Zella, mahasiswi baru di Universitas Swasta Indonesia telah membuat Leon, ketua BEM yang tegas dan penuh wibawa jatuh cinta pada pandangan pertama saat OSPEK Mahasiswa.
Tidak hanya itu, Levi, seorang dosen jutek, galak, dan tidak banyak bicara yang juga putra pemilik Universitas tersebut juga ternyata diam-diam menaruh hati pada Zella.
Zella yang belum menginginkan untuk berpacaran harus terus menerus mendapatkan teror dari mahasiswi yang mengidolakan Leon dan Levi.
Leon dan Levi pun terus berjuang dengan cara mereka masing-masing untuk mendapatkan hati Zella.
Siapakah diantara mereka berdua yang mampu memenangkan hati Zella?
Adakah Leon atau bahkan Levi yang memenangkannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AdindaRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29
Hari ini Zella bangun lebih pagi. Ia pun membuatkan sarapan untuk papa dan kakak laki-lakinya. Sarapan siap tepat saat papanya sudah menuju meja makan.
"Zella, apa yang sedang kau lakukan di pantry?" tanya papa Green terkejut melihat putrinya memakai celemek.
"Aku membuatkan sarapan untuk papa dan kakak." jawab Zella menyajikan sarapan yang sudah ia buat.
Papa Green langsung mencicipi masakan yang dibuat Zella dan seketika air matanya menetes. "Ini persis dengan masakan mamamu, sayang." ucap papa Green.
"Biarkan aku disini sampai akhir pekan, pa. Aku akan memasak untuk kalian." pinta Zella yang masih enggan pergi ke Bandung.
"Zella, apa mau pindah kuliah di sini aja?" tawar Azel yang baru keluar dari kamar.
Zella menggelengkan kepalanya, "Aku hanya ingin memasakkan untuk kalian sampai akhir pekan saja." jawab Zella santai.
Ketiganya pun menikmati masakan Zella yang resepnya dipelajari dari mamanya sejak Zella duduk di bangku SD.
***
Akhir pekan pun tiba, seperti biasa Zella menyiapkan peralatan yang akan ia gunakan untuk mengejar keterlambatan kuliahnya. Levi juga sudah tiba di kediaman Zella dan sedang mengobrol dengan Azel.
"Ayo Pak Levi, kita belajar di taman saja." ajak Zella.
"Emmh, jika hari ini kamu kembali ke Bandung, lebih baik kita belajar setelah sampai di Bandung saja." jelas Levi.
"Iya dek, gitu aja. Kakak setuju banget sama Levi." ucap Azel. "Kamu ke Bandung bareng Levi gak papa kan?" tanya Azel.
"Tapi saya gak bawa mobil," jelas Levi. Levi dan Azel menunggu jawaban dari Zella.
"Oke deh, kalo gitu saya siap-siap dulu." jawab Zella langsung kembali ke kamarnya. Zella hanya membawa tas punggung dan memakai hoodienya. Setelah dirasa cukup, ia pun langsung turun ke bawah.
Setelah berpamitan dengan papa Green dan Azel, Zella langsung naik ke motor Levi. Dengan kecepatan sedang, Levi menjalankan motornya keluar dari mansion Zella.
Belum ada percakapan diantara keduanya, Levi yang sangat merindukan Zella karena seminggu tidak bertemu pun akhirnya membuka pembicaraan.
"Zella, apa kamu tidak merindukan saya?" tanya Levi.
"Tidak," jawab Zella mantap. "Buat apa saya merindukan bapak." ucap Zella.
Levi hanya tersenyum mendengar jawaban Zella, ia pun memacu motornya lebih kencang. Dengan refleks Zella memeluk Levi erat. Zella merasa sangat nyaman memeluk Levi hingga tidak melepasnya meski Levi sudah menjalankan motornya agak pelan.
POV Levi
Aku gak pernah menyangka akan sedekat ini dengan Zella. Meskipun Zella masih jual mahal denganku, tapi aku yakin sebentar lagi Zella akan mulai luluh atas sikapku.
"Maaf Zella, aku belum bisa mengungkapkan perasaanku. Aku hanya belum siap mendengar penolakanmu," batin Levi.
POV Zella
Aku tidak paham dengan diriku sendiri. Aku sangat nyaman dengan Pak Levi meski jutek dan selalu bikin kesal. Jujur saja, aku sangat merindukannya.
"Emmmh, kira-kira gimana ya perasaan Pak Levi yang sebenarnya?" tanya Zella dalam hati.
Levi memberanikan diri untuk menggenggam tangan Zella dan meletakkan di dada Levi. Tangan Zella merasakan detak jantung Pak Levi yang memburu seperti derap langkah kaki kuda.
