Pradivta Anugra putra seorang pria yang belum menikah tiba-tiba mempunyai seorang putri yang sedang mengalami sakit.
Di pertemukan dengan seorang wanita bernama Ersya putri, seorang janda yang baru saja di ceraikan oleh suaminya satu bulan yang lalu dan di tinggal bertunangan.
Karena pertemuan mereka yang tidak terduga itu, membuat mereka terjebak ke dalam hubungan yang rumit
NB :
Maaf karya ini mungkin nanti up-nya tidak bisa setiap hari ya, harap maklum dan jangan di tagih up nya ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Undangan pertunangan
Setelah memastikan jika sahabatnya baik-baik saja, Ersya pun memutuskan untuk pulang
lebih dulu. ia hanya berjalan kaki.
Langkahnya berhenti saat sebuah mobil berhenti tepat di sampingnya, kaca mobil bagian
depan itu mulai turun, dan kepala seorang gadis kecil keluar dari dalam mobil
itu.
“Bidadali Iyya ….!” Panggil gadis kecil itu membuat senyum Ersya yang sempat pudar kini
terukir kembali.
“Om Langga …., Iyya mau tuyun ….!”
“Iya sebentar Iyya, biar om buka dulu pintunya!”
Seseorang segera turun dan berlari memutari mobilnya, Ersya mengenal siapa pria itu. Itu Rangga mantan Felic.
Setelah Rangga membukakan pintu mobil itu, Iyya dengan cepat berlari ke pelukan Ersya.
Ersya pun segera berjongkok.
“Iyya kok tahu sih kalau aku di sini?” tanya Ersya.
“Bidadali Iyya hiyang yagi ya cayapnya? Mom Eca cedih ya?” ucap Iyya sambil menakup pipi
Ersya dengan tangan mungilnya itu.
“Iyya kok tahu kalau mom Eca sedih …?”
“Iyya nggak cuka kalau mom Eca cedih …, jangan cedih ya …!”
“Mana mungkin mom Eca sedih kalau ada Iyya!”
Ersya pun segera mengangkat tubuh Iyya dalam gendongannya.
“Ga …, kenapa di sini?” tanya Ersya.
“Iyya lagi ngajak jalan-jalan!”
“Dan jalan-jalannya di sini?”
“Hanya ingin mengenang masa lalu saja, kamu sendiri ada apa di sini?”
“Lagi mau ke rumah Fe!”
“Ya udah aku antar sekalian ya!”
Ersya pun ikut dengan mobil Rangga. Ia duduk di depan bersama Iyya juga. Iyya begitu
senang bisa bertemu dengan Ersya, sepanjang jalan ia terus bercerita banyak
hal.
“Apa kamu sudah menerima sesuatu?” tanya Rangga kemudian.
“Apa?”
“Felic tidak memberi sesuatu padamu?”
“Tidak …! Apa?”
“Nanti juga di berikan sama Felic!”
Akhirnya mobil itu sampai juga di depan rumah Felic.
“Iyya …, mom Eca turun dulu ya, Iyya sama om Rangga lagi nggak pa pa ya!”
“Iyya mom …, nanti kita beltemu lagi ya mom!”
“Iya pasti …!”
Ersya pun segera turun dari mobil dan melambaikan tangannya saat mobil itu mulai
meninggalkannya. Ersya sudah sampai lebih dulu di rumah felic.
“Sya …, kamu sendiri? Mana Felic?” tanya ibu Felic saat Ersya mulai memasuki rumah
itu. Ia sebenarnya hendak lewat tangga depan rumah tapi saat hendak naik, ibu
Felic keluar dari dalam rumah.
“Ada deh, tan! Jangan khawatir dia sama orang yang tepat!” ucap Ersya.
“Maksudnya?”
“Nanti tante juga tahu sendiri, aku masuk kamar Felic dulu ya, Tan!”
Ersya pun segera berlari ke atas dan masuk ke kamar Felic, ia merebahkan tubuhnya di
atas tempat tidur Felic.
“Beruntung sekali Felic, punya suami yang benar-benar sayang sama dia!” ia kembali
mengingat bagaimana bahagianya dulu dengan suaminya. Dan sekarang tinggal
kenangan.
“Ihhhhhh …., sebel …!” ucap Ersya sambil menelungkup kan kepalanya dan menutup kepalanya dengan bantal, tapi ada yang keras di balik bantal itu membuat Ersya kembali
mengangkat kepalanya. Ia duduk dan memeriksa apa yang ada di bawah bantal itu.
“Undangan?”
