kisah horor mendebarkan yang penuh dengan pemicu Adrenalin. Kisah ini menceritakan balas dendam seorang arwah gentayangan bernama Hapsari lewat tubuh Dira manusia yang baru dikenalnya tapi memiliki kemampuan melihat arwah.
Perjanjian antara Dira dan Hapsari mendekatkan Dira pada Dika mantan Hapsari selagi masih hidup.
Rasa cinta yang dimiliki Hapsari ternyata masih tidak bisa merelakan Dika ada di samping wanita lain.
Keinginan Hapsari adalah membalas dendam atas kematian nya dan mencari tahu siapa pembunuhnya dan itu semua harus Dira temukan.
Bagaimana petualangan Dira dalam mencari pembunuh Hapsari dan mengapa saa kot bersentuhan dengan Dika semua arwah tidak bisa Dira lihat ada apa dengan Dika.
JANGAN MEMBACA SENDIRIAN Di SAAT MALAM!!
UP JUM'AT INSYA ALLAH
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teror Kembali Datang
"Letakkan pistolnya." perintah Dira kepada Hapsari.
"Ra lu tuh jangan bodoh, Suruh Om ini janji dulu ke lu kalau bakal bebasin lu dan selidiki bajingan yang bernama Leo!" dengus Hapsari dengan hidung kembang kempis menahan amarahnya.
Setiap kali Hapsari mengingat peristiwa pembunuhan terhadap dirinya emosinya langsung tak terkontrol, ada gunung emosi yang seakan-akan siap meledak kapanpun untuk mengeluarkan larva amarahnya.
"Gue yakin dia salah satu yang bunuh gue, feeling gue kuat banget Ra." geram Hapsari mengerucutkan bibirnya dengan mata merah nya
"Oke, gue akan bicara sama Om polisi dan sampaiin apa mau lo." ucap Dira menyanggupi permintaan Hapsari.
Dira beralih pandang menatap Putra, kening Putra mulai terlihat basah oleh keringat dingin, matanya tampak sekali tegang begitu juga dengan kerut-kerut wajahnya.
"Hapsari minta Om janji lepasin Dira dan akan menangkap Leo karena dia yakin Leo adalah salah satu orang yang membunuhnya," apabila menyampaikan pesan Hapsari kepada Putra.
"Kalian berani mengancam polisi?" tanya Putra mulai emosi dalam paniknya.
"Bukan Dira Om, tapi Sari," saut Dira memprotes.
"Satu...," ancam Hapsari mulai menghitung.
"Jawab iya Om, dia mulai menghitung," Dira mulai cemas.
Putra masih terdiam dengan dada turun naik dan hembusan nafas yang terdengar jelas.
Alimi berusaha perlahan merayap mendekati pistol yang berada di depan Putra dengan mata yang sangat awas karena dia sadar kali ini musuh yang dihadapi bukan nyata tapi tak kasat mata.
Begitu jarak Alimi dengan pistol sudah mendekat, tangan alimi langsung menyambar pistol yang seakan sedang melayang di dekat pelipis Putra.
Di luar dugaan Putra dan Alimi ternyata pistol itu terlalu kuat digenggam Hapsari sehingga terjadi perebutan sengit antara Alimi dan Hapsari.
Putra ingin membantu Alimi tapi posisi pistol yang belum stabil dan masih terayun-ayun di udara mengarah ke dia membuat putra hanya bisa memutar bola matanya mengikuti arah pistol.
DORRR...PYAARRR
Bunyi letusan pistol menggema di ruangan introgasi hingga membuat semua petugas jaga yang saat ini ada di kantor kepolisian langsung bergegas menuju ruang interogasi dan mengarahkan pistol ke arah ruangan.
"Dobrak!" teriak salah satu komandan kepada anak buahnya untuk mendobrak pintu kamar introgasi.
BRAAKK
"ANGKAT TANGAN KALIAN DAN LETAKKAN PISTOL KALIAN!" teriak sang komandan menatap tajam kearah ruangan introgasi yang terlihat berantakan dengan cara satu kaca jendela udara pecah.
Suasana di Polsek terutama di ruang interogasi benar-benar tegang hampir semua petugas polisi di Polsek itu bersiaga dengan mengacungkan senjata ke arah ruang introgasi.
"Tahan! Jangan tembak!" teriak Putra yang tersungkur di lantai memeluk senjatanya di samping Alimi.
Dira berdiri mematung di tembok memandang ke arah samping lemari dengan tatapan mata tajam dan memerah menunjukkan kemarahannya.
"Mau sampai kapan Lo bikin masalah buat GUEE!" teriaknya melengking sambil menangis.
"Hiks hiks hiks hiks, Gue capek karena ulah Lo! Gue capek hiks hiks hiks," bentak Dira di sela Isak tangisnya.
Putra berdiri dia merasa kasian dengan Dira, sekarang dia baru menyadari betapa sulitnya jadi Dira yang terus diganggu dan di manfaatkan oleh arah Hapsari hingga selalu mendapatkan masalah yang timbul karena ulah Hapsari.
Putra mengusap lembut pundak Dira untuk menenangkan.
"Sudah coba hubungi keluarganya?" tanya Putra kepada Alimi.
"Sudah Bang," jawab Alimi.
"Tenangkan dirimu Dek, sekarang Om percaya sama kamu. Bilang sama temanmu, Om akan kejar dan tangkap para pembunuh dia sampai kasus ini tuntas," janji Putra.
