Nadira Keisha Azzura pertama kali co-ass di rumah sakit ternama, harus mengalami nasib buruk di mana Bapaknya masuk UGD tanpa sepengetahuannya akibat tabrakan, lalu tak lama meninggal dan sebelumnya harus mendengar ijab kabul mengatasnamakan dirinya di kamar Bapaknya di rawat sebelum meninggal. Pernikahan itu tanpa di saksikan olehnya sehingga dia tidak mengetahui pria tersebut.
Sedangkan dia hanya memiliki seorang Bapak hingga dewasa, dia tidak mengetahui keberadaan kakak dan Ibunya. Dia di bawa pergi oleh Bapaknya karena hanya sosok pria miskin dan mereka hanya menginginkan anak laki-laki untuk penerus.
Bagaimana nasib Nadira selanjutnya? akankah dia hidup bahagia bersama suaminya? akankah Nadira bisa menerima siapa suami dan siapa yang telah menabrak Bapaknya? Akankah dia bertemu dengan keluarganya?
Yu saksikan ceritanya hanya di novel 'Suami Misteriusku ternyata seorang Dokter'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 ~ Kegalauan Nadira
Di Pagi hari mereka bertiga telah sampai di Xanderia Hospital. Nadira seakan tidak sedang berduka dia tertawa bahkan tersenyum ramah pada setiap orang yang menyapanya.
"Nadira, aku ikut berduka ya, semoga Bapakmu diterima segala amal baiknya, kamu yang sabar ya," ucap salah satu suster yang berada di rumah sakit tersebut.
"Iya Ibu, terimakasih banyak," balas Nadira dengan ramah dan terlihat sangat tegar.
Ken dan Thomas yang baru sampai memasuki rumah sakit itupun berjalan bersama. Ken berjalan sambil menatap Nadira dari kejauhan yang sedang bersalaman dengan wanita tersebut.
"Lo beneran kuat Ken?" Tanya Thomas yang masih khawatir.
"Kuat, asal gue tidak melakukan operasi besar dulu," jawab Ken yang masih berasa lemas sambil tersenyum menatap Nadira.
"Iyalah kuat ada Mbak Jamu di depan, bagaimana kaga kuat lo?" sindir Thomas dengan terkekeh.
Ken masih berjalan dengan tersenyum, dia menghiraukan sindiran dari Thomas.
"Hey kalian, selamat pagi," salam Thomas ketika melewati mereka bertiga.
"Eh Dokter Thom, pagi juga," jawab Nabila dengan ramah dan tersenyum.
"Nabil ...," tegur kompak Nadira dan Siska.
Nabila pun mengerutkan keningnya sambil memandang kedua temannya.
Ken tersenyum saat melihat gelagat anak koas tersebut.
"Bila, ikut saya cepat!" Seru Thomas sedikit emosi.
"Ko bila sih Dok, namaku Nabila," protes Nabila cepat tanpa menyadari kesalahannya.
"Ngapain juga kamu panggil saya Thom, lo kira aku ini tikus?" sahut Thomas yang tidak terima.
Nabila pun menahan tawanya dengan memegang perutnya, kemudian "wha ha ha ha, jadi Pak Thomas ini marah gara-gara saya bilang Bapak Thom?" Nabila tertawa terbahak-bahak.
"Jadi Koas ga ada sopan-sopannya lo," protes Thomas yang langsung berjalan cepat meninggalkan Nabila.
"Pak tunggu, aku sakit perut," ujar Nabila yang berlari mengejar Thomas yang masih tertawa.
"BERHENTI!" Bentak Thomas.
Nabila pun diam mematung, dadanya berdetak kencang, Thomas yang menyadari itu langsung melirik Nabila, lalu menatapnya.
Deg, dada Thomas tersentak kaget kala melihat kedua bola mata Nabila yang mulai berkaca-kaca.
"Bil ...," sapa Thomas lembut sambil memegang tangan Nabila.
"Bapak menakutkan, galak banget, Nabil takut Pak, Nabil belum pernah di bentak siapapun," keluh Nabila yang hampir terisak.
"Sorry ...," ujar Thomas yang masih memegang tangan Nabila.
"Jangan nangis dong malu dilihat banyak orang, dan ini udah siang, UGD itu banyak yang berdatangan mendadak, jadi udah ya, maaf ..., sebagai ucapan maaf kamu boleh minta sesuatu deh," rayu Thomas dengan senyuman bersahabat.
"Bener boleh?" Tanya Nabila dengan mata berbinar.
"Iya ...," jawab Thomas serius.
"Traktir makan Nabil ya Pak, soalnya Nabil ga pulang, jadi Nabil ga dapat jatah ongkos, uang Nabil tinggal buat bensin pulang," sahut Nabila yang masih memandang Thomas dengan berbinar dan berseri seperti anak kecil yang dapat mainan.
Thomas tersenyum kala melihat sifat Nabila yang begitu lucu baginya. "Iya boleh, yu kita ke UGD sekarang!" Ajak Thomas tanpa disadari dia masih menggenggam tangan Nabila hingga memasuki UGD.
Di sisi lain, Ken berjalan bersama dengan Nadira juga Siska.
"Bapak sudah sehat?" Tanya Nadira sedikit berhati-hati.
"Hmm," jawabnya.
"Siska tolong telepon Ibrahim untuk menghandle jadwal operasi saya, sampai saya benar-benar pulih!" titah Ken, yang langsung mendapatkan anggukan Siska, dan Nadira pun langsung mengerutkan keningnya.