Air matanya seperti luluh begitu saja saat membaca nama yang tertera di dalam undangan itu. Nama yang selama ini selalu menempati tempat yang begitu istimewa di hatinya, kini tertera di undangan itu bersanding dengan nama orang lain. Ia kembali mengingat kenangan-kenangan indah yang telah mereka lalui dulu, ia bahkan memutuskan menikah muda dengan pria itu tapi semua itu seakan tidak
berarti lagi bagi pria yang sekarang sudah berubah statusnya menjadi mantan.
Bukan cuma mantan pacar, tapi mantan istri, rasanya lebih menyakitkan dari
sebuah pisau yang menghunus langsung ke jantungnya.
Ia kan hidup menjadi seorang janda tanpa anak, orang-orang akan mengatakan kalau
mungkin saja ia tidak bisa menjadi seorang ibu, itu adalah gelar yang akan membuatnya semakin terpuruk, ia tidak mungkin bisa membungkam mulut mereka satu persatu, karena mereka punya hak untuk bicara.
Hiks hiks hiks
“Mas Rizal bener-bener tega sama aku ….!” Rancau Ersya di sela tangisnya, ia bahkan
sampai meremas undangan itu, rasanya seperti di terpa ribuan peluru yang langsung
menghujam ke jantungnya dan itu tidak hanya sekali, sampai ribuan kali.
“Apa salahku sebenarnya hingga kau memutuskan untuk meninggalkan ku mas?” rancau
Ersya lagi dengan suara seraknya karena terlalu banyak menangis. Sebelum ini ia
sudah menangis hingga berkali-kali, dan menangis lagi.
Sampai ia tidak menyadari jika Felic dan suaminya sudah kembali. Sebenarnya ia tidak
ingin menangis di depan mereka tapi mereka terlanjur melihatnya.
“Sya …, kamu kenapa?” tanya Felic, dokter Frans pun mempercepat langkahnya karena
Felic dalam gendongan suaminya itu.
Dokter Frans menurunkan Felic di samping ersya, “Sya …?” tanya Felic lagi sambil
memegang bahu Ersya yang masih bergetar.
Ersya segera memeluk felic, “Gue kalah Fe!” ucap Ersya sambil kembali menangis
tersedu di pelukan Felic, Felic hanya bisa memeluk sahabatnya itu dan mengusap
punggungnya berharap sahabatnya itu bisa lebih tenang. Ia melihat apa yang di
pegang Ersya, sekarang ia baru tahu apa yang membuat sahabatnya itu menangis.
“Nggak ada gunanya, Sya nangisin cowok kayak gitu! Cowok kayak gitu mesti kita
hempaskan!” ucap Felic sambil melirik pria yang sedang berdiri tidak jauh dari mereka, seperti mengatakan jika itu juga berlaku untukmu. Dokter Frans hanya
berdehem dan mencoba mengalihkan perhatian. Ia memilih duduk di kursi kecil dan
pura-pura sibuk dengan ponselnya walaupun telinganya terus mencuri dengar.
“Mana bisa Fe, gue nggak se-tegar lo Fe, ini sudah yang entah berapa ribu kalinya gue menangis!”
“Jangan gitu Sya, lo itu cantik, lo menarik, lo pinter, berpendidikan, lo nggak kalah sama cewek itu, dia cuma menang harta doang, harta bisa di cari. Jadi jadikan
itu sebagai senjata!” ucap Felic lagi membuat Ersya melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya.
“Bagaimana caranya Fe?” tanya Ersya, ia memang pintar tapi tidak secerdik Felic.
“Lakukan hal yang sama di depan pria brengsek itu!”
“Maksudnya?” tanya Ersya penasaran, ia pun mengusap sisa air matanya.
“Lo harus cari cowok yang lebih dari dia, minimal sederajat lah sama dia! Menurut gue lo nggak bakalan susah untuk lakuin hal itu!” ucap Felic dengan penuh
kepastian.
“Mana bisa secepat ini gue dapet cowok, apa lagi gue kan janda!lagi pula hati gue juga belum siap Fe!”
“Siapa suruh lo pakek hati! Jangan pakek hati Sya!” ucap Felic.
“Mana bisa …, emang ada pria yang mau berhubungan sama wanita tanpa menyertakan hati?”
“Ada!” ucap felic dengan pasti.
“Siapa?” tanya Ersya lagi, bukannya menjawab Felic menatap seorang pria yang sedang duduk sambil sibuk dengan ponselnya itu, Ersya pun akhirnya juga menatap ke
titik yang sama. Merasa suasana menjadi hening membuat dokter Frans tertarik
untuk melihat mereka, ia mengerutkan keningnya bingung saat dua wanita itu menatap
padanya.
“Apa?” tanya dokter Frans.
“Lo yakin Fe?”
“Yakin seyakin-yakinnya!” ucap Felic.
“Maksudnya jadi pacar bohongnya Ersya?” tanya dokter Frans lagi dan dua wanita itu
mengangguk.
