Drabia tidak pernah di sentuh suaminya selama menikah. Karena sebelumnya Ansel mendengar gosib tentang dirinya yang pernah tidur dengan pria lain sebelum menikah.
Di saat Ansel akan menceraikannya, Drabia pun meminta satu hal pada Ansel sebagai syarat perceraian. Dan setelah itu jatuhlah talak Ansel.
Apakah yang di minta Drabia?, akan kah Ansel memenuhi permintaan Drabia?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha cute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Seharusnya aku menjaganya dengan baik
"Drabia!!!" hardik Ansel menggema
Drabia dan pria yang bersamanya di dalam kamar itu langsung menoleh.
"Apa yang kamu lakukan Drabia?" geram Ansel menghela napasnya.
"Kami hanya sedikit minum dan bersenang senang" jawab Kevin menunjukkan botol minuman di tangannya.
"Ansel, dia memaksaku" gumam Drabia dengan mata merem melek.
Ansel melangkahkan kakinya ke arah sofa di kamar itu, ternyata baju Drabia sudah tersingkap ke atas, dan...
Pakaian dal*m Drabia tergeletak di lantai. Apa yang dilakukan pria itu pada istrinya sampai istrinya itu berteriak teriak tak berdaya.
"Ansel, dia memaksaku minum. Aku gak bisa melawannya. Dia juga menyentuh....hik hiks hiks" tangis Drabia.
"Bajing*n!" geram Ansel dan langsung melayangkan tinju ke wajah Kevin." Beraninya kau menyentuh istriku!!!" bentak Ansel memukuli Kevin sampai babak belur. Meski di sentuk dengan ujung jari, Ansel tidak rela.
"Istrimu menyukainya!" ucap Kevin masih bisa tersenyum meski wajahnya hampir tak berbentuk. Kevin ingin melawan, namun Ansel tidak memberikan kesempatan itu.
"Tutup mulutmu!!!" bentak Ansel berapi api. Sekarang Ansel sudah paham, ternyata yang menjebak Drabia bukan siapa siapa, melainkan Kevin sendiri. Dan Irham...
Apa iya, pria soleha itu sedang bekerja sama dengan Kevin, untuk membohongi Drabia?.
"Ansel aku tidak menginginkannya, dia memaksaku minum hiks hiks hiks..." gumam Drabia lagi menangis. Meski dalam keadaan mabuk, tapi otaknya masih sadar, hanya saja tubuhnya tak berdaya lagi, apa lagi Kevin sudah membuatnya merasakan kenikmatan. Tubuhnya tambah lemas.
Mendengar pengakuan Drabia, Ansel semakin emosi dan terus memukuli Kevin tiada ampun. Kali ini, Ansel percaya dengan Drabia. Meski nakal, tapi Drabia masih peduli menjaga ke hormatannya.
Ansel menghela napasnya yang memburu, setelah melihat Kevin sudah tak sadarkan diri. Ansel pun menghubungi Dafa dan Ciko untuk meminta bantuan.
"Maaf" ucap Drabia lirih merasa bersalah pada Ansel.
"Gak apa apa sayang" ucap Ansel lembut kemudian mengangkat tubuh Drabia membawanya ke kamar mandi.
Baru mereka lolos melewati ujian rumah tangga, kini cobaan datang menerpa.
Selesai membersihkan tubuh istrinya, Ansel membawa Drabia keluar dari kamar itu, membawanya masuk ke kamar sebelah. Setelah membaringkan tubuh Drabia di atas kasur, Ansel kembali ke dalam kamar itu, untuk mengikat Kevin supaya tidak bisa kabur.
Jika Ansel pembunuh, mungkin pria itu sudah mati di tangannya.Setelah selesai mengikat Kevin, Ansel kembali ke dalam kamar dimana Drabia berada.
"Hafshah" gumam Drabia saat Ansel mendudukkan tubuhnya di pinggir kasur." Tadi dia juga ikut, dia yang pertama mencekoki minuman itu ke mulutku,Kevin memegangiku" ungkap Drabia dengan mata terpejam.
Oek!
Drabia memuntahkan isi perutnya, minuman yang di teguknya keluar sebagian.
Ansel terdiam, rahangnya mengeras. Benarkah Hafshah yang dia kagumi dengan kesolehaannya tega berbuat seperti itu?.
'Ya Tuhan!" batin Ansel, tertipu dengan kesing luar wanita itu.
Ansel meneteskan air matanya, menyesali perbuatannya kepada Drabia. Menghina dan memaki istrinya, tega menyakiti Drabia demi wanita itu.
Ternyata lebih hina dari perempuan jal*ng.
Ansel pun mengingat pertemuannya dengan Hafshah, setelah beberapa hari menikah dengan Drabia.
**
Kilas balik
pulang kerja, Ansel yang mendengar suara azhan sore itu, membelokkan mobilnya masuk ke sebuah gerbang masjid. Ansel yang sedang menerima telepon saat menyetir, tak sengaja menyerempet seorang wanita yang melintas di depannya.
"Astaqfirulloh" gumam Ansel langsung mematikan teleponnya dan bergegas turun.
