NovelToon NovelToon
Menjadi Sekretaris Bos Mafia

Menjadi Sekretaris Bos Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Mengubah Takdir
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Rizky Handayani Sr.

Xera Abilene Johnson gadis cantik yang hidup nya di mulai dari bawah, karena kakak angkat nya menguasai semua harta orang tua nya.
Namun di perjalanan yang menyedihkan ini, Xera bertemu dengan seorang pria dingin yaitu Lucane Jacque Smith yang sejak awal dia
menyukai Xera.
Apakah mereka bisa bersatu?? Dan jika Xera mengetahui latar belakang Lucane akan kah Xera menerima nya atau malah menjadi bagian dari Lucane??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizky Handayani Sr., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28

Udara Swiss dingin tapi segar. Langit cerah biru, salju putih menyelimuti atap-atap kota Lucerne. Lucane dan Xera berjalan bergandengan tangan di sepanjang jalan butik.

Para pejalan kaki sesekali melirik mereka pria tampan tinggi dengan coat hitam mahal, dan wanita berwajah lembut yang tampak sedikit malu-malu.

Xera menatap etalase butik yang penuh gaun cantik. Lucane memperhatikan matanya yang berbinar.

“Mau masuk?” tanya Lucane

Xera buru-buru menggeleng.

“Ah, tidak terlalu mahal” jawab Xera cepat

Lucane menarik tangannya lembut.

“Aku bilang belilah apa pun yang kau suka. Kau istriku.” Ucap Lucane

Xera menatapnya, setengah protes.

“Aku tidak ingin menghabiskan uangmu hanya karena aku”

Lucane mencubit ujung dagunya pelan.

“Uangku sekarang uangmu juga, Xera. Masuklah.”

Di dalam butik, Xera tampak kikuk saat seorang pramuniaga mengulurkan beberapa gaun. Lucane duduk di sofa mewah, kaki disilangkan, sambil memandanginya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu.

Saat Xera keluar mengenakan gaun merah marun, Lucane tertegun. Dia berdiri, matanya langsung menyapu Xera dari atas ke bawah.

Lucane dengan suara rendah“Jangan kenakan gaun itu kalau kau tidak mau kubawa pulang langsung sekarang.”

Xera membeku. Pipi memerah.

“Lu… Lucane!”

Lucane tertawa pelan, suaranya rendah. Dia meraih tangan Xera dan mengecup punggungnya.

“Cantik sekali. Ambil yang ini. Dan semua yang kau suka.”

Xera menatapnya dengan mata berair, campuran malu, bahagia, dan sedikit kewalahan.

“Kenapa kau begitu baik padaku?” tanya Xera

Lucane hanya menatapnya penuh rasa.

“Karena kau satu-satunya alasan aku ingin tetap jadi manusia.”

Xera yang mendengar itu sedikit malu dengan ucapan suami nya itu. Lalu dia mengambil beberapa gaun untuk dia beli dan melakukan pembayaran.

* * * *

Setelah belanja, mereka duduk di restoran pinggir Danau Lucerne. Airnya biru memantul cahaya matahari musim dingin. Angin dingin membuat Xera merapatkan syalnya. Lucane langsung memeluk bahunya, menjaga tubuh Xera tetap hangat.

Xera menyandarkan kepala nya “Aku tidak ingat kapan terakhir aku merasa bebas seperti ini.”

Lucane mengusap rambutnya lembut.

“Nikmatilah. Kita hanya punya sedikit waktu sebelum pulang. Dan aku ingin kau punya kenangan indah di Swiss.”

Pelayan datang membawa pasta hangat dan steak. Lucane membantu Xera memotong daging. Sesekali mereka saling suap. Wajah Xera merah setiap kali pelayan menatap mereka sambil tersenyum simpul.

“Kau terlihat sangat berbeda saat seperti ini.” Ucap Xera

“Seperti apa?” tanya Lucane

“Seperti suami. Bukan mafia.” jawab Xera gugup

Lucane tertawa pelan.

“Mungkin aku ingin jadi suamimu lebih dari apa pun, Xera.” Ucap Lucane

* * * *

Setelah makan, mereka mampir ke toko cokelat. Lucane dengan penuh sabar ikut Xera memilih satu per satu praline Swiss, bahkan ikut mencicipi.

Xera tertawa geli saat Lucane tiba-tiba menunjuk boneka beruang putih berbaju merah.

“Ini mirip kau. Kecil, putih, terlihat lembut tapi bisa mencakar kalau marah.” Ucap lucane

Xera memukul lengannya pelan.

“Aku tidak kecil!” protes Xera

Lucane terkekeh.

“Baiklah. Tapi tetap lucu.”

Akhirnya Lucane membeli boneka itu diam-diam, lalu menghadiahkannya pada Xera saat mereka berjalan ke mobil.

“Untuk menemanimu kalau aku harus bekerja.” Ucap Lucane

Xera memeluk boneka itu, matanya bersinar.

* * * *

Di kamar hotel mewah, Xera meletakkan tas belanjaan mereka sambil terkikik. Lucane mendekat, meraih pinggangnya, menatap dalam.

“Aku senang kau tertawa hari ini.” Ucap Lucane

“Aku merasa hidup lagi, Lucane.” jawab Xera datar

Lucane menatapnya serius.

