Bertemu Jodoh Di Desa

***

Malam hari, di luar sedang turun hujan. cukup lama karena dari sore sampai sekarang jam setengah delapan malam masih hujan.

Raga sedang di dapur, ia sedang mengukus ubi jalar dan singkong. sementara kakek neneknya sedang berada di ruangan tengah, seperti malam-malam sebelumnya. sebelum tidur pasti mereka bakalan nonton sinetron dulu.

Raga nunggu kukusan nya matang sambil bermain games di ponsel nya, tadi sore ada DM masuk lagi ternyata masih orang yang sama, yaitu Nisa dengan akun baru.

Kali ini Raga tidak memblokir akun tersebut, ia membiarkan nya. lagian pengaturan notifikasi nya sudah di setting ulang oleh Raga, jadi kalau ada DM masuk tidak akan pernah muncul di layar ponsel nya.

Raga juga buka akun media sosial nya gak setiap hari, kalau lagi butuh atau gabut baru ia buka.

Beberapa menit kemudian, kukusan nya sudah matang. Masing-masing raga bagi dua, ubi jalar yang ia pisahkan, di hancurkan di tambah pakai tepung tapioka dan sedikit gula, setelah itu ia goreng. kalau singkong rebus juga di bagi dua, ia goreng biasa.

Sebenarnya bisa saja saat masih mentah langsung di goreng, tapi raga tidak mau, ia lebih dulu di kukus dulu.

Yang tidak di goreng nya Raga berikan kepada kakek neneknya.

Setelah selesai goreng menggoreng, ia bawa keruang tengah dan ikut bergabung dengan Kakek neneknya.

“Padahal pake isian coklat terus laurnya pake tepung panir parti lebih enak.” ucap nek intan mencoba makan ubi goreng nya.

“Coklatnya gak ada, malas belinya juga.” balas Raga.

Sebelum bicara, kek Dani meminum teh hangat nya dulu, “Tadi katanya dokter Nisa kesini lagi ya.” kek Dani melirik cucunya, “kalau besok kesini lagi jangan ngumpet.”

“kalau gak ngumpet, nanti bakalan ngomong terus.” ucap Raga.

“biarin, nanti juga kalau capek bakalan berhenti sendiri.” balas kakeknya.

nek intan menatap kesal suaminya. “yang dengerin dia ngoceh itu bukan Raga, tapi aku.”

Kemudian pandangan nya beralih ke Raga, “waktu ikut kesini juga, nenek kaget ternyata dia banyak ngomong, lebih ke pamer sih.”

“pamer gimana?” tanya Raga.

“Pamer soal pencapaian nya, soal keluarganya.” jawab nek intan. nek intan melebarkan matanya, “nenek baru ingat, waktu itu dia bilang kalau keluarga nya setiap minggu rajin pergi ke gereja.”

“berarti nonis dong, tapi kok namanya Nisa” ucap kek Dani, “kakek baru dengar ada nama Nisa selain di Islam, apa memang kakek kurang update ya?”

Raga terkekeh, tadi siang ia yang memikirkan soal nama Nisa. “Mungkin orang tuanya pengen pakai nama itu, lagian di Agama kita juga banyak kok yang pake nama di alkitab, yang penting punya arti baik.”

“terus kamu sama bulan sering tukar pesan atau teleponan?” tanya nek intan.

Raga menggelengkan kepalanya, “gak pernah kalau bukan yang penting-penting amat.”

“dia cantik dan baik, beneran kamu gak tertarik?” tanya nenek nya lagi.

“di luaran sana juga banyak kok perempuan cantik terus baik, tapi buktinya aku gak tertarik sama sekali. Bukan berarti gak suka perempuan, cuma belum aja.”

Kek Dani memicingkan matanya, “Beneran kamu masih suka perempuan?”

Raga menghela nafasnya, “Ya ampun kek, serius aku masih normal.”

