NovelToon NovelToon
Bukan Sistem Biasa

Bukan Sistem Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Kultivasi Modern / Dikelilingi wanita cantik / Sistem
Popularitas:18.2k
Nilai: 5
Nama Author: Sarif Hidayat

Beberapa bulan setelah ditinggalkan kedua orang tuanya, Rama harus menopang hidup di atas gubuk reot warisan, sambil terus dihantui utang yang ditinggalkan. Ia seorang yatim piatu yang bekerja keras, tetapi itu tidak berarti apa-apa bagi dunia yang kejam.
​Puncaknya datang saat Kohar, rentenir paling bengis di kampung, menagih utang dengan bunga mencekik. Dalam satu malam yang brutal, Rama kehilangan segalanya: rumahnya dibakar, tanah peninggalan orang tuanya direbut, dan pengkhianatan dingin Pamannya sendiri menjadi pukulan terakhir.
​Rama bukan hanya dipukuli hingga berdarah. Ia dihancurkan hingga ke titik terendah. Kehampaan dan dendam membakar jiwanya. Ia memutuskan untuk menyerah pada hidup.
​Namun, tepat di ambang keputusasaan, sebuah suara asing muncul di kepalanya.
​[PEMBERITAHUAN BUKAN SISTEM BIASA AKTIF UNTUK MEMBERIKAN BANTUAN KEPADA TUAN YANG SEDANG PUTUS ASA!
APAKAH ANDA INGIN MENERIMANYA? YA, ATAU TIDAK.
​Suara mekanis itu menawarkan kesepakatan mutlak: kekuatan, uang,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarif Hidayat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28 memberi pelajaran pada deni

​"Siapa yang Anda sebut sampah, hah?" Deni membentak seketika, rona merah menyelimuti wajahnya akibat luapan amarah yang tersulut.

​[DING! Misi untuk Tuan Rumah: Kalahkan Deni dengan santai dan buat dia malu di depan umum. Hadiah Keberhasilan: Surat izin resmi pindah sekolah dari SMA Bakti.]

​"Apa... apa Sistem serius?" Rama sedikit tersentak mendengar pengumuman internal itu.

​[DING! Sistem tidak akan melakukan kebohongan seperti yang sering dilakukan oleh bangsa manusia.]

​Jawaban mutlak dari Sistem seketika membungkam Rama. Ia terpaku, kata-kata itu benar-benar mengunci lidahnya.

​"Hei, bodoh! Apa kau tidak mendengarku, hah? Siapa yang kau katakan sampah?" Deni mengulang bentakannya, kesal karena Rama hanya diam, seolah mengabaikan kehadirannya.

​"Ckck... menurutmu, di sini siapa yang pantas disebut sebagai sampah? Apa kamu tidak sadar sejak tadi kamu terus menggonggong seperti anjing tak diberi makan. Jadi... menurutmu... siapa sampah itu?"

​Mendengar ucapan Rama, semua siswa dan siswi yang semula saling berbisik langsung terdiam. Mereka tidak menyangka Rama akan melontarkan kata-kata sebegitu beraninya kepada Deni, putra kepala sekolah.

​"Bajingan... apa katamu?" Deni sontak naik pitam.

​"Oh, rupanya masih kurang jelas," ujar Rama, kali ini menatap pemuda itu dengan sorot mata dingin namun santai. "Baiklah, aku akan mengatakannya sekali lagi, semoga telingamu masih berfungsi baik. DENI, AKU MENGATAKAN KAU ITU TIDAK LAIN ADALAH SAMPAH." Rama sengaja meninggikan suaranya, memastikan tidak ada satu pun murid di sana yang luput mendengarnya.

​"Cari mati!" raung Deni. Ia langsung mengepalkan tinjunya dan maju mendekati Rama, diikuti oleh para pengikutnya.

​"Ka-kalian! Apa yang ingin kalian lakukan?" Bela segera maju ke hadapan Rama, merentangkan kedua tangannya. "Deni, kamu jangan keterlaluan! Di sini banyak saksi mata. Jangan mentang-mentang kamu anak kepala sekolah, kamu bisa berbuat semaumu di sekolah ini. Aku—aku akan melaporkanmu pada Guru BK!"

​Deni menyeringai ke arah gadis itu. "Menyingkirlah, Bela. Aku tidak ingin menyakiti seorang wanita."

​"Tidak! Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti Kak Rama," ucap Bela dengan penuh keberanian.

​Deni memberi isyarat kepada kelompoknya untuk mengurus gadis itu. Tiga orang murid segera mendekati Bela, sementara Deni menantang Rama.

