Karena kecerobohan seseorang Camelia harus mempertahankan hidupnya dari kejaran para penjahat yang menginginkan sesuatu didalam tubuhnya. Dia tidak sengaja menelan sebuah microchip yang berisikan informasi penting untuk para penjahat kelas kakap di seluruh dunia dan mengancam nyawanya. Melibatkan Sang Putra Mahkota keluarga bangsawan Albarack yang ternyata menjadi pelaku utama atas kecerobohan ini.
Bagaimana hal itu bisa terjadi? Apa yang akan dilakukan sang putra mahkota Albarack pada Camelia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiger's Bab 29
Anggota keluarga Albarack berkumpul di ruang tengah, terdengar gelak tawa mereka saat Camelia semakin mendekat. Gadis berambut pendek itu terlihat ragu, dia memilin jari jemarinya dan berhenti diambang pintu masuk.
Mata bulatnya berkedip pelan, menatap satu persatu orang yang saat ini terlihat begitu akrab dan dekat satu sama lain. Helaan napasnya terdengar, kepalanya tertunduk ucapan pelayan tadi kembali menggema didalam otaknya.
"Ini bukan dunia ku," Gumamnya.
Camelia menyadari kalau dirinya memang tidak sejajar dengan keluarga Albarack, mau dilihat dari bagian manapun dia memang hanya rakyat jelata. Benar yang dikatakan pelayan tadi walaupun sedikit membuat hatinya nyeri, dirinya harus tahu diri dan berkaca.
Mungkin orang tua Tiger terutama Mama nya menyetujui pernikahan yang sudah direncanakan beberapa waktu lalu, tapi dari pandangan Camelia selama ini dari pihak Papanya Tiger terlihat seakan terpaksa menyetujui, bahkan terkesan dingin.
"Ya lagian mana ada sih Sultan yang rela anaknya nikah sama cewek kere kayak aku, tanggungjawab? Bodo amat sama tanggungjawab jawab!" Gumamnya.
Camelia memilih berlalu, dia melangkah lebar berbalik arah. Kedua kaki berbalut sandal rumahan itu berjalan menuju pintu utama, otaknya memerintahkan untuk keluar dari istana megah milik Albarack dan kembali ke tempat semula.
Tidak ada barang yang dibawanya, semua barang yang Camelia pakai memang sudah dipersiapkan oleh Dahliara. Bahkan ponsel rusak miliknya tidak berminat untuk Camelia ambil di kamar, dia memilih segera keluar dan pergi dari tempat yang beberapa hari ini menampungnya.
"Anda mau kemana, Nona?" Seorang penjaga segera menghalangi langkah Camelia, netra di balik kacamata hitam yang dipakainya terlihat memindai gadis itu dari atas hingga bawah.
Tubuh besar tegap tingginya sedikit membuat nyali Camelia menciut, tapi gadis itu berusaha tenang dan tidak menimbulkan kecurigaan kalau dirinya berniat kabur dari istana ini.
"Ekhem..., A-aku mau membeli sesuatu, ya sesuatu. Sesuatu yang di butuhkan oleh gadis setiap bulannya." Camelia berbicara sedikit terbata dengan aksen bahasa Inggris. Bodoamat kalau penjaga gerbang ini tidak paham yang dia ucapkan, Camelia sendiri tidak bisa berbicara menggunakan bahasa Arab, impas bukan.
"Perlu saya antar?" Tawar penjaga itu, bahkan sekarang dia berbicara menggunakan bahasa Inggris.
Rupanya pria bertubuh tinggi ini cukup mahir berbahasa asing, Camelia sedikit bersyukur karena tidak perlu berbicara menggunakan bahasa lokal.
"Tidak perlu Paman, aku bisa sendiri. Tolong buka gerbangnya, nanti keburu sore!" Pintanya.
Camelia bersikap tenang walaupun ucapannya tadi terkesan memerintah dan ingin segera di kabulkan. Berulang kali gadis itu melirik kearah belakang, bahkan samping seakan memastikan sesuatu.