"Maaf Ra, maafin gue." ucap Hapsari terduduk lemas di lantai menatap Dira penuh penyesalan.
Setelah Dira tenang Putra membawa Dira keluar dari ruang interogasi supaya Dira tidak semakin stress.
"Kamu duduk di sini sambil menunggu orang tuamu," kata Putra.
Dira mengangguk lemah, Hapsari yang ada di depan Dira selalu di acuhkan oleh Dira dan ini membuat dia merasa tidak nyaman.
"Ra, please," suara Hapsari serak memohon.
Dira diam tetap tak merespon kali ini hati Dira telah tertutup maaf untuk Hapsari. Tak berapa lama Lina datang dengan wajah sangat panik dia sedikit berlari memasuki kantor polisi.
"Pak di mana Dira putri saya? saya Lina mamanya," kata Lina dengan suara bergetar dan terlihat ada kenangan di sudut matanya.
"Mari saya antar Bu, Putri Ibu masih di ruang interogasi," jawab petugas jaga yang ada di ruang lobby Polsek.
Lina dan petugas polisi berjalan ke arah belakang menuju ruang interogasi, saat di lorong Lina melihat Dira terduduk dengan wajah tertunduk lesu.
"Dira sayanggg!" teriak Lina sedikit berlari menghambur langsung memeluk putrinya.
"MAMAAAA!" dia langsung berdiri dari duduknya dan menghambur dalam pelukan Lina.
"Hiks hiks hiks hiks, Rara takut Ma. bukan Rara yang lakuin semua itu Mama." ucap Dira tersedu di pelukan Lina.
"Mama tahu, kamu pasti takut sekali ya," ucap Lina menenangkan diri dengan mengusap-usap punggung Dira.
"Ibu maaf, silakan bawa Putri pulang di antara shock dengan kejadiannya ini. Maaf kami hanya mengikuti prosedur nanti sewaktu-waktu kalau ada panggilan tolong bawa dampingi Putri ibu ke sini saat pemeriksaan." pesan Putra.
Dira dan Lina berjalan keluar dari polsek pelukan masih belum berhenti menangis, Hapsari memandang kepergian mereka dengan sedih.
***
"Mah Dira izin ya hari ini nggak berangkat sekolah?"rengek Dira pada Lisa saat membangunkan Dira di kamarnya.
"Sayang, sebentar lagi kan mau ulangan umum. Kalau kamu nggak masuk nanti kamu banyak ketinggalan, apalagi kamu masih murid baru di sekolah itu." dengan lembut Lina memberikan pengertian kepada Dira.
"Dira malu Mah, pasti nanti banyak anak-anak yang pada ngejek Dira setelah kejadian kemarin di rumah Hapsari."Dira beralasan.
"Sayang, kamu nggak salah polisi juga udah tahu kalau kamu nggak salah. Jadi lupakan semuanya dan ingat kamu di sini adalah korban ngerti! Satu lagi pesan mama jangan berurusan dengan arwah gentayangan itu lagi," kembali Lina berpesan.
Dira menjawab dengan anggukan kepala.
"Sekarang Kamu cepat mandi, beres-beres habis itu sarapan. Nanti Mama akan nganterin kamu ke sekolah." perintah Lina sebelum pergi meninggalkan gambar Dira.
selama dalam perjalanan menuju sekolah wajah Dira terlihat masam.
"Udah jangan cemberut gitu Sayang, mau pergi ke sekolah kok kaya yang mau dibawa ke dokter gigi aja," goda Lina sang Mama.
"Badmood," Dira menjawab singkat sambil membuang mukanya ke samping.
Mendengar jawaban dan sikap putrinya Lina hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"MAMAA AWASSSS!" teriak Dira tiba-tiba membuat Lina menghentikan mobilnya mendadak.
Beruntung sekali jalanan tidak terlalu padat bahkan cenderung sepi, sehingga tidak terjadi kecelakaan beruntung karena mobil Lina yang berhenti mendadak.
"Sayang ada apa?"teriak Lina bertanya dengan panik.
"Mama nabrak orang barusan!" seru Dira panik.
Mereka berdua turun dari mobil untuk memeriksa bagian depan mobil. Bahkan Lina sempat memeriksa kolong mobil.
"Gak ada apa-apa Sayang," kata Lina.
"Yang bener mah? jelas-jelas tadi Dira lihat ada cewek yang tertabrak mobil kita.
Dira penasaran badannya setengah berjongkok melihat kolong mobil, karena dia yakin mobil mereka menabrak seseorang
"AAAAAA!" Dira berteriak histeris tubuhnya terhuyung ke belakang sambil menutup matanya.
"Dira ada apa?" tanya Lina terlihat panik.
"dibawa kolong Mah! Dia ada di kolong!" seru Dira sambil menutup matanya.
Lena mendongakkan kepalanya melihat ke bawah kolong mobil tapi dia tidak melihat apapun dan pada saat itulah menyadari ada hantu yang meneror putrinya lalu dia memeluk putrinya erat-erat.
"Ya Allah, lindungi Putri dari godaan setan yang terkutuk,"
-
-
Bersambung.
jangan lupa like rate favorit dan vote gratis nya 🙏.
terima kasih untuk yang sudah meninggalkan jejaknya 🙏
thanks buat reader setia 🙏🥰