​"Rama, apa kamu hanya bisa bersembunyi di balik ketiak wanita? Kemarilah, lawan aku jika kamu seorang pria! Bukankah kamu baru saja berani mengataiku sampah? Mari kita lihat siapa sampah itu sebenarnya!"

​"Deni, kau...?" Bela menggertakkan giginya menahan marah. Namun, sebuah tangan lembut menyentuh pundaknya dari belakang.

​"Kamu mundurlah sedikit. Biar aku yang mengurus mereka," kata Rama.

​"Kak, jangan meladeni mereka! Nanti Kak Rama sendiri yang akan terkena masalah!" Bela cemas, teringat dulu Rama pernah dipukuli oleh Deni dan kelompoknya. Ia belum tahu bahwa Rama kini adalah seorang kultivator; menghadapi Deni dan pengikutnya hanya membutuhkan sedikit kekuatan fisik yang disalurkan.

​"Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja..Lagipula, setelah ini aku tidak akan berurusan dengan mereka lagi," jawab Rama, menatap gadis itu lembut namun penuh keyakinan, yang membuat Bela terdiam.

​"Haha, bagus! Itu yang aku suka!" sahut Deni, senang melihat Rama akhirnya terpancing. Ia yakin akan bisa mempermalukan pemuda itu seperti dulu. "Kalian semua, beri dia pelajaran!" Deni memerintah tiga murid pengikutnya.

​Ketiganya yang sudah dekat dengan Rama langsung menyeringai. Salah satu dari mereka berkata, "Rama, seharusnya kau masih ingat bagaimana rasanya dipukul olehku, bukan? Aku harap kali ini kamu tidak menyerah seperti waktu itu."

​Rama menggelengkan kepalanya pelan. "Semoga setelah ini... kalian tidak lagi melakukan perundungan terhadap murid lain."

​Wusss...

​Setelah berkata demikian, Rama langsung bergerak sangat cepat hingga ketiga murid itu hampir tidak dapat melihatnya.

​Bugh!

Bam!

Bruk!

​"Akhhh... pe-perutku..."

​"Ka-kau...? Akh, sa-sakit sekali..."

​"Uhuk..."

​Hanya dalam waktu singkat, dengan satu gerakan eksplosif, ketiga siswa itu ambruk begitu saja. Mereka berguling di lantai, merintih kesakitan di perut mereka. Keterkejutan terlihat jelas di wajah mereka; mereka tidak menyangka Rama akan bergerak secepat itu dan menghantam perut mereka.

​"Ap-apa yang terjadi?" bisik salah satu murid yang menonton. Jelas mereka semua terkejut.

​Awalnya mereka berpikir akan ada tontonan seru, sebab Deni dan kawanannya hampir setiap hari terlibat perkelahian, dan biasanya setiap siswa yang melawan mereka akan berakhir cedera. Namun, apa yang mereka saksikan kali ini berbeda dari biasanya.

​Suasana seketika menjadi hening. Hanya rintihan kesakitan ketiga siswa yang berguling di lantai yang terdengar.

​Bela terkejut dan tak bereaksi. Ia tidak menyadari kapan Rama bergerak. Bahkan ketiga temannya sampai bengong, menutup mulut karena ikut terkejut, padahal posisi mereka cukup dekat dengan Rama.

​"Astaga... dia—dia begitu cepat dan kuat!" seru salah satu siswi, menyadarkan semua orang dari keterkejutan.

​"Sekumpulan murid yang mengikuti perintah orang bodoh, dan kalian bertiga bisa dikatakan orang bodoh dari yang paling bodoh," ucap Rama datar, lalu berjalan mendekati Deni yang masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.

​"Kau—bedebah! Apa yang kau lakukan pada mereka?" Amarah Deni langsung meluap melihat ketiga temannya berguling kesakitan.

​"Apa yang aku lakukan? Tentu saja memberi mereka pelajaran, agar tidak lagi mau menuruti perintah orang bodoh sepertimu," jawab Rama santai, membuat Deni langsung menerjangnya dengan cepat.

​"Bangsat!" makinya, segera melancarkan serangan.

​Wusss...

​Rama bergerak ke samping, menghindari tinju Deni. Deni, yang merasa tinjunya dapat dihindari dengan mudah, melayangkan serangan sekali lagi. Namun, Rama kembali menghindar dengan santai. Hal itu membuat Deni semakin marah.

​"Sialan! Apa kamu hanya bisa menghindar, hah? Lawan aku jika kau berani!"