"Kalau Nona tidak kembali dalam setelah jam, kami akan menyusul. Silahkan sebutkan tempat yang ingin Nona kunjungi saat ini pada kami!"
Camelia berdecak dalam hati. Sungguh penjaga ini sangat memperlambat waktunya, ingin sekali Camelia segera berlari tapi kalau dia melakukan itu pastinya mereka akan curiga.
"Pusat perbelanjaan yang tidak jauh dari sini. Ya sudah aku pergi dulu ya Paman, nanti aku belikan es krim untuk Paman berdua!" Tanpa membuang waktu Camelia segera mendorong gerbang, walaupun terasa berat dan harus mengeluarkan semua tenaganya pada akhirnya dia berhasil keluar dan segera berlari sekuat tenaga.
Beruntung dua penjaga gerbang istana Albarack itu tidak lagi menghalanginya, hingga akhirnya Camelia bisa keluar dengan sedikit drama dari istana Albarack. Ya anggap saja dirinya bodoh walaupun otaknya genius, tidak bisa di pungkiri kalau Camelia hanya gadis remaja yang masih labil, ceroboh, serta keras kepala.
Berharap saja dirinya bisa sampai dengan selamat ke asrama, dengan berbekal alamat sekolah tanpa memegang uang sedikit pun karena ATM yang dimilikinya ada di loker dikamar asramanya.
Sementara di dalam istana Albarack, tawa Dahliara terhenti saat melihat Tiger memasuki ruang tengah sendirian. Dahi wanita cantik itu mengernyit, matanya menyipit serta kepalanya terjulur untuk melihat sesuatu dibelakang tubuh tinggi Putranya.
"Loh, Camelia kemana? Kamu enggak ajak dia turun!" Pertanyaan yang Dahliara lontarkan tidak membuat langkah Tiger terhenti, remaja berkaos abu-abu dengan celana pendek selutut itu hanya mengedikkan bahu dan mendaratkan tubuhnya disofa.
"Ya ampun kamu enggak perhatian banget sih sama calon istri! Camelia belum makan loh dari tadi, Mama padahal udah nungguin. Ya udah deh Mama susulin dulu ke kamar, pasti ketiduran deh." Dahliara bangkit, tidak ada yang berani mencegahnya. Wanita beranak satu itu terdengar bergumam tidak jelas, seakan tengah mengomel tapi entah pada siapa.
"Kayaknya Adik Ipar bahagia mau punya menantu ya Mom," Oceana menipiskan bibir melihat Dahliara yang begitu berbeda beberapa hari ini.
Dia turut bahagia melihat Adik iparnya akan memiliki menantu. Menurutnya dan Erkan sang suami Camelia terlihat baik, walaupun mereka belum tahu asal usul keluarga gadis berdarah asli Indonesia itu tapi keyakinan didalam hati mengatakan kalau Camelia adalah gadis pilihan yang tepat untuk Tiger.
Tidak peduli gadis itu dari keluarga sederhana atau malah kekurangan, bagi mereka harta bukan hal yang penting. Kekayaan yang dimiliki Albarack sudah lebih dari cukup untuk menghidupi para keturunannya.
"Mommy juga seneng kalau Camelia jadi cucu mantu, dia anaknya baik, kayaknya punya hobi sama kayak Mommy. Mommy pernah denger dia nyanyi di dapur waktu sepi, ahhh... kapan-kapan Mommy ajak karaokean!" Jiddah Yasmine tidak kalah heboh seperti Dahliara tadi, bahkan wanita paruh baya yang masih terlihat cantik diusianya yang tidak lagi muda itu terlihat tersenyum bahagia.
Disisinya Elvier hanya terdiam, memijat pangkal hidungnya. Dia cukup hafal bagaimana tingkah wanita yang sudah menemaninya selama berpuluh-puluh tahun ini. Usianya saja yang bertambah tapi kelakuannya masih tetap sama seperti mereka awal bertemu, bahkan jurus slepet sendal ala Yasmine tidak pernah ketinggalan saat wanita itu marah.
Alih melemparkan benda lain yang ada disekitarnya, Yasmine justru meraih sandal yang dipakainya lalu melemparkan benda itu pada korbannya.