"Kamu gak apa apa?" tanya Ansel melihat wanita itu berusaha berdiri.
"Gak apa apa" jawab wanita itu dengan raut wajah meringis.
Ansel pun segera membantu wanita itu berdiri menuntunnya berjalan ke arah teras masjid." Sebentar, aku ambilin obat di mobil dulu" ucap Ansel berjalan cepat ke arah mobilnya.
Setelah mengambil kotak obat, Ansel kembali mendekati wanita itu. Lalu mengobati luka di telapak tangan wanita itu. Kemudian memberikan obat merah itu pada wanita itu supaya mengobati yang terluka di bagian lainnya.
"Aku minta maaf, tidak sengaja menabrakmu" ucap Ansel merasa bersalah.
"Gak apa apa, kan gak sengaja" ucap wanita itu tersenyum manis.
Ansel terdiam, terpana melihat senyum wanita cantik itu.
Hm!
Dehem wanita itu, menyadarkan lamunan Ansel.
"Mau solat kan, tuh sebentar lagi sudah mulai" ucap wanita itu.
"Ah iya, sekali lagi saya minta maaf." Ansel mengeluarkan kartu nama dari dalam saku bajunya, lalu memberikannya pada wanita itu." Ini kartu namaku, kalau ada apa apa hubungi saya. Kalau begitu saya pergi dulu"pamit Ansel bergegas pergi ke arah tempat wudhu.
Selesai shalat, Ansel keluar dari masjid. Ansel melihat wanita itu berdiri di teras bangunan yang berada di samping masjid. Ansel pun mendekati wanita itu.
"Masih di sini?" tanya Ansel.
"Iya, sebentar lagi aku akan mengajar anak anak mengaji di sini" jawab wanita itu mengulas senyumnya.
'Masya Allah' Ansel kagum melihat wanita itu, sudah cantik, soleha, pintar ngaji lagi.
" Bisa sampaiin salamku ke pengurus TPA ini?" tanya Ansel.
"Bisa, nanti saya akan sampaikan" jawab wanita itu.
Ansel mengulas senyumnya."Kalau begitu saya pamit dulu." Akhirnya Ansel memilih meninggalkan wanita itu, tak tahan melihat senyum manisnya.
Tiga hari berikutnya, setelah berbicara lewat telepon dengan pengurus TPA itu. Ansel datang mengunjungi TPA itu, membawa banyak Alqur'an dan buku buku, beserta alat tulis untuk anak anak yang belajar mengaji di sana.
Dan semenjak itu, Ansel dan Hafshah sering bertemu. Sehingga membuat mereka akrab.
Kilas balik selesai
**
Ansel mengusap kasar wajahnya, menyesali telah mengagumi Hafshah dengan segala kecantikan dan kesolehaannya. Ternyata tega berbuat jahat, bekerja sama melakukan pelecehan.
Tidak ada wanita di katakan soleha, jika tidak menitup auratnya. Tapi adakah wanita soleha tega melecehkan kaumnya sendiri?.
'Ya Tuhan, beginikah caramu menegurku?, yang telah tega menghina istriku. Seharusnya aku membimbingnya, malah aku menghinanya dan menyakitinya. Padawal dia kewajibanku, tanggung jawabku' batin Ansel.
Bunyi bel di dalam rumah itu pun berbunyi, Ansel keluar dari dalam kamar untuk membukakan pintu. Ia yakin yang datang itu adalah Dafa dan Ciko.
"Kenapa istrimu menerima tamu laki laki saat kamu gak di rumah?" cerca Dafa langsung setelah Ansel membukakan pintu.
"Aku belum tau" jawab Ansel menghela napasnya. Lalu melangkahkan kakinya ke arah tangga di ikuti Ciko dan Dafa, beserta dua orang polisi yang akan menangkap Kevin.
"Dia memaksa mabuk Drabia" jelas Ansel.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Ciko.
"Masih dalam keadaan mabuk" jawab Ansel.
Dafa dan Ciko pun memperhatikan kamar tempat kejadian itu. Dimana di atas meja, ada dua botol minuman beralkohol tinggi.
"Kemampuan istrimu minum sudah tidak di ragukan lagi" decak Ciko. Melihat seberapa banyaknya Drabia menghabiskan minuman beralkohol itu.
Ansel mendengus, ia pun sudah tak heran lagi dengan istrinya mantan pemabuk. Tapi bukan itu yang membuat Ansel sangat marah. Kevin menyentuh bagian berharga tubuh istrinya, meski hanya seujung telunjuk.
"Dia bukan hanya memaksa minum, tapi melakukan pelecehan" geram Ansel kembali emosi.
"Sabar bro, ini cobaan. Mungkin Tuhan lagi mengujimu, seberapa besarkah hatimu menerima Drabia." Dafa menepuk lembut bahu Ansel.
"Iya Bro, kamu harus sabar" timpal Ciko.
"Seharusnya aku menjaganya dengan baik." Tiba tiba Ansel menangis lirih, menyesali apa yang sudah terjadi.
"Seharusnya begitu!" ucap Dafa.
*Bersambung