“Aku bersumpah akan membuatmu selalu tertawa. Bahkan kalau itu artinya aku harus menghancurkan seluruh dunia.” Ucap Lucane Serius

Xera mencium pipinya pelan.

“Kau dunia baruku.” Ucap nya pelan

Mereka berpelukan lama. Di luar, salju mulai turun lagi. Malam Swiss menjadi saksi cinta yang makin kuat, sebelum mereka pulang ke medan perang yang sebenarnya.

* * * *

Suasana Bandara Zurich ramai. Pengumuman keberangkatan terdengar silih berganti. Lucane dan Xera berjalan berdampingan menuju jalur VIP. Xera mengenakan coat krem panjang, Lucane dalam setelan gelap dengan scarf hitam di leher.

Xera menoleh ke Lucane, matanya lembut, sedikit sedih.

“Aku sudah jatuh cinta pada Swiss. Kalau bisa, aku ingin tinggal lebih lama” ucap nya

Lucane menatapnya sambil mengelus punggung tangannya.

“Aku juga. Tapi kita tidak bisa kabur selamanya.”

Xera mengangguk pelan. Dia menarik napas panjang.

“Aku takut, Lucane kalau kembali ke sana, rasanya semua akan mulai berdarah lagi.”

Lucane meraih wajahnya, menatapnya serius. Suaranya rendah.

“Dengarkan aku baik-baik. Apa pun yang terjadi aku akan selalu ada di sisimu. Kalau ada darah, biar itu darah musuhku. Bukan darahmu.” Ucap Lucane menenangkan

* * * *

Pesawat lepas landas. Pemandangan Pegunungan Alpen perlahan menghilang di balik awan putih. Lucane dan Xera duduk berdampingan di kabin mewah jet pribadi.

Xera memeluk boneka beruang putih pemberian Lucane, senyum tipis terukir di wajahnya.

“Lucane… saat aku kecil, aku selalu bercita-cita hidup damai. Aku tidak pernah membayangkan akan menikah dengan seseorang sepertimu.”

Lucane tersenyum kecil.

“Aku juga tidak pernah membayangkan akan menikah. Apalagi mencintai seseorang seperti ini.”

Xera memandangnya penuh rasa.

“Tapi aku tidak menyesal. Bahkan jika harus melawan Alexi.”

Lucane menarik Xera ke dalam pelukannya. Membisik di telinga istrinya.

“Kita akan rebut semua yang jadi hakmu. Dan setelah itu aku bersumpah akan memberimu hidup damai yang kau inginkan.”

Xera pun menyandarkan kepala nya ke lengan suami nya.

Setiap kali dia melakukan itu rasa nya dunia ini sangat damai.

Dan lucane pun mengusap kepala Xera dengan lembut sembari mereka menikmati perjalanan ini.

* * * *

Pesawat mendarat di bandara Schiphol. Angin musim dingin Amsterdam terasa lebih menusuk daripada Swiss. Lucane berjalan sambil merangkul bahu Xera, seolah melindunginya dari segala mata yang mungkin memperhatikan.

Juan sudah menunggu bersama Max di area VIP. Mereka segera mendekat begitu Lucane turun tangga pesawat.

“Selamat datang kembali, Boss, nyonya” ucap Juan

“Kita punya masalah. Alexi makin gila. Dua klubnya dihancurkan orang tidak dikenal. Dia menuduh orang-orang kita.” Ucap Max

Lucane mengangguk. Sorot matanya langsung tajam, seolah membuang suasana bulan madu dalam hitungan detik.

“Aku yang hancurkan. Biar dia tahu. Apa kabar orang-orang yang diselamatkan dari Velvet Moon?” ucap lucane

“Sudah aman. Sebagian di tempat perlindungan. Tapi Alexi sudah sebar bounty besar. Siapa pun yang bisa menemukan Xera, hidup atau mati.”

Xera menelan ludah. Suaranya pelan, tapi mantap.

“Aku tidak akan lari, Lucane.” Ucap Xera

Lucane menatapnya dengan rasa bangga yang nyaris membuatnya tersenyum.

“Bagus. Karena mulai sekarang, Amsterdam bukan hanya rumah kita. Tapi juga medan perang.” Ucap Lucane

* * * *

Konvoi mobil hitam mengantar mereka ke mansion pribadi Lucane. Saat melewati jalanan Amsterdam yang basah oleh gerimis, Xera menatap keluar jendela.

Lampu-lampu kota memantul di kaca, menciptakan bayangan gemetar.

Lucane menggenggam tangannya erat.

“Jangan pernah takut, Xera. Ingat sekarang kau bukan lagi sendirian.” Ucap Lucane

Xera menoleh. Matanya basah, tapi kali ini bukan karena takut melainkan karena tekad.

“Dan kau juga. Kau tidak sendiri, Lucane.” Ucap Xera

Mereka saling berpandangan lama. Di luar, lonceng gereja berdentang pelan. Hening sejenak. Lalu Lucane menarik Xera ke dalam pelukannya, berbisik di rambutnya.

“Mari kita mulai perang ini bersama.” Ucap Lucane

Saat mereka tiba di gerbang mansion, pasukan penjaga sudah berjajar. Alexi kini tidak hanya musuh Xera tapi musuh suami-istri Smith. Dan perang sesungguhnya baru saja dimulai.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!