Sementara Tiger hanya menghela napas pelan, dia tidak tahu harus berbuat apa. Sepertinya rencana pernikahan dadakannya dengan Camelia tidak akan pernah bisa dia hindari, apa lagi pendukung sang Mama adalah Jiddah.
'Menikah muda, tidak pernah terlintas sedikit pun dalam hidupku.' Lirih hati Tiger. Ekor matanya melirik pada Jiddah Yasmine yang masih tertawa bahagia, bila matanya bergulir pada Jiddi Elvier, Pamannya Lord Erkan dan berakhir pada Lionel sang Papa.
Lionel juga terlihat diam. Sorot matanya tertuju pada Jiddah Yasmine, tidak ada ekspresi di dalamnya hingga Tiger tidak dapat memastikan apa yang sedang dipikirkan oleh pria yang sudah membuatnya lahir ke dunia ini.
"MOOMMMM... CAMELIA ENGGAK ADA DI KAMARNYA!"
Suara teriakan Dahliara menghentikan tawa Yasmine. Semua orang yang ada di ruang tengah mengarahkan pandangannya pada Dahliara yang terlihat terengah-engah dengan wajah pucat dan khawatir.
"Camelia enggak ada di kamar. Kata pelayan mereka lihat dia pergi keluar, Camelia kemana Mom?!" Dahliara bersuara kembali.
Dia terlihat begitu khawatir, bahkan tanpa menunggu jawaban dari Yasmine dirinya bergegas pergi menuju keluar istana dan berlari ke arah gerbang.
Jarak dari istana ke gerbang cukup jauh membuat Dahliara kembali terengah-engah, dia menatap para penjaga yang siap membukakan pintu besar berbahan besi itu untuknya.
"Yang Mulia Tuan Putri anda mau-,"
"Apa calon menantuku keluar?!" Tanyanya cepat tanpa basa basi.
Kedua penjaga itu saling pandang, lalu kembali menatap para Dahliara dan mengangguk pelan.
"Nona meminta izin untuk pergi ke pusat perbelanjaan, kami sudah menawarkan untuk mengantarnya tapi dia menolak. Katanya hanya membeli keperluan para gadis saja, tapi sudah hampir 15 menit pergi Nona belum kembali." Ucap salah satu dari mereka.
Dahliara menelan salivanya susah payah, dia menatap nanar kearah jalanan. Rasa khawatirnya kembali bertambah, pada akhirnya wanita itu menoleh kearah belakang saat mendengar derap langkah kaki mendekat.
"Aku akan mencarinya, Mama istirahat saja!" Tiger segera meraih kunci motor yang di berikan salah satu pengawal, memberikan kecupan di dahi Dahliara sebelum bergegas menuju garasi.
BERSAMBUNG...
SEE YOU TOMORROW😘😘😘
semangat berkarya Otor...
semoga bunga abadi in sehat selalu dan nti nya ad solusi untuk sang princess agar chip nya b dikeluarkan.
ha ha ha ha h ad yg lucu sich. kata nya chip itu bs dkeluarkan klo neng Camelia hamil dan nti saat lahiran bs d ambil. sampe sampe Camelia mau tu disentuh Tiger demi chip itu keluar eh ternyata chip malah pindah k bayi nya Camelia dan sekarang Tiger bukan cuma udh jd suami seutuh nya tp juga jd ayah gegara alasan itu 🤣🤣🤣🤣 klo Camelia tau gmn reaksi nya ya 🤔🤭 berasa d boongin Tiger gak tu. dkira camel Tiger pengen mp aj maka nya ngomong bgtu x ya 😅😅 ngebayangin nya jd ngakak sendiri aku 😂😂
maksih bnyak teh Defri atas karya yg slalu menghibur ap lg klo cerita nya sperti in jd nambah pengetahuan kan.
semngat selalu ya teteh ku 🥰🥰🥰
lope lope sekebun cabe nya bang Azkha dan seluas kebun pisang Radja serta sedalam galian Tata.. 🤗🤗🤗🤗
Princess Edelweis, terima kasih ka author,, semangat update..