Kek Dani mengangkat bahunya acuh, “ya kan kakek cuma takut aja, kalau kamu gak normal mau kakek bawa ke pesantren yang ada di RT sebelah, biar di rukiah sama pak kiyai.”

Raga tidak marah di tuduh begitu, soalnya sudah biasa dari dulu juga. Banyak teman-teman nya yang menuduhnya gak normal, padahal ia masih suka perempuan.

“Kalau Naura gimana?” tanya nek intan.

“gak gimana-gimana, lagian kalau ada perempuan yang aku suka, pasti bakalan ngasih tahu Kakek sama nenek.” jawab raga.

“pokoknya kamu harus nikah pas nenek sama kakek masih ada,” ucap nek intan.

“Raga usahain.” balas Raga.

Ia juga pengennya begitu, tapi kita gak akan tahu soal umur. Raga berharap saat dirinya nikah nanti, Kakek neneknya masih sehat.

“memang nya kamu nyari yang gimana?” tanya kek Dani.

“Ya nyari yang gak jijian, cantik itu no sekian, yang penting cantik hatinya.” jawab Raga.

“berhijab atau nggak?” tanya nek intan.

“bebas”

Terlihat nek intan dan kek Dani saling tatap, “sebenarnya kita udah punya beberapa nama perempuan yang menurut kita cocok buat kamu, tapi nanti kasih tahu nya pas kamu udah siap nikah.” ucap kek Dani.

“masih orang sini?” tanya Raga.

“ada yang orang sini ada juga yang dari luar kota.” jawab kek Dani.

Raga tidak tahu harus merespon seperti apa lagi, ternyata Kakek nenek nya sudah mulai mencari perempuan untuk dirinya.

Raga juga yakin, pasti orang tuanya juga begitu. tidak jauh berbeda, orang yang mau di kenalkan nya itu pasti anak dari kenalan mereka.

*

Raga baru akan tidur di jam sepuluh malam, malam ini ia sedikit kesulitan untuk tidur. biasanya semenjak tinggal di desa, jam sembilan Raga sudah tidur. Beda lagi kalau pas masih di jakarta, ia akan kuat sampai jam satu dini hari. dan itu biasanya sedang memeriksa tugas para mahasiswa nya.

“biasanya kalau sudah tidur gini minun coklat panas, tapi disini gak ada coklat buat di seduh nya” gumam Raga.

sudah beberapa kali mengubah posisi tidur nya, tapi tetep sama belum ngantuk. Raga mengambil ponselnya karena tak sengaja mendengar dering telepon.

Pas di cek ternyata Dareen, kenapa temannya itu sekarang sering menghubungi nya.

Dareen : “Hallo, gue gak ganggu kan? ”

Raga : “nggak, gue juga belum tidur”

Dareen : “Gue mau ngasih tahu kalau rencana ke tempat Lo nya di undur, gue mau bareng sama orang tua Lo."

Raga : “Lo ketemu sama orang tua gue?”

Dareen : “ketemi tadi sore, katanya mau jenguk teman nya yang lagi sakit.”

Raga ; “mumpung Lo nelepon, gue mau minta saran biar cepat ngantuk.”

Dareen : “oh itu mah gampang, kalau gue buka aplikasi toktok terus cari ASMR spa, pasti Lo bakalan ngantuk. kalau gak punya aplikasi nya, di Yo*Tub* juga banyak.”

Raga :“oke, gua cari nanti”

Dareen : “gue tutup ya, soalnya ini baru mau balik.”

setelah panggilan terputus, Raga langsung membuka aplikasi yang tadi Dareen sebut. Ia mulai mencari saran dari Dareen, ternyata isinya ada yang l

perempuan ada juga yang laki-laki.

Raga mau mencoba yang costumer nya laki-laki, tapi yang kerjanya perempuan. lima menit masih segar matanya, sepuluh menit sudah mulai ngantuk, dan di menit lima belas, baru raga mulai memejamkan matanya.

Ternyata berhasil, Raga membiarkan ponselnya menyala saat ia mulai pindah ke dunia mimpi.