Zella hanya terdiam menikmati genggaman tangan Levi hingga Levi melepaskan tangan Zella dan kembali memegang kendali motornya. Tangan Zella masih tetap di dada Levi merasakan detak jantung dosennya.
Mereka terdiam, tetapi bahasa tubuh mereka yang saat ini saling bicara. Zella makin mengeratkan pelukannya dan membuat Levi makin tidak konsentrasi mengemudikan motornya. Levi pun menepikan motornya tepat disetengah perjalanan mereka.
"Kita istirahat dulu ya, takut kamu nanti capek." ucap Levi datar dan Zella hanya mengangguk. Levi mengajak Zella ke kedai es krim dan tentunya membuat mata Zella membulat sempurna karena ia sangat menyukai es krim.
"Biar saya yang traktir pak." tawar Zella yang tidak enak terlalu merepotkan Levi.
"Simpan saja uangmu," jawab Levi. Dan Zella memasukkan lagi dompetnya ke dalam tas.
Zella langsung memilih es krim kesukaannya dan memilih tempat duduk di samping jendela. Zella tidak berani memandang ke arah Levi karena merasa malu dengan apa yang dilakukannya di atas motor Levi.
"Zella." panggil Levi. "Are you okay?" tanya Levi melihat Zella yang diam sambil menikmati es krim.
"Yes, I'll be okay." jawab Zella tanpa melihat Levi.
Levi memegang dagu Zella dan mengangkat kepala Zella agar Zella menatap ke arahnya. Kini kedua netra mereka bertemu dan membuat Zella salah tingkah.
Levi mengusap bibir Zella dengan jarinya membuat jantung Zella berdegub kencang. "Kau tahu, bibirmu telah menempel di bibirku di alam bawah sadarmu, Zella." ucap Levi membuat Zella meremang. "Dan aku menikmatinya"
Kini Zella benar-benar terbius dengan usapan jari tangan Levi. "Izinkan aku melakukannya saat kau sadar, Zella." pinta Levi kemudian dan membuat Zella tidak mampu berkata apapun.
"Tidak disini, tapi di tempat dimana pertama kali bibir kita bertemu." ucap Levi dan membuat Zella membelalakkan matanya.
"Maksud Pak Levi?" tanya Zella sambil menjauhkan wajahnya dari tangan Levi.
"Lupakan kata-kataku, Zella." jawab Levi dan kembali menghabiskan es krimnya.
Lagi-lagi Zella dibuat kesal dengan perlakuan Levi. Ia pun kembali menikmati es krimnya dengan menyimpan perasaan kesal pada dosennya yang satu ini.
Setelah es krim Zella habis, ponselnya berdering dan Zella langsung mengangkatnya.
"Hallooo, Kak Leon." ucap Zella sengaja mengeraskan suaranya di depan Levi.
"Zella, kau dimana sekarang? Aku merindukanmu." ucap Leon diujung telefon.
"Aku juga merindukanmu, Kak Leon. Aku akan ke Bandung hari ini." ucap Zella dan membuat Leon sangat senang.
"Aku akan menunggumu, Zella." ucap Leon. Levi langsung merebut ponsel Zella dan memutus panggilan dari Leon.
"Ayo, kita lanjutkan perjalanan." ajak Levi sambil menarik tangan Zella.
"Ponsel saya pak." pinta Zella dan Levi malah memasukkan ponsel Zella ke dalam saku celananya.
"Ambil sendiri kalo mau." jawab Levi sambil memakai helmnya.
"Kenapa sih Pak Levi ngeselin banget." ucap Zella menepuk lengan Levi dan naik ke atas motor Levi.
"Mana mungkin saya merogoh saku celana bapak." ucap Zella kemudian.
Levi hanya tersenyum melihat Zella kesal. Ia menarik tangan Zella untuk memeluknya seperti tadi. Zella menarik tangannya tapi tarikan Levi lebih kuat dan Zella pun akhirnya mengalah.
"Jangan lepaskan kalo tidak mau jatuh." perintah Levi dan mulai memacu motornya lebih kencang. Zella mendengus kesal tapi tetap memeluk Levi dengan erat.
Mereka kembali terdiam dalam perjalanan hingga Zella tidak sadar ketika Levi mengarahkan motornya ke jalan menuju mansion Levi, bukan ke ruko Zella.
"Mampir dulu ya sebentar, mama pasti kangen sama kamu." ucap Levi.
Zella tidak menjawab dan mengikuti Levi masuk ke mansionnya. Benar saja, mama Karen dan Silla langsung menyambut kedatangan Zella dan mengajaknya untuk makan siang.
Mama Karen sengaja memasak makanan kesukaan Zella yang sama dengan favorit Silla.