​Rama menatap pemuda itu acuh tak acuh. "Kamu sendiri yang memintanya."

​Wusss!

​Plak! Secara mengejutkan, Rama langsung menampar wajah Deni. Tamparan itu membuatnya terkejut dan langsung terhuyung ke belakang.

​"Kau... kau berani menamparmu?" Deni terkejut, bukan hanya karena kecepatan Rama yang tak bisa ia hindari, tetapi juga karena satu tamparan itu membuat pandangannya terasa berkabut.

​"Aku bahkan bisa saja membuatmu terbaring di rumah sakit jika aku mau," ucap Rama, kembali menampar pipi kiri Deni.

​Plak!

​Lalu, ia menampar untuk ketiga kalinya tanpa Deni bisa menghindar.

​Plak!

​"Kau—" Deni hendak membuka mulutnya lagi, namun kali ini Rama langsung menghantam wajahnya dengan tinju.

​Bam!

​Detik itu juga Deni langsung mundur beberapa langkah, sebelum akhirnya terjatuh. Kedua pipinya membengkak, dan darah mengucur keluar dari hidungnya.

​"Akhhhh..." teriaknya, sembari memegangi wajah. Pandangannya semakin kabur, samar-samar ia melihat Rama kembali mendekatinya.

​"Deni, mungkin selama ini aku hanya bisa diam ketika kamu terus mengganggu ku di sekolah ini, tetapi bukan berarti aku akan tetap diam sampai akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari sekolah ini."

​"Kamu mengatakan sebelumnya aku datang ke sekolah ini untuk memohon pada ayahmu agar tidak mencabut beasiswaku, bukan?"

​"Biar aku perjelas padamu. Aku datang bukan untuk beasiswa ataupun meminta kesempatan agar tidak dikeluarkan dari sekolah ini. Tetapi, aku datang untuk berpamitan pada semua guru dan meminta surat izin resmi untuk pindah dari sekolah yang tidak memiliki aturan ini."

​"Deni, awalnya aku sudah melupakan masalah antara kita—oh, tidak. Maksudku, masalah yang telah kamu perbuat padaku. Tetapi, rupanya kedatanganku ini tidak membuatmu berhenti menggangguku. Oleh karena itu... anggap saja, pukulan ini adalah hadiah perpisahan dariku."

​Ucapan panjang lebar Rama membuat Deni terdiam, begitu pula semua siswa-siswi yang berada di sana.

​Tepat ketika Rama akan berbicara kembali, sebuah teriakan dari lorong ruang kepala sekolah terdengar.

​"BERHENTI! APA YANG TERJADI DI SINI!"

1
Was pray
amat pendek
Cihuk Abatasa (Santrigabut)
lanjut
Memyr 67
𝖽𝗂𝗍𝗎𝗇𝗀𝗀𝗎 𝗄𝖾𝗅𝖺𝗇𝗃𝗎𝗍𝖺𝗇𝗇𝗒𝖺
Was pray
ceritanya lumayan menarik tapi up nya gak pasti
Memyr 67
𝗇𝖺𝗆𝖺 𝗍𝖾𝗆𝖺𝗇 𝖺𝗒𝖺𝗁𝗇𝗒𝖺 𝗋𝖺𝗆𝖺 𝗌𝗎𝗉𝗋𝗂𝖺𝖽𝗂 𝖺𝗍𝖺𝗎 𝗌𝗎𝗁𝖺𝗋𝖽𝗂? 𝗄𝗈𝗄 𝗀𝖺𝗇𝗍𝗂 𝗀𝖺𝗇𝗍𝗂?
Akamcad949: ah terimkasih udah di kasih tau, maaf mungkin ada sedikit typo di sana🙏
total 1 replies
kenzo
crazy up Thor
TUAN AMIR
mantap Thor. sambung lagi. ceritanya menarik 👍👍
Fatkhur Kevin
deni sampah
Saepul Laut
mantap bos ku
Rhagiel
saya sih oke....hihihiiiiii 🫣
Abdul Khoidir Hatala
keren
Abdul Khoidir Hatala
lanjutkan Thor
Durma Imamudin
cukup menghibur
Andira Rahmawati
buah naganya buat bela aja ..q juga suka☺️..
lanjut thorrrr💪💪💪
Andira Rahmawati
cerita yg menarik...👍👍👍
Cihuk Abatasa (Santrigabut)
Nice Thor
Santoso
Kayak jadi ikut merasakan cerita yang dialami tokohnya.
shookiebu👽
Keren abis! 😎
Odalis Pérez
Gokil banget thor, bikin ngakak sampe pagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!