirnya Nizma sampai juga di salah satu minimarket langganannya. Setelah membeli kebutuhannya Nizma bersiap untuk kembali pulang.
Namun pandangannya teralihkan kepada sebuah mobil yang berhenti di depan sebuah restoran yang tepat berada di seberang minimarket itu.
Nizma mengenal betul mobil tersebut dan benar saja tampak Bagas keluar dari mobilnya dengan wajah yang serius.
"itukan abang. Tapi kenapa abang kesana?" Seru Nizma.
Nizma menjadi penasaran tapi dia masih berusaha berpikiran positif. Mungkin saja Bagas sedang ada urusan pekerjaan.
Namun tak berselang lama Nizma melihat seorang wanita turun dari mobil lain dan tampak menyusul Bagas.
Dan parahnya wanita itu langsung merangkul lengan Bagas memasuki restoran tersebut.
Hati Nizma mencelos seketika saat memperhatikan wanita itu adalah orang yang sama saat dia temui di mall beberapa waktu lalu.
Tanpa berpikir panjang Nizma bergegas menyusul Bagas untuk memastikannya. Sementara tak jauh dari Nizma tampak Jaka dan Ares sedang panik.
"Gimana ini Bu Bos melihat Bos ketemuan sama Dira." ujar Ares.
"Cepat kabari Bos. Pasti nanti salah paham." pinta Jaka.
Namun belum sempat Ares mengabari Bagas rupanya Nizma sudah berjalan menuju restoran.
Didalam restoran sendiri Bagas begitu terkejut dengan sikap Dira yang langsung menempel pada dirinya.
"Dira hentikan. Kau bilang hanya bertemu kenapa tingkahmu seperti ini." omel Bagas.
Namun Dira semakin mengeratkan dirinya hingga mau tak mau Bagas terpaksa menarik tangan Dira agar menjauh. Bukannya menjauh justru Dira hilang keseimbangan dan menubruk tubuh Bagas.
Keduanya tampak berpelukan dan hal itu tak lepas dari pandangan Nizma.
"A-abang..." suara itu seketika membuat Bagas langsung menoleh.
"Nizma.."
Bagas hendak menghampiri Nizma namun gadis itu sudah berlari meninggalkan Bagas dengan uraian air mata.
...****************...
Sama cntik
ahhh.. pinisirin.
lanjut thor