Demi melunasi hutang orang tuanya, Venzara harus menerima pernikahan paksa dengan anak majikan bibinya. Mau tidak mau, Venza akhirnya menerimanya dan siap menerima syarat yang ditentukan.
Tidak hanya terikat dalam pernikahan paksa, Venza juga harus menerima perlakuan buruk dari suaminya. Namun, sosok Venza bukanlah perempuan yang lemah, bahkan dia juga perempuan yang berprestasi. Sayangnya, perekonomian keluarganya tengah diambang kehancuran.
Jalan satu-satunya hanya bisa menikahkan Venza dengan lelaki kaya dengan kondisinya yang lumpuh.
Akankah Venza mampu bertahan dengan pernikahannya? yuk simak kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meminta disuapin
Razen yang baru saja menoleh dan melihat adiknya ikutan duduk, pun tak meresponnya.
"Kak Razen lagi marah kah sama aku? Aku minta maaf jika sudah membuat Kakak kesal." tanya Gilang pada pokok intinya.
Razen menoleh kembali ke sebelah.
"Enggak, ngapain marah sama kamu. Tidak perlu kamu meminta maaf, pergilah dan jangan menggangguku." Jawab Razen, dan kembali memposisikan pandangannya seperti semula, pandangan yang kurus ke depan.
"Kak Razen tidak perlu membohongi diri di hadapan ku. Aku tahu kalau Kak Razen memang lagi kesal denganku, maafkan aku. Karena Kakak tidak mau diganggu, aku mau ke kamar. Satu lagi, Kak Razen jangan marahi kakak ipar, dia tidak bersalah." Ucap Gilang dan bergegas pergi meninggalkan kakaknya.
Razen sendiri tidak menanggapinya, dan memilih melihat ke sembarangan arah. Tidak lama kemudian, Venza tengah membawakan makan siang untuk suaminya dibantu Bi Darmi.
"Maaf, jika masakannya baru matang. Soalnya aku butuh waktu untuk prakteknya, besoklah tidak lagi menunggu lama." Ucap Venza sambil meletakkan nampannya yang berisi sup iga dan tumis sayur, juga dengan ikan panggangnya.
Sedangkan Bi Darmi kembali ke dapur setelah membantu keponakannya menghidangkan makan siang untuk majikannya.
"Silakan dinikmati, maaf juga jika masakan aku kurang enak." Ucap Venza yang masih berdiri didekat suaminya.
Razen langsung mendongak dan menatap istrinya.
"Duduklah, dan temani aku makan." Ajak Razen kepada istrinya.
Awalnya hendak meraih tangannya, namun tiba-tiba ia urungkan karena yang menjadi istrinya bukanlah pilihannya, melainkan pilihan kedua orang tuanya.
Venza yang sempat melihat, pun pura-pura tidak tahu jika suaminya hendak meraih tangannya.
"Kenapa masih diam, tidak mau?"
"Bukan, bukan begitu. Tadi bilang apa, temani makan?"
"Enggak jadi, pergi saja dan temani adik ipar mu itu, si Gilang."
Sebisa mungkin si Venza tersenyum pada suaminya.
"Ngapain mesti temani adik ipar, kalau suami sendiri saja, gak ada yang menemani. Baiklah, aku akan temani kamu. Katakan saja, apa yang bisa aku lakukan."
"Suapi aku," jawab Razen sangat singkat.
Venza yang mendengarnya, pun sejenak terdiam.
"Kenapa, tidak mau? oh kalau menyuapi adik ipar mau kan ya? pergi pergi pergi."
"Bub-buk-bukan begitu, baik lah akan aku suapi." Jawab Venza yang merasa aneh dengan suaminya.
Tidak ada pilihan lain dan tidak mungkin juga untuk menolak, mau tidak mau Venza menuruti suaminya.
Razen yang mendengar jawaban dari istrinya, pun menyibukkan diri dengan ponselnya. Entah apa maksudnya, mungkin saja karena tidak ingin terlihat nganggur, pikirnya.
Venza yang tidak punya pilihan lain, akhirnya mulai menyuapi suaminya. Meski grogi karena baru pertama kalinya menyuapi suami, sebisa mungkin untuk terlihat tenang.
'Yang benar saja ini, pakai minta disuapin segala, lagi. Udah macam anak bayi aja, benar-benar ya ini suami.' Batin Venza sambil menyuapi suaminya.
Saat itu juga, Razen langsung menoleh dan menyambar sendok yang ada ditangan istrinya. Kemudian, Razen mengambil satu suapan dan ia arahkan ke mulut istrinya.
"Buka mulutnya, perutmu juga perlu diisi, bukan hanya perutku saja. Makanlah, jangan sampai tidak makan. Kalau sampai kamu sakit, aku juga yang akan repot." Ucap Razen sambil menyodorkan satu suapan kepada istrinya.
Venza yang tidak bisa menolak, pun menerima suapan dari suami.
"Terima kasih," jawab Venza setelah menerima suapan dari suami dan mengunyahnya.
Setelah itu dilanjut lagi oleh Razen, dan juga Venza secara bergantian hingga makanannya habis dan hanya tersisa sedikit saja untuk ikan panggang.