“Nggak!” ucap dokter Frans dengan begitu tesa, “Gue nggak mau ikutan kegilaan kalian ya,
nggak ada! Aku cuma milik felic, nggak ada di bagi-bagi!” ucap dokter Frans.
“Sekarang aja gitu, coba kemarin-kemarin!” gerutu Felic lirih.
“Aku dengar ya!” ucap Felic sambil melotot pada suaminya itu.
“Sudah cukup, kalian jangan bertengkar lagi, kita harus memikirkan cara lain! Lagi
pula itu juga nggak mungkin, suamimu selengekan gitu, emang sih ganteng tapi
nggak yakin bisa pegang rahasia!” ucap Ersya.
Hehhhh
….
Mereka berdua menghela nafas dalam bersama-sama lalu menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur, kini mereka tiduran bersamaan kecuali tentunya dokter Frans.
Setelah posisinya aman dokter Frans kembali duduk dan sibuk dengan game nyang ada di
ponselnya. Ia ingin mendengar kelanjutan perdebatan mereka.
“Kita akan datang ke sana, dan buktikan padanya kalau kita baik-baik saja!” ucap
Felic tiba-tiba, membuat dokter Frans kembali melotot. Tapi ia berusaha keras menahan mulutnya agar tidak bicara agar ia bisa mendengar kelanjutan rencana
mereka.
“Mana bisa …., lo tega biarin gue datang sendiri dan liat mereka bergandengan! Sakit
banget pasti!” ucap Ersya sambil memegangi dadanya, yang walaupun hanya
membayangkan saja dadanya sudah begitu sesak.
“Siapa bilang lo bakal datang sendiri! Lo harus cari cowok yang mau datang sama lo,
selain Frans tentunya buat pura-pura jadi cowok lo, syukur-syukur itu beneran!”
“Lo buat gue tambah pusing Fe, dari mana gue bisa nemuin cowok secepat ini! Laki lo
aja nggak mau, emang lo masih punya stok cowok buat gue?”
“Rangga!” ucap Felic kembali sambil tersenyum penuh arti, ia juga menganggukkan
kepalanya.
“Maksudnya?”
tanya Ersya, membuat dokter Frans melotot pada istrinya.
“Iiiissstttt…., apaan sih Frans!?” gerutu Felic karena mendapat pelototan dari suaminya
itu. Ucap dokter Frans.
“Iiistttt
…, aku kan cuma ngasih saran lagian bukan buat aku, nggak sampek meluk
orangnya!”
“Jangan
mulai ya! Aku pernah liat kamu meluk dia lama banget!” ucap dokter Frans yang
tidak mau kalah.
Ersya
hanya bisa mangap-mangap aja karena tidak punya kesempatan untuk bicara di
tengah perdebatan mereka.
Melihat perdebatan mereka semakin sengit saja Ersya jadi berkewajiban untuk
menghentikan perdebatan mereka.
“Stoooppppppp!”
teriak Ersya membuat dua orang yang saling berdebat itu diam sekita.
“Kalian
benar-benar seperti anak kecil semua ya!” ucap Ersya kesal, “Dengerin gue, ini
nggak akan bikin kalian bertengkar lagi, ok!”
“Dia
begitu banget nanggepinya denger nama Rangga! Bikin kesel aja!” gerutu dokter
Frans kesal. Ia masih tidak rela jika mengingat pria itu.
“Lo
nggak cemburu kan fe?” tanya Ersya pada Felic.
“Cemburu
kenapa gue? Jangan macam-macam ya Sya!” ucap Felic. “Emang rencana lo apa sih
Sya?”
“Ya
kali aja lo cemburu Fe!”
“Bukan cemburu mimin …, tapi lo yakin kalau
mas Rizal nggak bakalan tahu? Undangan itu yang gasih rangga loh!” ucap felic
memastikan.
“Jadi
lo nggak cemburu?” tanya ersya lagi dan kali ini langsung mendapat tanggapan
dari dokter Frans.
“Kalian
bener-bener ya, nggak nganggep banget gue ada!” ucap dokter Frans.
Ha
ha ha ….
Dan
langsung di sambut tawa Ersya dan Felic.
“Ya
udah …! Gue pulang ya!” ucap Ersya sambil menyambar tasnya, ia segera
meninggalkan pasangan suami istri itu.
Ia juga tidak lupa membawa undangan yang di tujukan kepadanya. Ia harus menyiapkan
semuanya sebelum menghadiri pertunangan mantan suaminya yang baru beberapa
bulan lalu.
Bersambung
Jangan lupa untuk kasih dukungan untuk author dengan memberikan like dan komentar nya ya kasih Vote juga yang banyak ya
Follow Ig aku ya
tri.ani.5249
Happy Reading 🥰🥰🥰🥰