"Di tanya ham hem, ham hem, giliran nyuruh panjang lebar," gumam Nadira dengan bete.
"Bilang apa kamu?, tolong diperjelas!" Tanya Ken yang langsung menatap Nadira.
"Ga ada apa-apa Pak, saya mau ke meja saya," kilah Nadira yang langsung menjauhi Ken dan langsung duduk di meja suster.
Ken pun tersenyum ketika melihat Nadira yang merajuk, kemudian dia melangkah kakinya menuju ruangannya.
Ken fokus dengan berkas-berkasnya, dia hanya memantau setiap pekerjaan seluruh karyawannya.
Tak terasa kini waktu jam istirahat pun tiba, Ken berjalan sendiri menuju kantin.
Setibanya di kantin, dia memesan soto beserta nasi, dia menunggu pesanan dengan duduk di salah satu meja yang tersedia di kantin tersebut.
Tak lama datanglah Thomas beserta Nabila dan di susul oleh Nadira juga Siska.
Thomas yang tak melihat Ken, dia duduk membelaki Ken di meja tepat Ken berada.
"Pak Thomas makasih ya," sahut Nabila dengan cengirannya, dengan mata tertuju pada sebuah mangkuk berisi baso.
Lalu Thomas pun bercanda gurau dengan Ketiga perempuan tersebut.
Ken yang sedari tadi melihat mereka yang sedang asik tertawa, merasa tak tahan lagi akhirnya dia memanggil Thomas.
"Thomas Edison!" Panggil Ken.
"Eh Lo di sini? sejak kapan? sini gabung!" ajak Thomas dan meneruskan candanya.
"Lo yang sini!" sahut Ken datar.
"Dasar Kutub Utara," keluh Thomas yang bangkit dari duduknya dan bergabung dengan Ken.
"Ganggu orang lagi asik aja Lo," keluh Thomas dengan muka yang di tengkuk, sambil menyuap sandwich.
"Gue yang pesan duluan, Lo yang enak duluan," protes Ken.
"Heh makanya jadi orang itu asik dikit napa," ucap Thomas yang masih tidak terima.
Namun tak lama pesanannya pun datang, Ken dan Thomas makan dengan khidmat.
Namun tidak bagi ke tiga perempuan di sampingnya.
"Eh lo kemarin malam udah janji mau cerita sekarang soal ide lo buat Nadira? apaan?" Tanya Siska kepada Nabila denga tingkat rasa penasaran yang tinggi.
"Oh iya sorry gue lupa, gini ..., Nadira kan butuh masukan tuh, Nyokap gue suka bikin pesanan kue basah atau kering sampai kue bolu, nah kalau Nadira mau ..., bagaimana jika Lo masukin kue nyokap gue aja ke toko-toko?" Imbuh Nabila dengan muka yang berseri.
"Bagus banget tuh idenya Nabil, gimana ra? setuju ga? lumayanlah daripada nunggu suami lo yang ga jelas jelmaannya?" jawab Siska yang frontal.
'Pffftthh!' Thomas pun menahan bibirnya untuk mengeluarkan tawanya saat mendengar kata 'jelmaan suami Nadira yang ga jelas'.
"Tawa aja ga usah di tahan," ujar Ken dengan datar.
"Wha ha ha ha! dia kira suami Nadira itu Jin? wha ha ha, gue sakit perut Ken." Thomas tertawa sambil memegang perutnya.
"Ra gimana?" Tanya Nabila.
"Berisik, bisa diam kaga lo?" Protes Ken karena tidak dapat mendengar obrolan ke tiga cewe di sampingnya.
"Ok ok sorry," ujar Thomas sambil mengangkat kelima jarinya ke arah Ken, dan satu tangan memegang perutnya.
"Thanks Nabil, cuma gue bingung, kalau kerja gitu gue butuh kendaraan. Sedangkan gue kaga punya," keluh Nadira menghela nafas panjang.
"Lo beli motorlah, kredit gitu, kan lo bisa pake motor," sahut Nabila polos.
"Lo ya, gimana caranya?" Tanya Siska yang heran dengan jawaban Nabila.
"Ya tinggal beli gitu aja susah," timpal Nabila dengan memutar kedua bola matanya.
"Idih ini anak," keluh Siska yang mengalah tidak ingin memperpanjang masalah.
"Nabila, gue cuma punya uang 50.000 itu, gue ga punya lagi duit, bagaimana bisa gue beli motor atau cicil, buat makan aja gue bingung!" jelas Nadira kembali menghela nafas panjang.
Ken yang mendengar semua itu, hatinya bagai teriris dan tercabik. Ken sangat tidak tega melihat Nadira seperti ini.
"Bayar makan mereka, ikut gue sekarang!" ajak Ken.
"Makan gue belum habis," sela Thomas.
"Nanti gue belikan, bayar makan mereka!" titah Ken.
"Udah sama gue semua," jawab Thomas.
"Tumben," sindir Ken datar.
"Lo kira gue pelit, tunggu sandwich gue minta di bungkus," pinta Thomas bergegas menuju kasir sambil membayar makan Ken.
"Ayo!, cewek-cewek cantik kita duluan ya!" pamit Thomas ramah.
"Lama!" protes Ken.
Mereka pun melangkahkan kakinya meninggalkan kantin.
Bersambung ...